Asy-Syaikh
Prof. Dr. Muhammad bin Umar Bazmuul hafizhahullah berkata:
Ilmu dan
Amal
ليس من
منهج السلف
العمل قبل
العلم، إنما
كانوا يبدأون
بالعلم قبل
العمل، قال
تعالى: فاعلم
أنه لا
إله إلا
الله واستغفر
لذنبك وللمؤمنين)
محمد19
1) Bukan
termasuk manhaj salaf, beramal sebelum berilmu. Dahulu salaf memulai dengan
ilmu sebelum beramal. Allah ta’ala berfirman: “Maka ketahuilah bahwa
tidak ada Tuhan (yang haq) selain Allah, dan meminta ampunlah atas dosamu dan
juga kaum mukminin” [QS. Muhammad: 19]
ليس من
منهج السلف
: ترك العمل
بالعلم، فقد
ورد: "هتف
العلم بالعمل
فإن أجابه
وإلا ارتحل
2) Bukan
termasuk manhaj salaf, meninggalkan amal setelah berilmu. Disebutkan dalam
sebuah riwayat: “Ilmu memanggil amal, apabila amal memenuhi panggilannya (maka
ilmu akan tetap bersamanya), namun jika sebaliknya, maka ilmu akan pergi
meninggalkannya”
ليس من
منهج السلف
أن يشتغل
الطالب بأي
شيء قبل
القرآن والحديث،
فإذا تفقه
وتعلم ما
يحتاجه لدينه
طلب ما
يريده بعد
ذلك
3) Bukan
termasuk manhaj salaf, menyibukkan diri dengan sesuatu sebelum (menghafal dan mempelajari)
Al-Qur’an dan hadits. Apabila seorang telah mempelajari ilmu yang ia butuhkan
untuk agamanya, silahkan ia mempelajari ilmu yang ia inginkan
ليس من
منهج السلف
الأخذ عن
أي أحد
إلا بعد
النظر في
حاله مع
السنة. فكان
يقال: "إن
هذا العلم
دين فانظروا
عمن تأخذون
دينكم".
4) Bukan
termasuk manhaj salaf, mengambil (ilmu) dari setiap manusia kecuali setelah
mengamati keadaannya apakah ia di atas sunnah. Dahulu dikatakan “sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka
lihatlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian”
ليس من
منهج السلف
ترك طلب
العلم الواجب،
وإهمال طلب
العلم المستحب
5) Bukan
termasuk manhaj salaf, meninggalkan thalabul ilmi yang sifatnya wajib,
serta meremehkan thalabul ilmi yang sifatnya sunnah.
ليس من
منهج السلف
الاهتمام بالعلوم
العقلية البحتة،
إنما علمهم
قال الله
قال رسوله
قال الصحابة
6) Bukan
termasuk manhaj salaf, lebih mementingkan ilmu-ilmu yang hanya bersandar pada
akal. Ilmu salaf tidak lain adalah perkataan Allah dan Rasul-Nya, serta
perkataan sahabat
Berpegang
Teguh Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Yang Shahih
ليس من
منهج السلف
ترك الاحتجاج
بحديث الآحاد
في العقائد
7) Bukan
termasuk manhaj salaf, tidak mau berhujjah dengan hadits ahad dalam
permasalahan aqidah
ليس من
منهج السلف
حصر افادة
العلم في
الحديث المتواتر
8) Bukan termasuk
manhaj salaf, membatasi ilmu hanya diambil dari hadits mutawatir
ليس من
منهج السلف
رد الحديث
إذا لم
تبلغه العقول
والاعتراض عليه،
بل منهجهم
الاتباع والتسليم،
لآمنا به
كل من
عند ربنا
9) Bukan
termasuk manhaj salaf, menolak dan mengkritik hadits apabila tidak masuk akal.
Bahkan manhaj salaf adalah mengikuti, menerima dan beriman dengan hadits, serta
seluruh apa yang datang dari Rabb kita
ليس من
منهج السلف
التحزب والتحالف
والإجتماع سراً
دون الناس
؛ فقد
ورد : "إذا
رأيت من
يجتمع في
المسجد من
دون الناس
فاعلم أنهم
على ضلالة
10) Bukan
termasuk manhaj salaf, membuat kelompok-kelompok, persekutuan dan perkumpulan yang
tersembunyi dari manusia. Diriwayatkan dari salaf: “apabila engkau melihat
orang-orang berkumpul di masjid secara sembunyi-sembunyi, maka ketahuilah bahwa
mereka berada di atas kesesatan”
ليس من
منهج السلف
الابتداع والاختراع.
وشعارهم : اتبعوا
و لا
تبتدعوا فقد
كفيتم، وعليكم
بالأمر العتيق
11) Bukan
termasuk manhaj salaf, mengada-adakan kebid’ahan dan perkara-perkara baru
(dalam agama). Syiar salaf adalah “Ikutilah, janganlah kalian berbuat bid’ah,
sungguh kalian telah dicukupkan. Berpegang teguhlah dengan perintah nabi”
Sikap Yang
Benar Terhadap Nabi dan Para Sahabatnya
ليس من منهج السلف ترك الاقتداء والاتباع للرسول عليه الصلاة والسلام
12) Bukan
termasuk manhaj salaf, tidak mau mencontoh dan mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi
wasallam
ليس من
منهج السلف
الغلو في
الرسول صلى
الله عليه
، ومساواته
بالله تعالى
13) Bukan
termasuk manhaj salaf, bersikap ghuluw kepada Rasul shallallahu ‘alaihi
wasallam dan menyamakan kedudukan Rasul dengan Allah ta’ala
ليس من
منهج السلف
: ترك الاتباع
لما كان
عليه الصحابة،
واختراع معاني
يخرج بها
عما في
الشرع
14) Bukan
termasuk manhaj salaf, tidak mau mengikuti jalan para sahabat, dan membuat
kaidah-kaidah baru yang menyelisihi syariat
ليس من
منهج السلف
الطعن في
الصحابة أو
أحد منهم
15) Bukan
termasuk manhaj salaf, mencela para sahabat nabi atau mencela salah seorang
dari sahabat nabi
Sikap Yang
Benar Terhadap Pemerintah Muslim
ليس من
منهج السلف
تهييج الناس
على الحكام
وتحريضهم على
الخروج أو
المظاهرات أو
الثورات. أو
الانتقاد العلني
لهم ولوزرائهم
أو عمالهم
16) Bukan
termasuk manhaj salaf, memprovokasi manusia untuk melawan pemerintah dan
menghasung mereka untuk keluar dari ketaatan baik berupa demonstrasi,
pemberontakan maupun menyampaikan kritikan terbuka kepada pemerintah dan
jajarannya terkait kesalahan-kesalahan mereka.
ليس من
منهج السلف
السكوت عن
النصيحة لله
ولرسوله ولكتابه
ولأئمة المسلمين
وعامتهم
17) Bukan
termasuk manhaj salaf, diam dan enggan memberikan nasihat karena Allah,
Rasul-Nya, kitab-Nya, serta nasihat kepada para pemimpin kaum muslimin dan
manusia pada umumnya
ليس من
منهج السلف
إحداث بيعة
لغير الإمام
المتولي شأن
المسلمين وجماعتهم
18) Bukan termasuk
manhaj salaf, melakukan bai’at kepada selain pemimpin yang menguasai
urusan kaum muslimin
Prioritas
Dakwah
ليس من
منهج السلف
إهمال الكلام
في توحيد
الله تعالى
وتقرير ذلك
في النفوس،
فإنه الأساس
الذي يقوم
عليه بناء
الإسلام في
كل أحد
19) Bukan
termasuk manhaj salaf, meremehkan pembahasan tauhid dan tidak menanamkannya
dalam jiwa, karena tauhid merupakan pokok agama setiap manusia yang Islam
dibangun di atasnya
ليس من
منهج السلف
أن يكون
موضوع الدعوة
الأساس توزيع
الثروات ولو
باسم الاصلاح
الاثتصادي، و
لا العمل
السياسي ولو
باسم الإصلاح
السياسي
20) Bukan
termasuk manhaj salaf, memprioritaskan dakwah dengan menyebarkan kekacauan meskipun
dengan alasan perbaikan ekonomi, demikian pula terjun dalam politik meskipun
dengan alasan memperbaiki politik
Tarbiyah Adab
dan Akhlak
ليس من
منهج السلف
: الاشتغال بما
لا نفع
فيه في
الآخرة
21) Bukan
termasuk manhaj salaf, menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk
akhirat
ليس من
منهج السلف
الركون إلى
الدنيا وترك
العمل للآخرة
22) Bukan
termasuk manhaj salaf, merasa puas dengan kehidupan dunia dan meninggalkan
beramal untuk akhirat
ليس من
منهج السلف
الإكثار من
الكلام والحديث،
إنما كانوا
يقولون: من
كثر كلامه
كثر سقطه.
ويسكتون حتى
يظن أن
بهم عي
وما بهم
ذلك إنما
خوف الله
23) Bukan
termasuk manhaj salaf, banyak berbicara dan bercakap-cakap. Dahulu salaf menyatakan
barangsiapa yang banyak bicara, maka akan banyak kesalahannya. Mereka diam
hingga orang-orang mengira bahwa ia memiliki cacat. Tidaklah mereka melakukan
demikian melainkan karena takut kepada Allah
ليس من
منهج السلف
الاستعلاء على
الخلق، فهم
دعاة خير،
ورفق ورحمة
24) Bukan
termasuk manhaj salaf, menyombongkan diri terhadap makhluk. Salaf adalah para da’i
yang menyeru kepada kebaikan, bersikap lembut lagi penyayang.
ليس من
منهج السلف
طلب الشهرة،
والارتفاع على
الناس، فإن
حب الظهور
يقصم الظهور،
وإذا تسود
الحدث فاته
خير كثير
25) Bukan
termasuk manhaj salaf, mencari ketenaran dan kedudukan tinggi di tengah
manusia, karena cinta ketenaran akan mematahkan punggung. Apabila seorang telah
ditokohkan (sebelum waktunya), maka akan terluput darinya kebaikan yang banyak
(maksudnya ia kehilangan kesempatan menuntut ilmu, Allahua’lam)
ليس من
منهج السلف،
الدخول في
الكلام والجدال
بل يستفرغون
وسعهم في
التفقه في
الكتاب والسنة
والعمل بهما
والدعوة اليهما
26) Bukan
termasuk manhaj salaf, masuk dalam perdebatan dan perkataan yang sia-sia,
bahkan salaf memfokuskan waktu mereka untuk mempelajari Al-Qur’an dan
As-Sunnah, mengamalkan keduanya dan mendakwahkannya
Kaidah Dalam
Memahami Nash-nash Syariat
ليس من
منهج السلف
: الخروج بدلالات
النصوص عن
أصول العربية
وفهم السلف
الصالح
27) Bukan
termasuk manhaj salaf, tidak memahami nash-nash syariat berdasarkan pokok
bahasa arab dan pemahaman salaf yang shalih
ليس من
منهج السلف
: الكلام بالمجملات
وترك التفصيل
والبيان
28) Bukan
termasuk manhaj salaf, membahas sesuatu secara global, tanpa merinci dan
memberikan penjelasan
ليس منهج
السلف الاستدلال
بكل آية
أو حديث،
حتى تكون
الآية محكمة
والحديث سنة
متبعة
29) Bukan
termasuk manhaj salaf, berdalil dengan setiap ayat dan hadits hingga diketahui
bahwa ayat tersebut muhkam dan hadits tersebut merupakan sunnah yang
diikuti
ليس من
منهج السلف
وضع القواعد
والضوابط بالرأي،
وإنما كان
سبيلهم تتبع
ألفاظ القرآن
والسنة . فلايغادر
في الفتوى
الآية أو
الحديث ما
امكنه
30) Bukan
termasuk manhaj salaf, membuat kaidah-kaidah dan aturan agama berdasarkan akal.
Jalan salaf adalah mengkaji lafazh-lafazh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak
tergesa-gesa dalam berfatwa terkait dengan ayat atau hadits sebisa mungkin
Sikap Yang
Benar Dalam Permasalahan Ijtihadiyyah
ليس من
منهج السلف
التعصب للرأي
والاعتداد به،
فكان قائلهم
يقول: ما
أنا عليه
صواب يحتمل
الخطأ، وما
مخالفي عليه
خطأ يحتمل
الصواب
31) Bukan
termasuk manhaj salaf, bersikap ta’ashub dan ghuluw terhadap
suatu pendapat. Salaf menyatakan: “Pendapat yang aku yakini benar, tapi ada kemungkinan salah, sedangkan pendapat orang yang menyelisihiku salah, tapi ada kemungkinan benar.”
ليس من
منهج السلف
المعاداة لمجرد
وقوع اختلاف،
فكانوا يفرقون
في ذلك
بحسب حال
الرجل وواقع
المسألة، فالاختلاف
مع صفاء
النية لا
يفسد للود
قضية
32) Bukan
termasuk manhaj salaf, melakukan permusuhan hanya disebabkan oleh perselisihan.
Salaf membedakan suatu perselisihan bergantung dengan keadaan seseorang dan
permasalahan yang terjadi. Perselisihan yang dibarengi dengan niat yang bersih,
tidak akan merusak kecintaan dan persaudaraan di antara mereka.
ليس من
منهج السلف
حصر الدين
في مسألة
فمن وافقني
عليها هو
سلفي ومن
خالفني فيها
فهو غير
سلفي. فالسلفية
منهج وليست
مسألة
33) Bukan
termasuk manhaj salaf, membatasi agama ini hanya dalam permasalahan tertentu,
barangsiapa yang sejalan denganku dalam permasalahan tersebut, maka ia salafy,
dan barangsiapa yang menyelisihiku dalam permasalahan tersebut, maka ia bukan
salafy. As-Salafiyyah adalah manhaj, bukan permasalahan tertentu.
ليس من
منهج السلف
التقليد والتعصب
بدون دليل
34) Bukan
termasuk manhaj salaf, bersikap taklid (mengikuti pendapat seseorang
tanpa dalil) dan ta’ashub (fanatisme) tanpa disertai dalil
Sikap
yang Benar dalam Masalah Takfir (Vonis Kafir), Tabdi’ (Vonis Mubtadi’) dan
Udzur bil Jahl (Udzur Kebodohan)
ليس من
منهج السلف
تكفير الناس
إلا بما
ورد أنه
كفر في
الشرع
35) Bukan
termasuk manhaj salaf, (bermudah-mudahan) dalam mengkafirkan manusia, kecuali
yang ditunjukkan oleh syariat bahwa hal itu adalah penyebab kekufuran
ليس من
منهج السلف
الحكم على
المعين بالكفر
قبل إقامة
الحجة بثبوت
الشروط وانتفاء
الموانع
36) Bukan
termasuk manhaj salaf, memvonis kafir seseorang sebelum menegakkan hujjah
dengan terpenuhinya syarat-syarat dan ketiadaan penghalang-penghalangnya
ليس من
منهج السلف
الحكم على
المعين ببدعته
إلا بعد
إقامة الحجة،
بثبوت الشروط
وانتفاء الموانع
37) Bukan
termasuk manhaj salaf, memvonis (mubtadi’) seseorang karena kebid’ahan yang ia
lakukan, kecuali setelah ditegakkan hujjah dengan terpenuhinya syarat-syarat
dan ketiadaan penghalang-penghalangnya
ليس من
منهج السلف
العذر بمطلق
الجهل، إنما
يعذرون بالجهل
من بذل
وسعه في
التعلم وطلب
العلم و
لم يقصر
وكان الذي
صدر منه
هو مبلغه
من العلم
38) Bukan
termasuk manhaj salaf, memberikan udzur jahl (kebodohan) secara mutlak,
seorang diberikan udzur jahl hanyalah ketika ia telah berupaya untuk belajar
dan menuntut ilmu, serta bersungguh-sungguh dalam mendapatkannya. Dan penyelisihan yang ia lakukan berdasarkan kadar ilmu yang sampai kepadanya.
Kaidah Jarh
dan Ta’dil
ليس من
منهج السلف
إعطاء العصمة
لأحد غير
رسول الله
صلى الله
عليه وسلم
39) Bukan
termasuk manhaj salaf, memberikan sifat ma’shum kepada seseorang selain
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
ليس من
منهج السلف
: ترك الرجوع
للعلماء، بل
كانوا يدعون
الناس إلى
مجالسة العلماء،
ولزوم غرسهم
40) Bukan termasuk
manhaj salaf, enggan untuk kembali kepada ulama, bahkan dahulu salaf menyeru
manusia untuk duduk kepada ulama dan terus menapaki langkah mereka
ليس من
منهج السلف
: إعمال التعديل
مع وجود
الجرح المفسر
إلا إذا
ذكره المعدل
ورده بعلم
41) Bukan termasuk
manhaj salaf, mendahulukan ta’dil (pujian) saat terdapat jarh
(kritikan) yang terperinci, kecuali apabila ulama yang men-ta’dil menyebutkan
sebab jarh, kemudian menolak jarh tersebut dengan ilmu
ليس من
منهج السلف
: إعمال الجرح
المجمل في
حق من
ثبتت عدالته،
إلا إذا
فسر، أو
صدر من
إمام كبير،
فالنفس أميل
إليه
42) Bukan
termasuk manhaj salaf, mendahulukan jarh yang masih global terhadap
orang-orang yang telah nampak keadilannya, kecuali apabila jarh tersebut
dirinci atau berasal dari seorang imam (ulama besar ahlus-sunnah), maka jiwa
ini akan condong kepadanya
ليس من
منهج السلف
أن يعرف
الحق بالرجال،
فكل ما
جاء عن
فلان فهو
حق، بل
شعارهم أعرف
الحق تعرف
أهله، أعرف
الحق تكن
من أهله
43) Bukan
termasuk manhaj salaf, mengukur kebenaran dengan seseorang yaitu setiap apa
yang datang dari fulan, maka itulah kebenaran. Bahkan syiar salaf adalah
kenalilah kebenaran, niscaya engkau akan mengenal orang-orang yang berada di
atasnya, dan kenalilah kebenaran, niscaya engkau termasuk ahlinya
ليس من
منهج السلف
رد خبر
الثقة، وعدم
قبوله إلا
مسموعاً أو
مقروءا
44) Bukan
termasuk manhaj salaf, menolak khabar tsiqah, tidak mau menerimanya
kecuali apabila khabar tersebut berupa rekaman suara atau tulisan
ليس من
منهج السلف
أن يخوض
كل طالب
علم في
الجرح والتعديل،فإن
لكل فن
رجاله فكما
لا يؤخذ
العلم عن
كل أحد
فإنه لا
يتكلم في
الجرح والتعديل
أي أحد
45) Bukan
termasuk manhaj salaf, setiap penuntut ilmu berdalam-dalam dalam permasalahan jarh
wat ta’dil, karena setiap cabang ilmu terdapat ahlinya, sebagaimana ilmu tidak
diambil dari setiap orang, demikian pula setiap orang tidak berhak berbicara
dalam permasalahan jarh wat ta’dil
Menyikapi
Kesalahan Ulama Ahlus-Sunnah
ليس من منهج السلف معاملة أخطاء أهل السنة كمعاملة أهل البدع. فإن كل
ابن
آدم خطاء،
فينظر في
منهج الرجل
ويعامل الخطأ
الذي وقع
منه على
أساس ذلك
46) Bukan
termasuk manhaj salaf, menyikapi kesalahan-kesalahan seorang ahlus-sunnah
seperti menyikapi kesalahan ahlul-bid’ah, karena setiap anak Adam pasti memiliki
kesalahan. (Apabila seorang ahlus-sunnah terjatuh dalam kesalahan), maka
manhajnya dilihat, kesalahan tersebut disikapi sesuai dengan manhajnya.
ليس من
منهج السلف
الهجوم على
العلماء والكلام
فيهم واطراح
علمهم وكتبهم
والدعوة إلى
حرقها وإتلافها
وتارك الرجوع
إليها لمجرد
خطأ وقعوا
فيه
47) Bukan
termasuk manhaj salaf, memusuhi, melawan, membicarakan ulama, serta membuang
ilmu dan kitab-kitab mereka. Demikian pula menyerukan untuk membakar
kitab-kitab mereka, merusaknya dan tidak mengambil ilmu dari ulama hanya karena
mereka terjatuh dalam kesalahan.
Sikap
yang Benar Terhadap Ahlul-Bid’ah
ليس من
منهج السلف
: الركون إلى
أهل البدع،
والتبسط إليهم
48) Bukan termasuk
manhaj salaf, bergaul bersama ahlul-bid’ah dan melapangkan majelis untuk mereka
ليس من
منهج ألسلف
محبة أهل
البدع، أو
إحسان الظن
بهم، لا
يغرهم فصاحتهم
و لا
بيانهم، يعلمون
أن المرء
مع من
أحب، كما
في الحديث
49) Bukan
termasuk manhaj salaf, mencintai ahlul-bid’ah atau berprasangka baik kepada
mereka, tidak tertipu oleh kefasihan lisan dan penjelasan mereka. Salaf
mengetahui bahwa seorang bersama orang yang ia cintai sebagaimana disebutkan
dalam hadits
ليس من
منهج السلف
توقير صاحب
البدعة
50) Bukan
termasuk manhaj salaf, memuliakan ahlul-bid’ah
ليس من
منهج السلف
: الدخول في
جدال مع
أهل الباطل،
فإن المسلم
لا يعرض
ديبنه للأهواء
51) Bukan
termasuk manhaj salaf, masuk dalam perdebatan bersama orang-orang yang berada
di atas kebatilan, karena seorang muslim tidak mempertaruhkan agamanya demi
mengikuti hawa nafsu
Sikap
yang Benar Saat
Fitnah Datang
ليس منهج
السلف الاستشراف
للفتن والخوض
فيها، بل
كانوا يتجنبونها
ويحذرون منها.
52) Bukan
termasuk manhaj salaf, menjadi corong dalam fitnah-fitnah dan menyibukkan diri
di dalamya. Bahkan dahulu salaf menjauh dan memperingatkan dari berbagai fitnah
ليس من
منهج السلف
الوقوع في
الفرقة والاختلاف
والتباغض، وشعارالسلف
لا تباغضوا
و لا
تدابروا وكونوا
- عباد الله
– إخوانا
53) Bukan termasuk
manhaj salaf, perpecahan, perselisihan dan saling membenci. Syiar salaf adalah “janganlah
kalian saling membenci, saling membelakangi, jadilah kalian hamba-hamba Allah
yang bersaudara”
ليس من
منهج السلف
منازعة العلماء،
في كلامهم،
فالطالب يعلم
أنه طالب
وأن بحث
هذه المسائل
متروك للعلماء،
فما بالكم
بالنوازل والمسائل
الكبار!
54) Bukan
termasuk manhaj salaf, mempertentangkan perkataan ulama. Seorang penuntut ilmu
harus tahu bahwa ia hanyalah penuntut ilmu. Permasalahan kontemporer
dan permasalahan yang besar hendaklah ditinggalkan dan diserahkan kepada ulama,
seorang penuntut ilmu tidak diperkenankan membahas permasalahan-permasalahan
tersebut
Sumber:
Twitter Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul hafizhahullah (judul tiap
sub bab dan pengelompokan pokok pembahasan berasal dari penerjemah –Abul-Harits)
Assalaamu alaykum,
ReplyDeleteAfwan ustadz, apa mungkin ada sedikit kesalahan dalam terjemahan berikut?
"31) Bukan termasuk manhaj salaf, bersikap ta’ashub dan ghuluw terhadap suatu pendapat. Mereka menyatakan: “Pendapat yang aku yakini pasti benar, tidak mengandung kesalahan sedikitpun, sedangkan orang yang menyelisihiku pasti salah, tidak sedikitpun mengandung kebenaran.”"
Apa mungkin seharusnya (kurang lebih) seperti ini:
"31) Bukan termasuk manhaj salaf, bersikap ta’ashub dan ghuluw terhadap suatu pendapat. Mereka menyatakan: “Pendapat yang aku yakini benar, tapi ada kemungkinan (ihtimal) salah, sedangkan orang yang menyelisihiku salah, tapi ada kemungkinan (ihtimal) benar.”"
Wa'alaikumussalam warahmatullah, oh iya, saya kurang cermat. Jazakumullah khairan koreksinya akhi... insya Allah saya perbaiki
ReplyDeleteWajazaakallahu khayran ustadz. Mudah2an Allah jadikan kebaikan yang banyak melalui da'wah antum.
ReplyDeleteAlhamdulillah, saya menemukan artikel ini dan artikel ustadz yang berjudul “Mengenal Karakteristik Kelompok Haddadiyah” serta “Nasehat Syaikh Shalih as-Suhaimi”. Semoga Allah membalas ustadz dengan kebaikan.
ReplyDeleteTerus terang setelah membaca, khususnya Bab Sikap Yang Benar Dalam Permasalahan Ijtihadiyyah ke bawah, saya merasa apa yang diajarkan selama ini ternyata banyak menyelisihi apa yang tertulis di sini. Mulai dari penyikapan terhadap murid-murid syaikh al-Albani, ulama Yaman, sebagian ulama atau pengajar di Universitas Islam Madinah (syaikh Abdul Malik ar-Ramadhani, syaikh Ibrahim ar-Ruhaili dan syaikh Abdurrazaq al-Badr), tidaklah berbicara tentang mereka kecuali padanya disertai celaan dan seruan menjauhi mereka. Terlebih lagi menyikapi ikhwan yang mengikuti pendapat ulama Saudi yang berbeda (seperti syaikh AbdulMuhsin, syaikh Shalih Fauzan).
Ustadz, saya ingin mencetak dan menyebarkan artikel antum agar lebih meluas manfaatnya. Hanya saja... pernah ada ikhwan yang mempertanyakan masalah-masalah semisal ini kepada seorang ustadz. Hasilnya, ia dicap “berbahaya” dan diserukan untuk dijauhi.
Ustadz abul Harits, mohon nasehat antum.
Semoga Allah meneguhkan ustadz dan saya di atas Islam dan Sunnah.
Semoga Allah juga membalas antum dengan kebaikan,
ReplyDeleteAkhi, tugas kita hanyalah berdakwah, menyampaikan kebenaran, mendakwahkan al-haq yang kita yakini. Kita sampaikan ilmu kepada manusia, perkara dakwah kita diterima atau ditolak, kita serahkan kepada Allah. Tujuan kita adalah menegakkan hujjah kepada orang-orang yang menyelisihi kebenaran. Agar di sisi Allah, kita bisa bersaksi bahwa kita telah menyampaikan nasehat kepada saudara-saudara kita. Demikianlah tugas para nabi dan da’i-da’i yang menyeru kepada Allah.
Saya menyayangkan sikap sang ustadz, ketika ada seorang yang bertanya dalam rangka mencari kebenaran, tidak sepantasnya seorang da’i berpaling, apalagi memboikot si penanya dan memvonisnya sebagai seorang yang “berbahaya” atau terkadang dengan istilah “maftuun (terfitnah)”. Seharusnya, sang ustadz menjelaskan kebenaran yang ia ketahui kepada si penanya, jika dinilai bahwa si penanya memiliki syubhat, hendaknya diluruskan dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta perkataan ulama. Atau jika ia belum bisa menjawab syubhat tersebut, bisa ditanyakan kepada ulama.
Diantara sebab yang memicu fitnah diantara salafiyyin dewasa ini adalah minimnya pengetahuan sebagian ikhwah tentang kaidah-kaidah jarh wat ta’dil, serta penerapan kaidah tersebut di kalangan ulama salaf mutaqaddimin, seolah-olah perselisihan jarh wat ta’dil hanya terjadi di masa ini. Demikian pula adab-adab dalam permasalahan ijtihadiyyah. Oleh karena itu, untuk meredam fitnah tersebut, fokus saya adalah menyebarkan kaidah-kaidah yang benar dalam permasalahan jarh wat ta’dil, serta menanamkan kaidah tersebut dalam jiwa salafiyyin. Sebab perbedaan ijtihad jarh wat ta’dil diantara ulama tidak akan ada hentinya, dari hari kemarin, sekarang hingga esok hari.
ReplyDeleteSaya hanya berbicara kaidah, tidak menunjuk pada person-person tertentu. Dengan kaidah-kaidah itulah seorang muslim dapat menilai kebenaran berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan kaidah tersebut, kita bisa mengenal ijtihad ulama siapa yang lebih mendekati kebenaran dan sikap apa yang mesti diambil. Saya tidak menyatakan setiap ijtihad ulama itu benar, kebenaran hanya satu, namun kebenaran ijtihad seorang ulama bisa dilihat dari dalil-dalil dan kaidah yang dipakai. Terkadang kebenaran bersama ulama kibar, dan terkadang kebenaran bersama ulama yang lebih rendah kedudukannya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah ketika menjelaskan hadits riwayat Al-Bukhari (8/565) berkata:
و فيه أن العالم الكبير قد يخفى عليه بعض ما يدركه من دونه لأن العلم مواهب والله يؤتي فضله من يشاء
“Dalam hadits ini (terdapat faedah) bahwa seorang ulama kibar terkadang tersamarkan baginya sebagian perkara yang diketahui oleh orang yang lebih rendah tingkatannya, sebab ilmu merupakan anugrah dan Allah memberikan keutamaan-Nya kepada siapa yang dikehendakinya.” [Fathul Bari, 1/144]
Saat Syaikh Al-Albani, Syaikh Abdul Aziiz bin Baz dan Syaikh Ibnu Utsaimin masih hidup, kedudukan Syaikh Rabi’ berada di bawah tingkatan ketiga ulama kibar tersebut. Namun ijtihad Syaikh Rabi’ lebih kita terima ketika mengkritik tokoh-tokoh ikhwani semacam Salman Al-Audah dan Safar Al-Hawali, dalam keadaan ulama kibar ketika itu masih memberikan pujian. Maka kaidah “kebenaran selalu bersama ulama kibar” secara mutlak tentu kurang tepat. Bahkan kebenaran bersama ulama kibar maupun bersama ulama shighar apabila ijthadnya sesuai dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
ReplyDeleteBukankah para imam madzhab yang empat (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad) adalah ulama kibar. Namun prakteknya tidak semua pendapat imam madzhab yang empat diterima oleh para muhaqqiq. Sering kita menemukan ijtihad Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Hazm, Asy-Syaukani dan Al-Albani menyelisihi pendapat jumhur. Padahal jika diukur, kedudukan imam madzhab yang empat jauh di atas para ulama yang saya sebutkan di atas, baik dari sisi keilmuan maupun keutamaannya. Kesimpulannya, tolak ukur kebenaran adalah dalil, bukan ijtihad fulan atau pendapat ‘allan.
Allahua’lam, semoga bermanfaat