Tanya:
فضيلة
الشيخ! مما درست أن هناك أنواعا للنذر: فهناك نذر واجب، ونذر طاعة، ونذر مباح،
ونذر معصية، وسمعت أن النذر المباح لا يجب القضاء فيه بل يجوز الكفارة، ويجوز أن
يقضيه فكيف؟ الشيخ: ماهو النذر المباح الذي فهمت؟ السائل: مثلا: يقول علي نذر أن
أقرأ كتاب كذا أو أبيع سيارتي؟
“Syaikh yang mulia, diantara yang pernah aku pelajari,
di sana terdapat macam-macam nadzar: nadzar wajib, nadzar ketaatan, nadzar
mubah dan nadzar maksiat. Aku mendengar bahwa nadzar mubah tidak wajib
ditunaikan , bahkan boleh memilih antara membayar kaffarah dan menunaikannya,
benarkah? Jelaskan nadzar mubah yang engkau pahami syaikh. Misalkan, ia berkata
‘aku bernadzar membaca kitab ini atau aku bernadzar menjual mobilku.
Jawab:
Asy-Syaikh Muhamad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
menjawab:
النذر المباح حكمه
حكم اليمين، فإذا قال: لله علي نذر أن أبيع سيارتي، أو لله علي نذر أن أشتري البيت
الفلاني قلنا له: أنت الآن بالخيار إن شئت فافعل وإن شئت فلا تفعله وكفر كفارة
يمين؛ لأن هذا نذر مباح، ونذر الطاعة أن يقول: علي نذر أن أصوم غدا يعني: يوم
الإثنين، ونذر المعصية أن يقول: لله علي أن أهجر فلانا وهو لا يستحق الهجر.
السائل:
رجل نذر أن يشتري لوالدته -مثلا- كذا وكذا من أي الأنواع؟ الشيخ: هذا من أنواع نذر
الطاعة إذا كان هذا مما يسر الأم أو تحتاجه الأم؛ لأنه حينئذ يدخل في البر، وبر
الوالدين من الطاعة فيلزمه أن يشتري ذلك لها إلا إذا قالت: لا أريده، فإذا قالت:
لا أريده فإنه لا يلزمه أن يشتريه لها، وفي هذه الحالة ينبغي أن يكفر كفارة يمين.
“Hukum nadzar
mubah sama dengan sumpah. Apabila ia berkata: ‘aku bernadzar menjual mobilku
atau aku bernadzar membeli rumah fulan’, maka kami katakan bahwa engkau
sekarang boleh memilih, jika engkau mau, silahkan menunaikan nadzarnya atau jika
engkau mau, tinggalkanlah dan tebuslah dengan kaffarah sumpah[1], karena
ini merupakan nadzar mubah. Nadzar ketaatan contohnya adalah perkataan: ‘aku
bernadzar puasa besok yaitu hari Senin’. Nadzar maksiat contohnya perkataan: ‘aku
bernadzar untuk memboikot (hajr) fulan’, padahal ia bukan orang yang berhak
untuk diboikot.
Penanya: “misalkan seorang laki-laki bernadzar membelikan
sesuatu untuk ibunya..”
Asy-Syaikh: “ini termasuk nadzar ketaatan, apabila
sesuatu tersebut dapat membuat ibu senang atau sesuatu yang dibutuhkan oleh
ibu, sebab hal itu termasuk perbuatan baik. Berbakti pada orang tua tergolong
ketaatan. Ia wajib membeli sesuatu tersebut untuk ibunyu, kecuali jika ibunya
berkata: ‘aku tidak menginginkannya’. Apabila ibunya berkata demikian, maka ia
tidak wajib membelikan sesuatu tersebut untuk ibunya. Dalam keadaan ini, ia
seharusnya membayar tebusan dengan kaffarah sumpah. [Liqa Al-Bab Al-Maftuh,
16/16]
[1] 1. Memberi
makan 10 orang miskin (masing-masing orang miskin setengah sha’ beras atau
setara dengan 1,5 kg. Jadi, jumlah total yang dikeluarkan adalah 1,5 x 10 = 15
kg beras, atau
2. Memberi pakaian 10 orang miskin (pakaian yang bisa digunakan untuk shalat, misalkan sarung sekaligus baju atasan, tidak cukup hanya kaos), atau
3. Membebaskan budak
Pilihlah salah satu dari tiga point di atas, jika
tidak mampu memilih salah satu dari ketiganya, silahkan Anda berpuasa tiga hari
(tanpa harus berurutan) menurut pendapat ulama yang lebih kuat. Dalilnya surat
Al-Maidah ayat 89, Allah ta’ala berfirman:
فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَكَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ
“Kaffarahnya adalah memberi makan sepuluh orang
miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau
memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa
tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari.
Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu langgar. ” [QS.
Al-Maidah: 89]
No comments:
Post a Comment