Monday, January 12, 2015

Suami Istri Bertengkar Sampai Istri Dipukul, Apakah Wajib Qishash?

Tanya:

على أثر جدال بيني وبين زوجتي ضربتها فكسرت ضرسها، ولكن لم يُقلع من مكانه؛ هل يجب عليَّ القصاص ؟ وفي حالة اتفاقي مع زوجتي حول دفع تعويض عما سببته لها من الضرر؛ هل لديكم حل ؟ أفيدونا مأجورين

“Setelah aku dan istriku bertengkar, aku memukulnya hingga gigi gerahamnya patah, namun gigi tersebut tidak sampai copot.  Apakah aku wajib di-qishash? Apabila terjadi kesepakatan antara aku dan istriku untuk membayar sejumlah ganti rugi atas perlakuanku kepadanya yang menyebabkan dharar, Apa solusi dari Anda?

Jawab:

Asy-Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:

لا ينبغي أن ينتهي النزاع إلى هذه الحالة؛ بحيث ينتهي إلى الضرب وإلى الجراحة أو الكسر، هذا لا يجوز بين المسلمين، وهو بين الزوجين أشدُّ شناعة؛ لأن الله سبحانه وتعالى أمر بالمعاشرة بالمعروف .
وقضية ما حصل من كسر السن وماذا يجب فيه؛ فالأمر في هذا له حالتان :
الحالة الأولى : أن تصلحا فيما بينكما : إما بأن تسمح وتعفو عنك مجانًا، وهذا أفضل؛ لقوله تعالى : { فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ } [ سورة الشورى : آية 40 ] ، وإما بأن تعفو على عوض وعلى ما تدفعه لها . هذا من باب الصلح، والصلح جائز بين المسلمين؛ إلا صلحًا أحل حرامًا أو حرم حلالاً .
الحالة الثانية : أن يطلب في هذا التقاضي والدية الواجب دفعها لها، وهذا لابد فيه من الانتهاء إلى المحكمة الشرعية؛ لتنظر في القضية، وتقرر ما تستحقه هذه الجناية من مال

“Suatu pertengkaran tidak semestinya berakhir dengan keadaan tersebut, berakhir dengan pemukulan, penyiksaan atau luka-luka. Perbuatan ini tidak boleh dilakukan sesama kaum muslimin, apalagi diantara suami istri, hal itu jauh lebih tercela, karena Allah subhanahu wata’ala memerintahkan (keduanya) untuk bergaul dengan cara yang ma’ruf.

Berkaitan dengan kejadian yang mengakibatkan  patahnya gigi dan hal yang wajib dilakukan, masalah ini memiliki dua keadaan:

Keadaan pertama, kalian berdua saling berdamai, bisa dengan cara istri memaafkan Anda tanpa ganti rugi, pilihan ini lebih utama berdasarkan firman Allah ta’ala:

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

Barangsiapa yang memafkan dan berbuat baik, maka pahalanya di sisi Allah” [QS. Asy-Syuraa: 40]

Pilihan kedua, istri memaafkan dengan ganti rugi atas perlakuan Anda kepadanya, ini juga termasuk bentuk berdamai yang diperbolehkan diantara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.

Keadaan kedua, mengangkat masalah ini kepada hakim, Anda wajib membayar diyat (tebusan) kepada istri. Kasus ini harus diselesaikan di Mahkamah Syar’iyyah, agar dapat dilihat masalahnya, kemudian Mahkamah Syar’iyyah akan memutuskan berapa jumlah harta yang wajib Anda berikan atas pelanggaran tersebut” [Al-Muntaqa min Fatawa Al-Fauzan no. 404]

No comments:

Post a Comment