Thursday, April 2, 2015

54 Hal Yang Bukan Termasuk Manhaj Salaf (Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmuul)

Asy-Syaikh Prof. Dr. Muhammad bin Umar Bazmuul hafizhahullah berkata:

Ilmu dan Amal

ليس من منهج السلف العمل قبل العلم، إنما كانوا يبدأون بالعلم قبل العمل، قال تعالى: فاعلم أنه لا إله إلا الله واستغفر لذنبك وللمؤمنين) محمد19

1) Bukan termasuk manhaj salaf, beramal sebelum berilmu. Dahulu salaf memulai dengan ilmu sebelum beramal. Allah ta’ala berfirman: “Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang haq) selain Allah, dan meminta ampunlah atas dosamu dan juga kaum mukminin” [QS. Muhammad: 19]

ليس من منهج السلف : ترك العمل بالعلم، فقد ورد: "هتف العلم بالعمل فإن أجابه وإلا ارتحل

2) Bukan termasuk manhaj salaf, meninggalkan amal setelah berilmu. Disebutkan dalam sebuah riwayat: “Ilmu memanggil amal, apabila amal memenuhi panggilannya (maka ilmu akan tetap bersamanya), namun jika sebaliknya, maka ilmu akan pergi meninggalkannya”

ليس من منهج السلف أن يشتغل الطالب بأي شيء قبل القرآن والحديث، فإذا تفقه وتعلم ما يحتاجه لدينه طلب ما يريده بعد ذلك

3) Bukan termasuk manhaj salaf, menyibukkan diri dengan sesuatu sebelum (menghafal dan mempelajari) Al-Qur’an dan hadits. Apabila seorang telah mempelajari ilmu yang ia butuhkan untuk agamanya, silahkan ia mempelajari ilmu yang ia inginkan

ليس من منهج السلف الأخذ عن أي أحد إلا بعد النظر في حاله مع السنة. فكان يقال: "إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم".         

4) Bukan termasuk manhaj salaf, mengambil (ilmu) dari setiap manusia kecuali setelah mengamati keadaannya apakah ia di atas sunnah. Dahulu dikatakan  “sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian”

ليس من منهج السلف ترك طلب العلم الواجب، وإهمال طلب العلم المستحب

5) Bukan termasuk manhaj salaf, meninggalkan thalabul ilmi yang sifatnya wajib, serta meremehkan thalabul ilmi yang sifatnya sunnah.

ليس من منهج السلف الاهتمام بالعلوم العقلية البحتة، إنما علمهم قال الله قال رسوله قال الصحابة

6) Bukan termasuk manhaj salaf, lebih mementingkan ilmu-ilmu yang hanya bersandar pada akal. Ilmu salaf tidak lain adalah perkataan Allah dan Rasul-Nya, serta perkataan sahabat

Berpegang Teguh Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Yang Shahih


ليس من منهج السلف ترك الاحتجاج بحديث الآحاد في العقائد

7) Bukan termasuk manhaj salaf, tidak mau berhujjah dengan hadits ahad dalam permasalahan aqidah

ليس من منهج السلف حصر افادة العلم في الحديث المتواتر

8) Bukan termasuk manhaj salaf, membatasi ilmu hanya diambil dari hadits mutawatir

ليس من منهج السلف رد الحديث إذا لم تبلغه العقول والاعتراض عليه، بل منهجهم الاتباع والتسليم، لآمنا به كل من عند ربنا

9) Bukan termasuk manhaj salaf, menolak dan mengkritik hadits apabila tidak masuk akal. Bahkan manhaj salaf adalah mengikuti, menerima dan beriman dengan hadits, serta seluruh apa yang datang dari Rabb kita

ليس من منهج السلف التحزب والتحالف والإجتماع سراً دون الناس ؛ فقد ورد : "إذا رأيت من يجتمع في المسجد من دون الناس فاعلم أنهم على ضلالة

10) Bukan termasuk manhaj salaf, membuat kelompok-kelompok, persekutuan dan perkumpulan yang tersembunyi dari manusia. Diriwayatkan dari salaf: “apabila engkau melihat orang-orang berkumpul di masjid secara sembunyi-sembunyi, maka ketahuilah bahwa mereka berada di atas kesesatan”

ليس من منهج السلف الابتداع والاختراع. وشعارهم : اتبعوا و لا تبتدعوا فقد كفيتم، وعليكم بالأمر العتيق

11) Bukan termasuk manhaj salaf, mengada-adakan kebid’ahan dan perkara-perkara baru (dalam agama). Syiar salaf adalah “Ikutilah, janganlah kalian berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupkan. Berpegang teguhlah dengan perintah nabi”

Sikap Yang Benar Terhadap Nabi dan Para Sahabatnya

ليس من منهج السلف ترك الاقتداء والاتباع للرسول عليه الصلاة والسلام

12) Bukan termasuk manhaj salaf, tidak mau mencontoh dan mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam

ليس من منهج السلف الغلو في الرسول صلى الله عليه ، ومساواته بالله تعالى

13) Bukan termasuk manhaj salaf, bersikap ghuluw kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyamakan kedudukan Rasul dengan Allah ta’ala

ليس من منهج السلف : ترك الاتباع لما كان عليه الصحابة، واختراع معاني يخرج بها عما في الشرع

14) Bukan termasuk manhaj salaf, tidak mau mengikuti jalan para sahabat, dan membuat kaidah-kaidah baru yang menyelisihi syariat

ليس من منهج السلف الطعن في الصحابة أو أحد منهم

15) Bukan termasuk manhaj salaf, mencela para sahabat nabi atau mencela salah seorang dari sahabat nabi

Sikap Yang Benar Terhadap Pemerintah Muslim

ليس من منهج السلف تهييج الناس على الحكام وتحريضهم على الخروج أو المظاهرات أو الثورات. أو الانتقاد العلني لهم ولوزرائهم أو عمالهم

16) Bukan termasuk manhaj salaf, memprovokasi manusia untuk melawan pemerintah dan menghasung mereka untuk keluar dari ketaatan baik berupa demonstrasi, pemberontakan maupun menyampaikan kritikan terbuka kepada pemerintah dan jajarannya terkait kesalahan-kesalahan mereka.

ليس من منهج السلف السكوت عن النصيحة لله ولرسوله ولكتابه ولأئمة المسلمين وعامتهم

17) Bukan termasuk manhaj salaf, diam dan enggan memberikan nasihat karena Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya, serta nasihat kepada para pemimpin kaum muslimin dan manusia pada umumnya

ليس من منهج السلف إحداث بيعة لغير الإمام المتولي شأن المسلمين وجماعتهم

18) Bukan termasuk manhaj salaf, melakukan bai’at kepada selain pemimpin yang menguasai urusan kaum muslimin

Prioritas Dakwah

ليس من منهج السلف إهمال الكلام في توحيد الله تعالى وتقرير ذلك في النفوس، فإنه الأساس الذي يقوم عليه بناء الإسلام في كل أحد

19) Bukan termasuk manhaj salaf, meremehkan pembahasan tauhid dan tidak menanamkannya dalam jiwa, karena tauhid merupakan pokok agama setiap manusia yang Islam dibangun di atasnya

ليس من منهج السلف أن يكون موضوع الدعوة الأساس توزيع الثروات ولو باسم الاصلاح الاثتصادي، و لا العمل السياسي ولو باسم الإصلاح السياسي

20) Bukan termasuk manhaj salaf, memprioritaskan dakwah dengan menyebarkan kekacauan meskipun dengan alasan perbaikan ekonomi, demikian pula terjun dalam politik meskipun dengan alasan memperbaiki politik

Tarbiyah Adab dan Akhlak

ليس من منهج السلف : الاشتغال بما لا نفع فيه في الآخرة

21) Bukan termasuk manhaj salaf, menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat

ليس من منهج السلف الركون إلى الدنيا وترك العمل للآخرة

22) Bukan termasuk manhaj salaf, merasa puas dengan kehidupan dunia dan meninggalkan beramal untuk akhirat

ليس من منهج السلف الإكثار من الكلام والحديث، إنما كانوا يقولون: من كثر كلامه كثر سقطه. ويسكتون حتى يظن أن بهم عي وما بهم ذلك إنما خوف الله

23) Bukan termasuk manhaj salaf, banyak berbicara dan bercakap-cakap. Dahulu salaf menyatakan barangsiapa yang banyak bicara, maka akan banyak kesalahannya. Mereka diam hingga orang-orang mengira bahwa ia memiliki cacat. Tidaklah mereka melakukan demikian melainkan karena takut kepada Allah

ليس من منهج السلف الاستعلاء على الخلق، فهم دعاة خير، ورفق ورحمة

24) Bukan termasuk manhaj salaf, menyombongkan diri terhadap makhluk. Salaf adalah para da’i yang menyeru kepada kebaikan, bersikap lembut lagi penyayang.

ليس من منهج السلف طلب الشهرة، والارتفاع على الناس، فإن حب الظهور يقصم الظهور، وإذا تسود الحدث فاته خير كثير

25) Bukan termasuk manhaj salaf, mencari ketenaran dan kedudukan tinggi di tengah manusia, karena cinta ketenaran akan mematahkan punggung. Apabila seorang telah ditokohkan (sebelum waktunya), maka akan terluput darinya kebaikan yang banyak (maksudnya ia kehilangan kesempatan menuntut ilmu, Allahua’lam)

ليس من منهج السلف، الدخول في الكلام والجدال بل يستفرغون وسعهم في التفقه في الكتاب والسنة والعمل بهما والدعوة اليهما

26) Bukan termasuk manhaj salaf, masuk dalam perdebatan dan perkataan yang sia-sia, bahkan salaf memfokuskan waktu mereka untuk mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengamalkan keduanya dan mendakwahkannya

Kaidah Dalam Memahami Nash-nash Syariat

ليس من منهج السلف : الخروج بدلالات النصوص عن أصول العربية وفهم السلف الصالح

27) Bukan termasuk manhaj salaf, tidak memahami nash-nash syariat berdasarkan pokok bahasa arab dan pemahaman salaf yang shalih

ليس من منهج السلف : الكلام بالمجملات وترك التفصيل والبيان

28) Bukan termasuk manhaj salaf, membahas sesuatu secara global, tanpa merinci dan memberikan penjelasan

ليس منهج السلف الاستدلال بكل آية أو حديث، حتى تكون الآية محكمة والحديث سنة متبعة

29) Bukan termasuk manhaj salaf, berdalil dengan setiap ayat dan hadits hingga diketahui bahwa ayat tersebut muhkam dan hadits tersebut merupakan sunnah yang diikuti

ليس من منهج السلف وضع القواعد والضوابط بالرأي، وإنما كان سبيلهم تتبع ألفاظ القرآن والسنة . فلايغادر في الفتوى الآية أو الحديث ما امكنه

30) Bukan termasuk manhaj salaf, membuat kaidah-kaidah dan aturan agama berdasarkan akal. Jalan salaf adalah mengkaji lafazh-lafazh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak tergesa-gesa dalam berfatwa terkait dengan ayat atau hadits sebisa mungkin

Sikap Yang Benar Dalam Permasalahan Ijtihadiyyah

ليس من منهج السلف التعصب للرأي والاعتداد به، فكان قائلهم يقول: ما أنا عليه صواب يحتمل الخطأ، وما مخالفي عليه خطأ يحتمل الصواب

31) Bukan termasuk manhaj salaf, bersikap ta’ashub dan ghuluw terhadap suatu pendapat. Salaf menyatakan: “Pendapat yang aku yakini benar, tapi ada kemungkinan  salah, sedangkan pendapat orang yang menyelisihiku salah, tapi ada kemungkinan benar.

ليس من منهج السلف المعاداة لمجرد وقوع اختلاف، فكانوا يفرقون في ذلك بحسب حال الرجل وواقع المسألة، فالاختلاف مع صفاء النية لا يفسد للود قضية

32) Bukan termasuk manhaj salaf, melakukan permusuhan hanya disebabkan oleh perselisihan. Salaf membedakan suatu perselisihan bergantung dengan keadaan seseorang dan permasalahan yang terjadi. Perselisihan yang dibarengi dengan niat yang bersih, tidak akan merusak kecintaan dan persaudaraan di antara mereka.

ليس من منهج السلف حصر الدين في مسألة فمن وافقني عليها هو سلفي ومن خالفني فيها فهو غير سلفي. فالسلفية منهج وليست مسألة

33) Bukan termasuk manhaj salaf, membatasi agama ini hanya dalam permasalahan tertentu, barangsiapa yang sejalan denganku dalam permasalahan tersebut, maka ia salafy, dan barangsiapa yang menyelisihiku dalam permasalahan tersebut, maka ia bukan salafy. As-Salafiyyah adalah manhaj, bukan permasalahan tertentu.

ليس من منهج السلف التقليد والتعصب بدون دليل

34) Bukan termasuk manhaj salaf, bersikap taklid (mengikuti pendapat seseorang tanpa dalil) dan ta’ashub (fanatisme) tanpa disertai dalil

Sikap yang Benar dalam Masalah Takfir (Vonis Kafir), Tabdi’ (Vonis Mubtadi’) dan Udzur bil Jahl (Udzur Kebodohan)

ليس من منهج السلف تكفير الناس إلا بما ورد أنه كفر في الشرع

35) Bukan termasuk manhaj salaf, (bermudah-mudahan) dalam mengkafirkan manusia, kecuali yang ditunjukkan oleh syariat bahwa hal itu adalah penyebab kekufuran

ليس من منهج السلف الحكم على المعين بالكفر قبل إقامة الحجة بثبوت الشروط وانتفاء الموانع

36) Bukan termasuk manhaj salaf, memvonis kafir seseorang sebelum menegakkan hujjah dengan terpenuhinya syarat-syarat dan ketiadaan penghalang-penghalangnya

ليس من منهج السلف الحكم على المعين ببدعته إلا بعد إقامة الحجة، بثبوت الشروط وانتفاء الموانع

37) Bukan termasuk manhaj salaf, memvonis (mubtadi’) seseorang karena kebid’ahan yang ia lakukan, kecuali setelah ditegakkan hujjah dengan terpenuhinya syarat-syarat dan ketiadaan penghalang-penghalangnya

ليس من منهج السلف العذر بمطلق الجهل، إنما يعذرون بالجهل من بذل وسعه في التعلم وطلب العلم و لم يقصر وكان الذي صدر منه هو مبلغه من العلم

38) Bukan termasuk manhaj salaf, memberikan udzur jahl (kebodohan) secara mutlak, seorang diberikan udzur jahl hanyalah ketika ia telah berupaya untuk belajar dan menuntut ilmu, serta bersungguh-sungguh dalam mendapatkannya. Dan penyelisihan yang ia lakukan berdasarkan kadar ilmu  yang sampai kepadanya.

Kaidah Jarh dan Ta’dil

ليس من منهج السلف إعطاء العصمة لأحد غير رسول الله صلى الله عليه وسلم

39) Bukan termasuk manhaj salaf, memberikan sifat ma’shum kepada seseorang selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

ليس من منهج السلف : ترك الرجوع للعلماء، بل كانوا يدعون الناس إلى مجالسة العلماء، ولزوم غرسهم

40) Bukan termasuk manhaj salaf, enggan untuk kembali kepada ulama, bahkan dahulu salaf menyeru manusia untuk duduk kepada ulama dan terus menapaki langkah mereka

ليس من منهج السلف : إعمال التعديل مع وجود الجرح المفسر إلا إذا ذكره المعدل ورده بعلم

41) Bukan termasuk manhaj salaf, mendahulukan ta’dil (pujian) saat terdapat jarh (kritikan) yang terperinci, kecuali apabila ulama yang men-ta’dil menyebutkan sebab jarh, kemudian menolak jarh tersebut dengan ilmu

ليس من منهج السلف : إعمال الجرح المجمل في حق من ثبتت عدالته، إلا إذا فسر، أو صدر من إمام كبير، فالنفس أميل إليه

42) Bukan termasuk manhaj salaf, mendahulukan jarh yang masih global terhadap orang-orang yang telah nampak keadilannya, kecuali apabila jarh tersebut dirinci atau berasal dari seorang imam (ulama besar ahlus-sunnah), maka jiwa ini akan condong kepadanya

ليس من منهج السلف أن يعرف الحق بالرجال، فكل ما جاء عن فلان فهو حق، بل شعارهم أعرف الحق تعرف أهله، أعرف الحق تكن من أهله

43) Bukan termasuk manhaj salaf, mengukur kebenaran dengan seseorang yaitu setiap apa yang datang dari fulan, maka itulah kebenaran. Bahkan syiar salaf adalah kenalilah kebenaran, niscaya engkau akan mengenal orang-orang yang berada di atasnya, dan kenalilah kebenaran, niscaya engkau termasuk ahlinya

ليس من منهج السلف رد خبر الثقة، وعدم قبوله إلا مسموعاً أو مقروءا

44) Bukan termasuk manhaj salaf, menolak khabar tsiqah, tidak mau menerimanya kecuali apabila khabar tersebut berupa rekaman suara atau tulisan

ليس من منهج السلف أن يخوض كل طالب علم في الجرح والتعديل،فإن لكل فن رجاله فكما لا يؤخذ العلم عن كل أحد فإنه لا يتكلم في الجرح والتعديل أي أحد

45) Bukan termasuk manhaj salaf, setiap penuntut ilmu berdalam-dalam dalam permasalahan jarh wat ta’dil, karena setiap cabang ilmu terdapat ahlinya, sebagaimana ilmu tidak diambil dari setiap orang, demikian pula setiap orang tidak berhak berbicara dalam permasalahan jarh wat ta’dil

Menyikapi Kesalahan Ulama Ahlus-Sunnah

ليس من منهج السلف معاملة أخطاء أهل السنة كمعاملة أهل البدع. فإن كل
           ابن آدم خطاء، فينظر في منهج الرجل ويعامل الخطأ الذي وقع منه على أساس ذلك

46) Bukan termasuk manhaj salaf, menyikapi kesalahan-kesalahan seorang ahlus-sunnah seperti menyikapi kesalahan ahlul-bid’ah, karena setiap anak Adam pasti memiliki kesalahan. (Apabila seorang ahlus-sunnah terjatuh dalam kesalahan), maka manhajnya dilihat, kesalahan tersebut disikapi sesuai dengan manhajnya.

ليس من منهج السلف الهجوم على العلماء والكلام فيهم واطراح علمهم وكتبهم والدعوة إلى حرقها وإتلافها وتارك الرجوع إليها لمجرد خطأ وقعوا فيه

47) Bukan termasuk manhaj salaf, memusuhi, melawan, membicarakan ulama, serta membuang ilmu dan kitab-kitab mereka. Demikian pula menyerukan untuk membakar kitab-kitab mereka, merusaknya dan tidak mengambil ilmu dari ulama hanya karena mereka terjatuh dalam kesalahan.

Sikap yang Benar Terhadap Ahlul-Bid’ah

ليس من منهج السلف : الركون إلى أهل البدع، والتبسط إليهم

48) Bukan termasuk manhaj salaf, bergaul bersama ahlul-bid’ah dan melapangkan majelis untuk mereka

ليس من منهج ألسلف محبة أهل البدع، أو إحسان الظن بهم، لا يغرهم فصاحتهم و لا بيانهم، يعلمون أن المرء مع من أحب، كما في الحديث

49) Bukan termasuk manhaj salaf, mencintai ahlul-bid’ah atau berprasangka baik kepada mereka, tidak tertipu oleh kefasihan lisan dan penjelasan mereka. Salaf mengetahui bahwa seorang bersama orang yang ia cintai sebagaimana disebutkan dalam hadits

ليس من منهج السلف توقير صاحب البدعة

50) Bukan termasuk manhaj salaf, memuliakan ahlul-bid’ah

ليس من منهج السلف : الدخول في جدال مع أهل الباطل، فإن المسلم لا يعرض ديبنه للأهواء

51) Bukan termasuk manhaj salaf, masuk dalam perdebatan bersama orang-orang yang berada di atas kebatilan, karena seorang muslim tidak mempertaruhkan agamanya demi mengikuti hawa nafsu

Sikap yang Benar Saat Fitnah Datang

ليس منهج السلف الاستشراف للفتن والخوض فيها، بل كانوا يتجنبونها ويحذرون منها.

52) Bukan termasuk manhaj salaf, menjadi corong dalam fitnah-fitnah dan menyibukkan diri di dalamya. Bahkan dahulu salaf menjauh dan memperingatkan dari berbagai fitnah

ليس من منهج السلف الوقوع في الفرقة والاختلاف والتباغض، وشعارالسلف لا تباغضوا و لا تدابروا وكونوا - عباد اللهإخوانا

53) Bukan termasuk manhaj salaf, perpecahan, perselisihan dan saling membenci. Syiar salaf adalah “janganlah kalian saling membenci, saling membelakangi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”

ليس من منهج السلف منازعة العلماء، في كلامهم، فالطالب يعلم أنه طالب وأن بحث هذه المسائل متروك للعلماء، فما بالكم بالنوازل والمسائل الكبار!

54) Bukan termasuk manhaj salaf, mempertentangkan perkataan ulama. Seorang penuntut ilmu harus tahu bahwa ia hanyalah penuntut ilmu. Permasalahan kontemporer dan permasalahan yang besar hendaklah ditinggalkan dan diserahkan kepada ulama, seorang penuntut ilmu tidak diperkenankan membahas permasalahan-permasalahan tersebut



Sumber: Twitter Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul hafizhahullah (judul tiap sub bab dan pengelompokan pokok pembahasan berasal  dari penerjemah –Abul-Harits) 

7 comments:

  1. Assalaamu alaykum,
    Afwan ustadz, apa mungkin ada sedikit kesalahan dalam terjemahan berikut?

    "31) Bukan termasuk manhaj salaf, bersikap ta’ashub dan ghuluw terhadap suatu pendapat. Mereka menyatakan: “Pendapat yang aku yakini pasti benar, tidak mengandung kesalahan sedikitpun, sedangkan orang yang menyelisihiku pasti salah, tidak sedikitpun mengandung kebenaran.”"

    Apa mungkin seharusnya (kurang lebih) seperti ini:

    "31) Bukan termasuk manhaj salaf, bersikap ta’ashub dan ghuluw terhadap suatu pendapat. Mereka menyatakan: “Pendapat yang aku yakini benar, tapi ada kemungkinan (ihtimal) salah, sedangkan orang yang menyelisihiku salah, tapi ada kemungkinan (ihtimal) benar.”"

    ReplyDelete
  2. Wa'alaikumussalam warahmatullah, oh iya, saya kurang cermat. Jazakumullah khairan koreksinya akhi... insya Allah saya perbaiki

    ReplyDelete
  3. Wajazaakallahu khayran ustadz. Mudah2an Allah jadikan kebaikan yang banyak melalui da'wah antum.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, saya menemukan artikel ini dan artikel ustadz yang berjudul “Mengenal Karakteristik Kelompok Haddadiyah” serta “Nasehat Syaikh Shalih as-Suhaimi”. Semoga Allah membalas ustadz dengan kebaikan.
    Terus terang setelah membaca, khususnya Bab Sikap Yang Benar Dalam Permasalahan Ijtihadiyyah ke bawah, saya merasa apa yang diajarkan selama ini ternyata banyak menyelisihi apa yang tertulis di sini. Mulai dari penyikapan terhadap murid-murid syaikh al-Albani, ulama Yaman, sebagian ulama atau pengajar di Universitas Islam Madinah (syaikh Abdul Malik ar-Ramadhani, syaikh Ibrahim ar-Ruhaili dan syaikh Abdurrazaq al-Badr), tidaklah berbicara tentang mereka kecuali padanya disertai celaan dan seruan menjauhi mereka. Terlebih lagi menyikapi ikhwan yang mengikuti pendapat ulama Saudi yang berbeda (seperti syaikh AbdulMuhsin, syaikh Shalih Fauzan).
    Ustadz, saya ingin mencetak dan menyebarkan artikel antum agar lebih meluas manfaatnya. Hanya saja... pernah ada ikhwan yang mempertanyakan masalah-masalah semisal ini kepada seorang ustadz. Hasilnya, ia dicap “berbahaya” dan diserukan untuk dijauhi.
    Ustadz abul Harits, mohon nasehat antum.
    Semoga Allah meneguhkan ustadz dan saya di atas Islam dan Sunnah.

    ReplyDelete
  5. Semoga Allah juga membalas antum dengan kebaikan,

    Akhi, tugas kita hanyalah berdakwah, menyampaikan kebenaran, mendakwahkan al-haq yang kita yakini. Kita sampaikan ilmu kepada manusia, perkara dakwah kita diterima atau ditolak, kita serahkan kepada Allah. Tujuan kita adalah menegakkan hujjah kepada orang-orang yang menyelisihi kebenaran. Agar di sisi Allah, kita bisa bersaksi bahwa kita telah menyampaikan nasehat kepada saudara-saudara kita. Demikianlah tugas para nabi dan da’i-da’i yang menyeru kepada Allah.

    Saya menyayangkan sikap sang ustadz, ketika ada seorang yang bertanya dalam rangka mencari kebenaran, tidak sepantasnya seorang da’i berpaling, apalagi memboikot si penanya dan memvonisnya sebagai seorang yang “berbahaya” atau terkadang dengan istilah “maftuun (terfitnah)”. Seharusnya, sang ustadz menjelaskan kebenaran yang ia ketahui kepada si penanya, jika dinilai bahwa si penanya memiliki syubhat, hendaknya diluruskan dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta perkataan ulama. Atau jika ia belum bisa menjawab syubhat tersebut, bisa ditanyakan kepada ulama.

    ReplyDelete
  6. Diantara sebab yang memicu fitnah diantara salafiyyin dewasa ini adalah minimnya pengetahuan sebagian ikhwah tentang kaidah-kaidah jarh wat ta’dil, serta penerapan kaidah tersebut di kalangan ulama salaf mutaqaddimin, seolah-olah perselisihan jarh wat ta’dil hanya terjadi di masa ini. Demikian pula adab-adab dalam permasalahan ijtihadiyyah. Oleh karena itu, untuk meredam fitnah tersebut, fokus saya adalah menyebarkan kaidah-kaidah yang benar dalam permasalahan jarh wat ta’dil, serta menanamkan kaidah tersebut dalam jiwa salafiyyin. Sebab perbedaan ijtihad jarh wat ta’dil diantara ulama tidak akan ada hentinya, dari hari kemarin, sekarang hingga esok hari.

    Saya hanya berbicara kaidah, tidak menunjuk pada person-person tertentu. Dengan kaidah-kaidah itulah seorang muslim dapat menilai kebenaran berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan kaidah tersebut, kita bisa mengenal ijtihad ulama siapa yang lebih mendekati kebenaran dan sikap apa yang mesti diambil. Saya tidak menyatakan setiap ijtihad ulama itu benar, kebenaran hanya satu, namun kebenaran ijtihad seorang ulama bisa dilihat dari dalil-dalil dan kaidah yang dipakai. Terkadang kebenaran bersama ulama kibar, dan terkadang kebenaran bersama ulama yang lebih rendah kedudukannya.

    Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah ketika menjelaskan hadits riwayat Al-Bukhari (8/565) berkata:

    و فيه أن العالم الكبير قد يخفى عليه بعض ما يدركه من دونه لأن العلم مواهب والله يؤتي فضله من يشاء

    “Dalam hadits ini (terdapat faedah) bahwa seorang ulama kibar terkadang tersamarkan baginya sebagian perkara yang diketahui oleh orang yang lebih rendah tingkatannya, sebab ilmu merupakan anugrah dan Allah memberikan keutamaan-Nya kepada siapa yang dikehendakinya.” [Fathul Bari, 1/144]

    ReplyDelete
  7. Saat Syaikh Al-Albani, Syaikh Abdul Aziiz bin Baz dan Syaikh Ibnu Utsaimin masih hidup, kedudukan Syaikh Rabi’ berada di bawah tingkatan ketiga ulama kibar tersebut. Namun ijtihad Syaikh Rabi’ lebih kita terima ketika mengkritik tokoh-tokoh ikhwani semacam Salman Al-Audah dan Safar Al-Hawali, dalam keadaan ulama kibar ketika itu masih memberikan pujian. Maka kaidah “kebenaran selalu bersama ulama kibar” secara mutlak tentu kurang tepat. Bahkan kebenaran bersama ulama kibar maupun bersama ulama shighar apabila ijthadnya sesuai dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

    Bukankah para imam madzhab yang empat (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad) adalah ulama kibar. Namun prakteknya tidak semua pendapat imam madzhab yang empat diterima oleh para muhaqqiq. Sering kita menemukan ijtihad Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Hazm, Asy-Syaukani dan Al-Albani menyelisihi pendapat jumhur. Padahal jika diukur, kedudukan imam madzhab yang empat jauh di atas para ulama yang saya sebutkan di atas, baik dari sisi keilmuan maupun keutamaannya. Kesimpulannya, tolak ukur kebenaran adalah dalil, bukan ijtihad fulan atau pendapat ‘allan.

    Allahua’lam, semoga bermanfaat

    ReplyDelete