Tanya:
كنت موظفا في إمارة إحدى القرى
التي تبعد عن منزلي نحو (75كم)، طريق صحراوي وعر، وعندما كنت أتردد لحقتني مشقة،
فقلت لأمير المنطقة: ائذن لي أن أداوم يومين في الأسبوع، فكان يأذن لي في بعض
الأيام وبعضها لا يأذن لي، ومضى على ذلك عامان، فما حكم الأيام التي كنت أتغيب
فيها من غير إذن من أمير المنطقة؟
“Aku seorang
pegawai salah satu gedung di suatu kota, jarak tempat kerja dari rumahku
sekitar 75 kilometer melewati gurun dan lembah. Suatu saat, aku merasa
terbebani sehingga ragu (akan berangkat kerja). Aku berkata kepada wali kota: ‘ijinkan
aku hanya bekerja dua hari setiap minggu’. Kemudian ia memberikan ijin padaku
beberapa hari, namun beberapa hari yang lain tidak diijinkan, selama dua tahun
keadaanku seperti ini. Apa hukum hari-hari saat aku bolos kerja tanpa memperoleh
ijin dari wali kota?
Jawab:
Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
الأيام التي تتغيب فيها عن عملك
بدون إذن لا يحل لك أن تأخذ ما يقابلها من الراتب؛ لأن الراتب في مقابلة عمل، فإذا
أتممت العمل استحققت الراتب كاملا، وإن نقصت لم تستحقه كاملا، وإذا كنت الآن أخذت
الراتب كاملا بدون خصم فالواجب عليك أن ترده إلى من أخذته منه إن أمكن، وإن كنت
تخشى من المسئولية والتعب فتصدق به تخلصا منه أو أدخله في عمارة مسجد في إصلاح
طريق لتسلم من إثمه.
“Tidak halal
bagimu mengambil gaji beberapa hari saat engkau bolos kerja tanpa ijin. Sebab gaji
merupakan kompensasi dari pekerjaan. Apabila engkau berkerja dengan sempurna
(fulltime), engkau berhak memperoleh gaji secara sempurna. Apabila engkau
mengurangi (jatah waktu pekerjaan), engkau tidak berhak mengambil gaji secara
sempurna.
Apabila
sekarang engkau telah mengambil gaji secara sempurna tanpa ada potongan, engkau
wajib mengembalikan uang tersebut kepada orang yang memberikan gaji itu kepadamu,
jika memungkinkan. Namun jika engkau takut kepada si penanggung jawab,
sedekahkanlah gaji itu untuk berlepas diri darinya atau sedekahkan untuk
pembangunan masjid agar engkau terlepas dari dosa.”
Penanya:
واستأذنت من نفس المسئول فما
الحكم؟
“Aku telah
meminta ijin kepada penanggung jawab (di kantor), apa hukumnya?”
Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
إذا استأذنت منه أي المسئول
المباشر عندك وأنت تعلم أن العمل يحتاج إلى وجودك فلا تقبل منه الإذن، يجب أن تحضر
ولو أذن لك بالغياب، وأما إذا كان العمل لا يحتاج وأذن لك صاحبه المباشر فأرجو ألا
يكون في ذلك بأس
“Apabila
engkau telah meminta ijin kepada penanggung jawab langsung dari pekerjaanmu,
dan engkau telah mengetahui bahwa pekerjaan itu membutuhkan kehadiranmu, maka
ijin tersebut tidak diterima. Engkau tetap wajib berangkat kerja, meskipun ia
memberikan ijin padamu untuk tidak berangkat kerja. Adapun jika engkau tidak
terlalu dibutuhkan dalam pekerjaan, dan penanggung jawab langsung dari pekerjaanmu
telah memberikan ijin padamu, maka aku berharap hal itu tidak masalah” [Liqa
Al-Baab Al-Maftuuh, 23/14]
afwan, ana uda kirim pertnyaan via wa. tlg sgra djwb ya tadz
ReplyDelete