KIBLAT.NET,
Sanaa – Pemerintah Yaman dan pemberontak Syiah Houthi sepakat untuk
menandatangani perjanjian damai pada Ahad (21/09) yang ditengahi oleh PBB.
Sementara para pemberontak Houthi telah menguasai gedung-gedung pemerintahan,
stasiun radio dan televisi pemerintah di ibukota Sanaa.
Presiden
Yaman Abdul Rabuh Mansour Hadi mendesak semua pihak untuk mematuhi kesepakatan
tersebut.
Kesepakatan
tersebut menetapkan bahwa pemerintah yang memimpin saat ini harus mundur dan
digantikan dengan pemerintahan baru bulan depan. Utusan Khusus PBB untuk Yaman
Jamal Benomar mengatakan presiden akan menunjuk penasihat politik dari pihak
pemberontak Houthi, sebagai bagian dari perjanjian.
Benomar juga
mengatakan bahwa kesepakatan itu mencakup program ekonomi yang akan diantaranya
melihat kemungkinan penurunan harga BBM. Pejabat PBB itu juga mengatakan
seluruh komponen masyarakat Yaman akan ambil bagian dalam persiapan untuk
pemilihan.
Benomar
mengatakan aksi pendudukan oleh para pemberontak Syiah Houthi di ibukota harus
diakhiri setelah pencalonan perdana menteri baru.
Perjanjian
tersebut terjadi beberapa jam setelah Perdana Menteri Yaman Mohammad Basindawa
mengajukan pengunduran dirinya. Basindawa mengatakan keputusannya untuk mundur
untuk membuka jalan bagi kesepakatan.
Bentrokan di
Yaman mencapai puncaknya pada hari Ahad, setelah pemberontak Houthi menguasai
pos-pos strategis, termasuk kantor-kantor pemerintahan. Para pemberontak juga
mengontrol dari kompleks polisi militer, beberapa saat setelah pengumuman
perjanjian.
Pertempuran
di ibukota Yaman kemungkinan tidak akan segera berhenti setelah
ditandatanganinya kesepakatan tersebut. Pasalnya pemberontak Syiah Houthi
menolak untuk menarik diri dari Sanaa, Jawf dan Amran dalam waktu 45 hari.
Editor :
Imam S.
Sumber :
Aljazeera/Al Arabiya
No comments:
Post a Comment