1) Karena
ulama adalah wali Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda dalam hadits qudsi yang panjang, Allah ta’ala berfirman:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالْحَرْبِ
“Barangsiapa yang memusuhi
wali-Ku, sungguh aku telah mengumumkan perang kepadanya…” [HR. Al-Bukhari no. 6502
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah
berkata:
إن لم يكن الفقهاء أولياء الله فليس لله
ولي
“Apabila para fuqaha’ (ulama)
bukan wali-wali Allah, maka Allah tidak memiliki wali”
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
berkata:
إن لم يكن الفقهاء أولياء الله في الآخرة
فما لله ولي
“Apabila para fuqaha’
(ulama) bukan wali-wali Allah di akhirat, maka Allah tidak memiliki wali”
‘Ikrimah rahimahullah
berkata:
إياكم أن تؤذوا أحداً من العلماء، فإن من
آذى عالماً فقد آذى رسول الله - صلى الله عليه وسلم -
“Berhati-hatilah kalian,
janganlah menyakiti salah seorang pun dari ulama. Barangsiapa yang menyakiti
seorang ulama, sungguh ia telah menyakiti rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam”
Asy-Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:
فالذي يعادي أولياء الله يقول الله - عز
وجل- : ( فقد آذنته بالحرب ) ، يعني أعلنت عليه الحرب.
فالذي يعادي
أولياء الله محارب لله ـ عز وجل ـ نسأل الله العافية ، ومن حارب الله فهو مهزوم
مخذول لا تقوم له قائمة
“Allah ‘azza wajalla
berfirman kepada orang-orang yang memusuhi para wali-Nya:
فقد آذنته بالحرب
‘Aku telah mengumumkan perang kepadanya’
Orang-orang yang memusuhi
para wali Allah, mereka sedang memusuhi Allah ‘azza wajalla. Kami memohon
kepada Allah keselamatan. Barangsiapa yang memusuhi Allah, maka ia akan kalah,
terhina, serta tidak akan ada yang dapat menolongnya” [Syarh Al-Arba’in
An-Nawawiyah]
2)
Karena kebinasaan ulama merupakan kebinasaan umat,
Hilal bin Khabbab berkata: ”Aku bertanya kepada Sa’id bin Jubair, wahai
Abu Abdillah, apa tanda kebinasaan manusia?”
Sa’id bin Jubair rahimahullah menjawab:
إذا
هلك علماؤهم
“Apabila ulama mereka telah binasa”.
Mencela ulama berarti mendoakan kebinasaan bagi umat, sedangkan mendoakan kebaikan bagi ulama berarti mendoakan kebaikan bagi umat.
3) Karena
mencela ulama menyelisihi aqidah ahlus-sunnah wal jama’ah as-salafiyyah
Abu Hatim Ar-Razi rahimahullah berkata:
عَلامَة أهل الْبدع الوقيعة فِي أهل الأَثر
“Ciri-ciri ahlul bid’ah adalah mencela ahlul atsar (ulama ahlus-sunnah).”
Abu ‘Utsman ash-Shabuni rahimahullah berkata:
Abu ‘Utsman ash-Shabuni rahimahullah berkata:
وعَلاماتُ أَهلِ البدَعِ عَلى أَهلِهَا
بَادِيَةٌ ظَاهِرَةٌ، وأَظهرُ آيَاتِهِمْ وعَلاَمَاتِهِمْ شِدَّةُ مُعَادَاتِهِمْ
لِحَمَلةِ أَخْبَارِ النَّبِيِّ- صلى الله عليه وعلى آله وسلم- وَاحْتِقَارُهِمْ
لَهُمْ، وَاسْتِخْفَافُهِم بِهِمْ
“Tanda-tanda ahlul bid’ah pada diri seseorang sangat jelas dan tampak.
Tanda-tanda dan ciri-ciri mereka yang paling tampak adalah permusuhan yang
sangat kuat terhadap para pengemban hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, pelecehan, dan perendahan terhadap mereka.”
Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah berkata:
وعلماء
السلف من السابقين، ومن بعدهم من التابعين، أهل الخير والأثر، وأهل الفقه والنظر –
لا يذكرون إلا بالجميل، ومن ذكرهم بسوء فهو على غير سبيل
“Ulama salaf terdahulu dan para tabi’in setelahnya, ahlul-khair, ahlul-hadits,
dan para fuqaha (ulama), tidak boleh menyebutkan mereka kecuali kebaikan.
Barangsiapa yang menyebutkan mereka dengan keburukan, maka ia tidak bereada di
jalan (yang lurus)”
4) Karena
setiap ulama pasti memiliki ketergelinciran dan kesalahan
Asy-Syaikh Shalih
Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
نعم أنا لا أقول إن العلماء معصومون وأنهم
لا يخطئون ؛ العصمة لكتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم ؛ والعلماء يخطئون
ولكن ليس العلاج أننا نشهر بهم وأننا نتخذهم أغراضاً في المجالس في المجالس ؛ أو
ربما على بعض المنابر أو بعض الدروس لا يجوز هذا أبداً ؛ حتى لو حصلت من عالم زلة
أو خطأ فإنَّ العلاج يكون بغير هذه الطريقة.
قال تعالى :
(إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا
لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ) [النور : 19].
نسأل الله
العافية والسلامة ، فالواجب أن نتنبه لهذا الأمر وأن يحترم بعضنا بعضاً لا سيما
العلماء ، فإنَّ العلماء ورثة الأنبياء ولو كان فيهم ما فيم
“Iya, aku tidak menyatakan
bahwa para ulama makshum, tidak pernah salah. Kemakshuman hanya terdapat
dalam kitab Allah dan sunah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Para ulama
memiliki kesalahan, namun cara memperbaikinya bukan dengan mencela mereka di
muka umum, atau membicarakan mereka di majelis-majelis, di mimbar-mimbar, atau
dalam sebagian pelajaran. Perbuatan ini tidak diperbolehkan, meskipun ulama tersebut memang terjatuh dalam ketergelinciran
atau kesalahan. Cara memperbaikinya bukan dengan cara-cara seperti itu.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ
الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyukai tersebarnya keburukan di antara orang-orang mukmin,
mereka akan mendapatkan azab yang pedih di dunia dan akhirat. Allah Maha Mengetahui, sedangkan
kalian tidak mengetahui” [An-Nuur: 19]
Kita memohon kepada Allah kesehatan
dan keselamatan. Kita wajib memperhatikan perkara ini, saling menghargai satu
sama lain, terutama para ulama, karena mereka adalah pewaris para nabi, meskipun
pada diri mereka terdapat kekurangan” [Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah,
2/184]
5) Karena
mencela ulama menyebabkan kehinaan bagi pelakunya di dunia dan akhirat
Asy-Syaikh Shalih
Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
وما رأينا أحداً وقع في أعراض العلماء
والمؤمنين إلا ويفضحه الله سبحانه وتعالى ويلقي عليه الذلة والمهانة والبغض في
قلوب المؤمنين ، يبغضونه ولا يقبلونه أبداً هذا من الله سبحانه وتعالى
“Tidaklah aku mengetahui
seorang pun yang menjatuhkan kehormatan para ulama dan orang-orang mukmin, kecuali
Allah subhanahu wata’ala akan membongkar aib-aibnya, Allah akan melemparkannya
ke dalam kerendahan, kehinaan dan rasa benci dalam hati-hati kaum mukminin. Orang-orang
yang beriman akan membencinya dan ucapannya tidak akan diterima selama-lamannya.
Ini adalah (balasan) dari Allah subhanahu wata’ala” [Muhadharaat fil Aqidah wad
Da’wah: 3/313]
6) Karena
kesalahan ulama yang sedikit telah ditutup oleh keutamaan dan
kebaikannya yang
banyak
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
فالواجب علينا أن نعرف قدر علمائنا وأن
نحترمهم ، وأن لا نقبل الوشاية فيهم .
لا نقول أن
العلماء معصومون لا يقع منهم أخطاء ، بل يقع منهم خطأ ، ولكن فضائلهم وما عندهم من
الخير يغطي ما يقع منهم من الأخطاء ، ولسنا مكلفين بتتبع عورات المسلمين وإفشائها
والتحدث عنها
“Kita wajib mengetahui kedudukan
ulama kita, serta memuliakan mereka. Kita tidak menerima celaan kepada mereka.
Kita tidak menyatakan bahwa para ulama makshum, tidak pernah salah, bahkan
terkadang mereka terjatuh
dalam kesalahan. Akan tetapi keutamaan dan kebaikan-kebaikan mereka akan menutup
kesalahan-kesalahannya. Kita tidaklah dituntut untuk mencari-cari aib kaum muslimin, menyebarkannya dan membicarakannya” [Muhadharaat fil Aqidah
wad Da’wah: 3/312]
7) Karena
mencela ulama termasuk dosa besar
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan
hafizhahullah berkata:
فالغيبة والنميمة حرام وكبيرتان من كبائر
الذنوب بين عامة الناس فكيف بالعلماء ! غيبة العلماء والوقيعة في العلماء ،
والكلام في العلماء بما يجرحهم أشد أنواع الغيبة وأشد أنواع النميمة
“Ghibah dan namimah (adu
domba) antara manusia adalah haram, bahkan termasuk dosa besar, bagaimana jika
ghibah dan namimah antar ulama? Ghibah terhadap ulama, melecehkan dan pembicaraan
yang menjurus celaan pada ulama, hal itu termasuk jenis ghibah dan
namimah yang paling keras.” [Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah: 3/310]
8) Karena
ulama berhak berijtihad dan kesalahannnya telah diampuni
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan
hafizhahullah berkata:
والعالِم إذا اجتهد وأصاب فله أجران، وإذا
اجتهد فأخطأ فله أجر واحد، والخطأ مغفور .
وما من أحد
استخفّ بالعلماء إلاّ وقد عرّض نفسه للعقوبة ، والتاريخ خير شاهد على ذلك قديمًا
وحديثًا
“Apabila seorang ulama
berijtihad, lalu ia tepat, maka ia memperoleh dua pahala. Apabila ia
berijtihad, lalu ia keliru, maka ia memperoleh satu pahala, kesalahannya telah
diampuni. Tidaklah
seorang pun yang meremehkan para ulama, kecuali ia telah menyerahkan dirinya
kepada azab. Sejarah di masa lalu maupun masa kini telah menjadi saksi atas hal itu.”
[Al-Ajwibah Al-Mufidah]
9) Karena
mencela ulama akan membuat manusia lari dari dakwah
Asy-Syaikh Rabi’
Al-Madkhali hafizhahullah pernah ditanya:
ما حكم الطعن في العلماء ودعاة السنة؟
“Apa hukum mencela para
ulama dan da’i-da’i ahlus-sunnah?”
Beliau menjawab:
هذا أمر خطير جدا -يعني- نقد أهل الحق
والطعن فيهم هذا يفضي إلى الطعن في دين الله، لأن هذا يصد عن سبيل الله، لأن هذا
الذي يطعن في أهل الحق، الدعاة إلى الحق، الدعاة إلى التوحيد، الدعاة إلى محاربة
الشرك والبدع والضلال، الطعن فيهم ينفر عن سبيل الله تبارك وتعالى…
“Perkara ini sangat
berbahaya yaitu membantah ahlul-haq serta mencela mereka. Perbuatan ini akan
mengantarkan celaan kepada agama Allah. Karena perbuatan ini akan membuat lari
(manusia) dari jalan Allah, karena seorang yang mencela ahlul-haq, mencela da’i-da’i
yang mendakwahkan al-haq, mencela da’i-da’i penyeru tauhid, mencela da’i-da’i
yang memerangi kesyirikan, bid’ah dan kesesatan, celaan kepada mereka akan
membuat (manusia) lari dari jalan Allah tabaraka wata’ala” [Kaset berjudul
Wujubul Ittiba’ La Al-Ibtida’]
Sumber: Al-I’lam bi Hurmati Ahlil Ilmi Wal Islam
Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 13 Shafar 1436
Assalamu'alaikum,
ReplyDeleteBarakallahu fiik,
salam buat ustadz harits-lampung.
Jurusan umum di uim
udah buka akh ustadz?
Wa'alaikumussalam warahmatullah, insya Allah saya sampaikan kalo ketemu beliau. Salam dari siapa? Jurusan umum belum ada akh...
ReplyDeleteTulisan yang mengingatkan kita akan agungnya kedudukan ulama. Barokallohu fik ya ustadz abul-harits.
ReplyDeleteAna jadi teringat tulisan surat syaikh Salim ath-Thawil kepada syaikh Muhammad bin Umar Bazmul -hafizhakumallah-.
http://abusalma.net/2014/12/07/surat-terbuka-kepada-syaikh-muhammad-bazmul-bag-1/
http://abusalma.net/2014/12/09/surat-terbuka-kepada-syaikh-muhammad-bazmul-bag-2/
Syaikh Salim menunjukkan hormat dan merendahkan diri kepada syaikh Muhammad. Semoga bisa sebagai pelajaran yang bermanfaat.