Friday, December 5, 2014

9 Alasan Kenapa Tidak Boleh Mencela Ulama

1) Karena ulama adalah wali Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits qudsi yang panjang, Allah ta’ala berfirman:

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, sungguh aku telah mengumumkan perang kepadanya…” [HR. Al-Bukhari no. 6502 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata:

إن لم يكن الفقهاء أولياء الله فليس لله ولي

“Apabila para fuqaha’ (ulama) bukan wali-wali Allah, maka Allah tidak memiliki wali”

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

إن لم يكن الفقهاء أولياء الله في الآخرة فما لله ولي

“Apabila para fuqaha’ (ulama) bukan wali-wali Allah di akhirat, maka Allah tidak memiliki wali”

‘Ikrimah rahimahullah berkata:

إياكم أن تؤذوا أحداً من العلماء، فإن من آذى عالماً فقد آذى رسول الله - صلى الله عليه وسلم -

“Berhati-hatilah kalian, janganlah menyakiti salah seorang pun dari ulama. Barangsiapa yang menyakiti seorang ulama, sungguh ia telah menyakiti rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”


Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:

فالذي يعادي أولياء الله يقول الله - عز وجل- : ( فقد آذنته بالحرب ) ، يعني أعلنت عليه الحرب.

فالذي يعادي أولياء الله محارب لله ـ عز وجل ـ نسأل الله العافية ، ومن حارب الله فهو مهزوم مخذول لا تقوم له قائمة


“Allah ‘azza wajalla berfirman kepada orang-orang yang memusuhi para wali-Nya:

فقد آذنته بالحرب

Aku telah mengumumkan perang kepadanya

Orang-orang yang memusuhi para wali Allah, mereka sedang memusuhi Allah ‘azza wajalla. Kami memohon kepada Allah keselamatan. Barangsiapa yang memusuhi Allah, maka ia akan kalah, terhina, serta tidak akan ada yang dapat menolongnya” [Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah]

2) Karena kebinasaan ulama merupakan kebinasaan umat,

Hilal bin Khabbab berkata: ”Aku bertanya kepada Sa’id bin Jubair, wahai Abu Abdillah, apa tanda kebinasaan manusia?”

Sa’id bin Jubair rahimahullah menjawab:

إذا هلك علماؤهم

“Apabila ulama mereka telah binasa”.

Mencela ulama berarti mendoakan kebinasaan bagi umat, sedangkan mendoakan kebaikan bagi ulama berarti mendoakan kebaikan bagi umat.

3) Karena mencela ulama menyelisihi aqidah ahlus-sunnah wal jama’ah as-salafiyyah

Abu Hatim Ar-Razi rahimahullah berkata:
عَلامَة أهل الْبدع الوقيعة فِي أهل الأَثر


“Ciri-ciri ahlul bid’ah adalah mencela ahlul atsar (ulama ahlus-sunnah).”

Abu ‘Utsman ash-Shabuni rahimahullah berkata:

وعَلاماتُ أَهلِ البدَعِ عَلى أَهلِهَا بَادِيَةٌ ظَاهِرَةٌ، وأَظهرُ آيَاتِهِمْ وعَلاَمَاتِهِمْ شِدَّةُ مُعَادَاتِهِمْ لِحَمَلةِ أَخْبَارِ النَّبِيِّ- صلى الله عليه وعلى آله وسلم- وَاحْتِقَارُهِمْ لَهُمْ، وَاسْتِخْفَافُهِم بِهِمْ


“Tanda-tanda ahlul bid’ah pada diri seseorang sangat jelas dan tampak. Tanda-tanda dan ciri-ciri mereka yang paling tampak adalah permusuhan yang sangat kuat terhadap para pengemban hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, pelecehan, dan perendahan terhadap mereka.” 

Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah berkata:

وعلماء السلف من السابقين، ومن بعدهم من التابعين، أهل الخير والأثر، وأهل الفقه والنظر – لا يذكرون إلا بالجميل، ومن ذكرهم بسوء فهو على غير سبيل

“Ulama salaf terdahulu dan para tabi’in setelahnya, ahlul-khair, ahlul-hadits, dan para fuqaha (ulama), tidak boleh menyebutkan mereka kecuali kebaikan. Barangsiapa yang menyebutkan mereka dengan keburukan, maka ia tidak bereada di jalan (yang lurus)”

4) Karena setiap ulama pasti memiliki ketergelinciran dan kesalahan

Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:

نعم أنا لا أقول إن العلماء معصومون وأنهم لا يخطئون ؛ العصمة لكتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم ؛ والعلماء يخطئون ولكن ليس العلاج أننا نشهر بهم وأننا نتخذهم أغراضاً في المجالس في المجالس ؛ أو ربما على بعض المنابر أو بعض الدروس لا يجوز هذا أبداً ؛ حتى لو حصلت من عالم زلة أو خطأ فإنَّ العلاج يكون بغير هذه الطريقة.

قال تعالى : (إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ) [النور : 19].


نسأل الله العافية والسلامة ، فالواجب أن نتنبه لهذا الأمر وأن يحترم بعضنا بعضاً لا سيما العلماء ، فإنَّ العلماء ورثة الأنبياء ولو كان فيهم ما فيم

“Iya, aku tidak menyatakan bahwa para ulama makshum, tidak pernah salah. Kemakshuman hanya terdapat dalam kitab Allah dan sunah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Para ulama memiliki kesalahan, namun cara memperbaikinya bukan dengan mencela mereka di muka umum, atau membicarakan mereka di majelis-majelis, di mimbar-mimbar, atau dalam sebagian pelajaran. Perbuatan ini tidak diperbolehkan, meskipun ulama tersebut memang terjatuh dalam ketergelinciran atau kesalahan. Cara memperbaikinya bukan dengan cara-cara seperti itu.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang menyukai tersebarnya keburukan di antara orang-orang mukmin, mereka akan mendapatkan azab yang pedih di dunia dan akhirat. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui” [An-Nuur: 19]

Kita memohon kepada Allah kesehatan dan keselamatan. Kita wajib memperhatikan perkara ini, saling menghargai satu sama lain, terutama para ulama, karena mereka adalah pewaris para nabi, meskipun pada diri mereka terdapat kekurangan” [Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah, 2/184]

5) Karena mencela ulama menyebabkan kehinaan bagi pelakunya di dunia dan akhirat

Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:

وما رأينا أحداً وقع في أعراض العلماء والمؤمنين إلا ويفضحه الله سبحانه وتعالى ويلقي عليه الذلة والمهانة والبغض في قلوب المؤمنين ، يبغضونه ولا يقبلونه أبداً هذا من الله سبحانه وتعالى

“Tidaklah aku mengetahui seorang pun yang menjatuhkan kehormatan para ulama dan orang-orang mukmin, kecuali Allah subhanahu wata’ala akan membongkar aib-aibnya, Allah akan melemparkannya ke dalam kerendahan, kehinaan dan rasa benci dalam hati-hati kaum mukminin. Orang-orang yang beriman akan membencinya dan ucapannya tidak akan diterima selama-lamannya. Ini adalah (balasan) dari Allah subhanahu wata’ala” [Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah: 3/313]

6) Karena kesalahan ulama yang sedikit telah ditutup oleh keutamaan dan 
kebaikannya yang banyak

Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:

فالواجب علينا أن نعرف قدر علمائنا وأن نحترمهم ، وأن لا نقبل الوشاية فيهم .

لا نقول أن العلماء معصومون لا يقع منهم أخطاء ، بل يقع منهم خطأ ، ولكن فضائلهم وما عندهم من الخير يغطي ما يقع منهم من الأخطاء ، ولسنا مكلفين بتتبع عورات المسلمين وإفشائها والتحدث عنها


“Kita wajib mengetahui kedudukan ulama kita, serta memuliakan mereka. Kita tidak menerima celaan kepada mereka. Kita tidak menyatakan bahwa para ulama makshum, tidak pernah salah, bahkan terkadang mereka terjatuh dalam kesalahan. Akan tetapi keutamaan dan kebaikan-kebaikan mereka akan menutup kesalahan-kesalahannya. Kita tidaklah dituntut untuk mencari-cari aib kaum muslimin, menyebarkannya dan membicarakannya” [Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah: 3/312]

7) Karena mencela ulama termasuk dosa besar

Asy-Syaikh Shalih  Al-Fauzan hafizhahullah berkata:

فالغيبة والنميمة حرام وكبيرتان من كبائر الذنوب بين عامة الناس فكيف بالعلماء ! غيبة العلماء والوقيعة في العلماء ، والكلام في العلماء بما يجرحهم أشد أنواع الغيبة وأشد أنواع النميمة

Ghibah dan namimah (adu domba) antara manusia adalah haram, bahkan termasuk dosa besar, bagaimana jika ghibah dan namimah antar ulama? Ghibah terhadap ulama, melecehkan dan pembicaraan yang menjurus  celaan pada ulama, hal itu termasuk jenis ghibah dan namimah yang paling keras.” [Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah: 3/310]

8) Karena ulama berhak berijtihad dan kesalahannnya telah diampuni

Asy-Syaikh Shalih  Al-Fauzan hafizhahullah berkata:

والعالِم إذا اجتهد وأصاب فله أجران، وإذا اجتهد فأخطأ فله أجر واحد، والخطأ مغفور .

وما من أحد استخفّ بالعلماء إلاّ وقد عرّض نفسه للعقوبة ، والتاريخ خير شاهد على ذلك قديمًا وحديثًا


“Apabila seorang ulama berijtihad, lalu ia tepat, maka ia memperoleh dua pahala. Apabila ia berijtihad, lalu ia keliru, maka ia memperoleh satu pahala, kesalahannya telah diampuni. Tidaklah seorang pun yang meremehkan para ulama, kecuali ia telah menyerahkan dirinya kepada azab. Sejarah di masa lalu maupun masa kini telah menjadi saksi atas hal itu.” [Al-Ajwibah Al-Mufidah]

9) Karena mencela ulama akan membuat manusia lari dari dakwah

Asy-Syaikh Rabi’ Al-Madkhali hafizhahullah pernah ditanya:

ما حكم الطعن في العلماء ودعاة السنة؟

“Apa hukum mencela para ulama dan da’i-da’i ahlus-sunnah?”

Beliau menjawab:

هذا أمر خطير جدا -يعني- نقد أهل الحق والطعن فيهم هذا يفضي إلى الطعن في دين الله، لأن هذا يصد عن سبيل الله، لأن هذا الذي يطعن في أهل الحق، الدعاة إلى الحق، الدعاة إلى التوحيد، الدعاة إلى محاربة الشرك والبدع والضلال، الطعن فيهم ينفر عن سبيل الله تبارك وتعالى

“Perkara ini sangat berbahaya yaitu membantah ahlul-haq serta mencela mereka. Perbuatan ini akan mengantarkan celaan kepada agama Allah. Karena perbuatan ini akan membuat lari (manusia) dari jalan Allah, karena seorang yang mencela ahlul-haq, mencela da’i-da’i yang mendakwahkan al-haq, mencela da’i-da’i penyeru tauhid, mencela da’i-da’i yang memerangi kesyirikan, bid’ah dan kesesatan, celaan kepada mereka akan membuat (manusia) lari dari jalan Allah tabaraka wata’ala” [Kaset berjudul Wujubul Ittiba’ La Al-Ibtida’]


Sumber: Al-I’lam bi Hurmati Ahlil Ilmi Wal Islam

Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 13 Shafar 1436

3 comments:

  1. Assalamu'alaikum,
    Barakallahu fiik,
    salam buat ustadz harits-lampung.
    Jurusan umum di uim
    udah buka akh ustadz?

    ReplyDelete
  2. Wa'alaikumussalam warahmatullah, insya Allah saya sampaikan kalo ketemu beliau. Salam dari siapa? Jurusan umum belum ada akh...

    ReplyDelete
  3. Tulisan yang mengingatkan kita akan agungnya kedudukan ulama. Barokallohu fik ya ustadz abul-harits.
    Ana jadi teringat tulisan surat syaikh Salim ath-Thawil kepada syaikh Muhammad bin Umar Bazmul -hafizhakumallah-.
    http://abusalma.net/2014/12/07/surat-terbuka-kepada-syaikh-muhammad-bazmul-bag-1/
    http://abusalma.net/2014/12/09/surat-terbuka-kepada-syaikh-muhammad-bazmul-bag-2/

    Syaikh Salim menunjukkan hormat dan merendahkan diri kepada syaikh Muhammad. Semoga bisa sebagai pelajaran yang bermanfaat.

    ReplyDelete