Pertama, malaikat dan jin memiliki jasad.
Allah ta’ala berfirman:
أَذَلِكَ
خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ (62) إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً
لِلظَّالِمِينَ (63) إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ (64) طَلْعُهَا
كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ
“(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah
pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan
bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya itu adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka
yang menyala, mayangnya seperti kepala-kepala setan” [QS. Ash-Shaffat:
62-65]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الجن
ثلاث أصناف صنف لهم أجنحة يطيرون في الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون و يظعنون
“jin terdiri dari tiga golongan: segolongan memiliki
sayap-sayap, mereka terbang di udara, segolongan lain berwujud ular dan anjing, segolongan yang lain
berubah wujud dan berpindah-pindah” [HR Al-Hakim (2/465), Ath-Thabrani no. 573
(22/214), Ibnu Hibban no. 6123 dan Al-Baihaqi dalam Al-Asma’ was Shifaat
no. 827]
Hadits ini dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi,
Al-Albani dalam ta’liq terhadap Al-Misykah no. 4148 dan Shahih
Al-Jami’ no.3114 serta Muqbil Al-Wadi’i dalam Ash-Shahihul Musnad
no. 1213
Allah ta’ala berfirman:
يَا
بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ
الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ
يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali
kalian dapat ditipu oleh setan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ayah ibumu dari surga, ia menanggalkan
pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya setan dan
pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa
melihat mereka” [QS. Al-A’raaf: 27]
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى
الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ
زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ،
فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى
الله عليه وسلم – . قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ
شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله
عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ ،
فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah
mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang
yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi
Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam
keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.”
Abu
Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata
padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang
dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai
Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya
keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku
melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.“
. فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ
لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ .
فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ
لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى
فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ
سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – «
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ
« أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Aku pun
tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallamkatakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun
datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku
benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata,
“Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga
dan aku tidak akan kembali setelah itu.”
Abu
Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas
di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh
tawananmu?” Aku pun
menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan
juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku
melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali
lagi.“
. فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ
فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ
تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ . قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ
يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ
فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ
الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ
اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ
سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – «
مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ
يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ .
قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ
آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ
حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ
عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ
قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Pada
hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu
mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sudah kali ketiga,
engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. Ia pun berkata,
“Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.”
Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di
ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga
engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu
dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.”
Abu
Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya
padaku, “Apa yang
dilakukan oleh tawananmu semalam?”
Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu
kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun
melepaskan dirinya.”
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya,
“Apa kalimat tersebut?” Abu
Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di
ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia
mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak
akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam
melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya
dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu,
wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” [HR. Bukhari
no. 2311]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ستر ما
بين أعين الجن وعورات امتي إذا دخل أحدكم الخلاء ان يقول بسم الله
“Penutup antara pandangan jin dan aurat umatku saat salah seorang kalian masuk
ke dalam toilet adalah perkataan bismillah” [HR. At-Tirmidzi no. 606,
Ibnu Majah no. 297 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil,
1/88-90]
Ketiga, malaikat dan jin akan mati, kecuali
beberapa malaikat yang Allah kecualikan seperti malaikat penjaga surga dan
neraka, malaikat pemikul ‘Arsy dan lainnya.
Allah ta'ala berfirman:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَان
"Seluruh apa yang berada di atasnya (bumi -pen) akan binasa" [QS. Ar-Rahman: 26]
Allah ta'ala berfirman:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَان
"Seluruh apa yang berada di atasnya (bumi -pen) akan binasa" [QS. Ar-Rahman: 26]
Keempat, malaikat dan jin memiliki akal dan dapat
berbicara
Allah ta’ala berfirman menghikayatkan perkataan
malaikat saat mencabut nyawa orang kafir,
وَلَوْ
تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ
وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Sekiranya kamu dapat melihat saat malaikat
mencabut jiwa orang-orang kafir, malaikat memukul kepala-kepala dan punggung
mereka seraya berkata: “rasakanlah azab yang membakar” [QS.
Al-Anfaal: 50]
Allah ta’ala berfirman menghikayatkan perkataan
jin Ifriit,
قَالَ
عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ
وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
“Ifriit dari kalangan jin berkata: “Aku akan
mendatangkan singgasana itu kepadamu sebelum kamu bangkit dari tempatmu.
Sungguh aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya” [QS An-Naml:
39]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata:
والملائكة
والشياطين احياء ناطقون كما دلت عليه الدلائل الكثيرة
“Malaikat dan setan-setan itu hidup dan berbicara
sebagaimana ditunjukkan dalam dalil-dalil yang banyak” [Majmuu’ Al-Fatawaa,
10/399]
Kelima, malaikat dan jin memiliki ilmu dan amal,
keduanya pun bertingkat-tingkat dalam ilmu dan amal shalih
Allah ta’ala berfirman:
وَأَنَّا
مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
“Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada orang-orang yang shalih
dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Kami menempuh jalan
yang berbeda-beda” [QS. Al-Jin: 11]
Keenam, malaikat dan jin bisa terbang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الجن
ثلاث أصناف صنف لهم أجنحة يطيرون في الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون و يظعنون
“jin terdiri dari tiga golongan: segolongan memiliki
sayap-sayap, mereka terbang di udara, segolongan lain berwujud ular dan anjing, segolongan yang lain
berubah wujud dan berpindah-pindah” [HR Al-Hakim (2/465), Ath-Thabrani no. 573
(22/214), Ibnu Hibban no.6123 dan Al-Baihaqi dalam Al-Asma’ was Shifaat
no. 827]
Hadits ini dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi, Al-Albani
dalam ta’liq terhadap Al-Misykah no. 4148 dan Shahih Al-Jami’
no.3114 serta Muqbil Al-Wadi’i dalam Ash-Shahihul Musnad no. 1213
Ibnu Mas’ud berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat
malaikat Jibril dalam bentuk aslinya yang mempunyai enam ratus sayap,
setiap sayap menutup ufuk, dari sayapnya berjatuhan berbagai warna, mutiara dan
permata yang hanya Allah lah yang mengetahui keindahannya.” [HR. Ahmad,
dishahihkan sanadnya oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir dan Asy-Syaikh Ahmad Syakir]
Ketujuh, setiap manusia memiliki qarin
(pendamping) dari malaikat dan qarin dari jin.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ
إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ
قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ، وَقَرِينُهُ مِنَ الْمَلَائِكَةِ
“Tidaklah salah seorang kalian kecuali telah diwakilkan qarin-nya
dari kalangan jin dan qarin-nya dari kalangan malaikat” [HR. Ahmad dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 10739]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ لِلشَّيْطَانِ لَمَّةً
بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ
بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالحَقِّ، وَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ
بِالخَيْرِ وَتَصْدِيقٌ بِالحَقِّ،
"Sesungguhnya setan membisik-bisikkan kepada anak Adam, begitu pula malaikat. Adapun bisikan setan adalah mangajak keburukan dan mendustakan kebenaran, sedangkan bisikan malaikat adalah mengajak kebaikan dan membenarkan yang haq". [HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Mawaridudz Zham'an no. 38 dan di Hidayatur Ruwah no. 70]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مِنْ خَارِجٍ يَخْرُجُ - يَعْنِي مِنْ بَيْتِهِ - إِلَّا بِبَابِهِ رَايَتَانِ: رَايَةٌ بِيَدِ مَلَكٍ، وَرَايَةٌ بِيَدِ شَيْطَانٍ،فَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُحِبُّ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، تَّبَعَهُ الْمَلَكُ بِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الْمَلَكِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ، وَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُسْخِطُ اللهَ، اتَّبَعَهُ الشَّيْطَانُبِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الشَّيْطَانِ، حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ "
"Tidaklah seseorang keluar dari rumahnya, melainkan di pintu rumahnya ada dua bendera, satu bendera di pegang oleh malaikat, dan satu bendera lagi di pegang oleh setan. Jika orang tersebut keluar dari rumahnya untuk hal-hal yang dicintai Allah, maka ia akan di dampingi oleh malaikat dengan membawa benderanya. Malaikat akan senantiasa mengikutinya hingga orang tersebut pulang ke rumah.
Jika orang tersebut keluar dari rumahnya untuk hal-hal yang di murkai Allah, maka ia akan didampingi oleh setan dangan membawa benderanya. Setan akan senantiasa mengikutinya kemana saja hingga orang tersebut pulang ke rumahnya." [HR. Ahmad no. 8269, dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan dihasankan oleh Syu'aib Al-Arna'uth]
"Sesungguhnya setan membisik-bisikkan kepada anak Adam, begitu pula malaikat. Adapun bisikan setan adalah mangajak keburukan dan mendustakan kebenaran, sedangkan bisikan malaikat adalah mengajak kebaikan dan membenarkan yang haq". [HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Mawaridudz Zham'an no. 38 dan di Hidayatur Ruwah no. 70]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مِنْ خَارِجٍ يَخْرُجُ - يَعْنِي مِنْ بَيْتِهِ - إِلَّا بِبَابِهِ رَايَتَانِ: رَايَةٌ بِيَدِ مَلَكٍ، وَرَايَةٌ بِيَدِ شَيْطَانٍ،فَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُحِبُّ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، تَّبَعَهُ الْمَلَكُ بِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الْمَلَكِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ، وَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُسْخِطُ اللهَ، اتَّبَعَهُ الشَّيْطَانُبِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الشَّيْطَانِ، حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ "
"Tidaklah seseorang keluar dari rumahnya, melainkan di pintu rumahnya ada dua bendera, satu bendera di pegang oleh malaikat, dan satu bendera lagi di pegang oleh setan. Jika orang tersebut keluar dari rumahnya untuk hal-hal yang dicintai Allah, maka ia akan di dampingi oleh malaikat dengan membawa benderanya. Malaikat akan senantiasa mengikutinya hingga orang tersebut pulang ke rumah.
Jika orang tersebut keluar dari rumahnya untuk hal-hal yang di murkai Allah, maka ia akan didampingi oleh setan dangan membawa benderanya. Setan akan senantiasa mengikutinya kemana saja hingga orang tersebut pulang ke rumahnya." [HR. Ahmad no. 8269, dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan dihasankan oleh Syu'aib Al-Arna'uth]
Allahua'lam
Sumber: - Ahkaamut Ta’amul Ma’al Jin
- Aakamul Marjaan
- 'Alamu Malaikatil Abraar
- Aakamul Marjaan
- 'Alamu Malaikatil Abraar
Assalamu'alaikum
ReplyDeleteUstadz, saya mau bertanya tentang TAKUT DENGAN JIN
jika seseorang meyakini bahwa yang dapat mendatangkan manfaat dan madharat hanya Allah. dan sesuatu yang terjadi kepada seseorang adalah atas izin Allah.
namun seseorang tersebut takut jika sendirian melewati tempat angker. karena banyak orang mengatakan bahwa di tempat tersebut sering ada penampakan jin. sehingga orang tersebut menjadi takut jika ada jin yang menampakkan diri dalam bentuk yang menyeramkan. apakah ketakutan seperti ini termasuk syirik kecil atau ketakutan yang wajar (bukan termasuk syirik)
Wa'alaikumussalam warahmatullah,
ReplyDeleteJika Anda takut kepada penampakan jin hanya karena wujudnya yang menyeramkan, tanpa ada keyakinan tertentu dan perbuatan tertentu, maka ini termasuk khauf thabi'i (takut yang wajar), sebagaimana takutnya seorang kepada binatang buas.
Namun jika disertai keyakinan tertentu, misalkan keyakinan harus memberikan klakson saat melewati tempat angker, jika tidak, maka Anda akan tertimpa kesialan. Perbuatan ini termasuk syirik khafiy (syirik tersembunyi) yang juga termasuk syirik kecil. Contoh lain, ketika ketakutan Anda pada jin menyebabkan Anda memberikan sesajen agar tidak diganggu. Ini juga termasuk kesyirikan.
Ketika ketakutan Anda pada jin menyebabkan Anda meninggalkan ibadah yang wajib atau menyebabkan Anda terjatuh pada keharaman, maka hukumnya juga haram. Namun ini bukan termasuk kesyirikan, contoh kasus ini misalkan Anda takut untuk mengambil air wudhu pada malam hari di sumur yang terletak di luar rumah, hingga menyebabkan Anda tidak shalat Isya.
Allahua'lam