Pertanyaan tersebut terjawab dalam fatwa Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiri
hafizhahullah berikut,
Tanya:
بعضهم الله يحفظك يعني يقول لا نأخذ العلم إلا عن العلماء الكبار: ابن
باز والألباني وابن عثيمين فقط. فما توجيهكم؟
“Semoga Allah menjaga
Anda, sebagian mereka mengatakan “Kami tidak mengambil ilmu kecuali dari ulama
kibar, Ibnu Baz, Al-Albani dan Ibnu Utsaimin saja.” Apa nasehat Anda?
Jawab:
Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah berkata:
أقول
أولا: أنا أرى
هؤلاء الثلاثة شيوخ إسلام من الْمُعاصرين لنا، وأنهم أئمة، ولكن.
وثانيا: وصف
النبي -صلى الله عليه وسلم- بأنهم ورثة الأنبياء، هذا عام فِي كل عصر ومِصر، وفِي
كل زمان ومكان، فحيث وجد الراسخون فِي العلم ومن ينصح للناس، ويعلمهم دين الله من
الكتاب والسنة، وجبَ الأخذ عنه، فالحصر لا مسوّغ له، الحصر لا مسوّغ له.
وقد كان من السلف من يستفتي كبار التابعين مع وجود الصحابة -رضي الله
عنهم- من غير نكير.
لكن عرفنا من هدي أئمتنا أنه إذا ضمّ المجلسَ عالِمَيْن فإن من كان
أصغرهما أو أقلهما تركَ المجلسَ لِمَن هو أجلّ منه.
نعم، فهذا حصر بلا موجِب للحصر.
ثم ولله الحمد والْمنّة وجود أخوة وأبناء لهؤلاء الأشياخ الثلاثة لا
ينكر أحد ذلك ، موجود.
ولكن أهل الأهواء لا يفتؤون ساعيْن فِي التفريق بيْن العلماء وعوام
الناس ويسلكون كل سبيل.
فهذه الْمَقولة من تهوين أمر أخوان هؤلاء الأشياخ الثلاثة وطلابهم
وأبنائهم الذين كانت لهم أقوال ولله الحمد معتبرة فِي حياة هؤلاء الأشياخ . نعم.
“Aku katakan:
Pertama, aku berpendapat bahwa ketiganya
termasuk imam dan Syaikhul Islam bagi kita dari kalangan mu’ashirin, akan tetapi
Kedua, penyifatan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bahwa mereka (ulama –pen) adalah pewaris nabi, ini berlaku
umum di setiap masa dan wilayah, di setiap waktu dan tempat. Di mana pun
terdapat orang-orang yang mendalam ilmunya (rasikhun fil ‘ilmi –ulama-),
orang-orang yang memberikan nasehat pada manusia, serta mengajarkan agama Allah
berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka wajib mengambil ilmu dari mereka.
Membatasi (orang-orang tertentu –pen) saja tidak benar, membatasi (orang-orang
tertentu –pen) saja tidak semestinya.
Dahulu
diantara salaf ada yang meminta fatwa kepada kibar tabi’in, padahal para
sahabat radhiyallahu ‘anhum masih ada, tanpa ada pengingkaran dari yang
lain. Namun perlu kita ketahui, diantara akhlak para ulama (imam) kita, apabila
dalam satu waktu terdapat dua orang ulama yang duduk di majelis, hendaklah ulama
yang lebih muda atau yang lebih sedikit ilmunya meninggalkan majelis demi ulama yang lebih mulia darinya. Iya, ini adalah pembatasan, namun tidak bermaksud
membatasi (orang-orang tertentu saja –pen).
Kemudian
segala puji dan nikmat milik Allah, di sana terdapat ikhwah dan anak-anak
(murid –pen) dari ketiga ulama tersebut, tidak ada yang mengingkari hal itu,
mereka itu ada. Namun ahlul-ahwa’ selalu berupaya untuk memisahkan antara
ulama dan awam kaum muslimin, mereka menempuh segala cara untuk hal itu.
Pernyataan
ini merupakan bentuk pelecehan terhadap ikhwah yang bersama ketiga ulama
tersebut, pelecehan terhadap murid-murid ketiga ulama tersebut, dan pelecehan
terhadap anak-anak (didik –pen) dari ketiga ulama tersebut. Alhamdulillah
murid-murid ketiga ulama tersebut memiliki perkataan (peran dakwah –pen) yang
diakui semasa ketiga ulama tersebut masih hidup, iya” [Pertemuan Bersama Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiri di Makkah Al-Mukarramah, 30
Jumadil Ula 1431]
No comments:
Post a Comment