Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
لا يَصُمْ
أحدُكم يوم الجمعة؛ إلا أن يصوم قبله، أو يصوم بعده
“Janganlah
salah seorang kalian berpuasa pada hari Jum’at, kecuali ia berpuasa sehari sebelumnya
atau sehari sesudahnya” [HR. Al-Bukhari no. 1985 dan Muslim no. 1144]
Jumhur ulama
berpendapat makruh menyendirikan puasa hari Jum’at.[1]
Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata:
إن السُّنة
مضت بكراهة إفراد رجب بالصوم، وكراهة إفراد يوم الجمعة
“Sungguh dalam
As-Sunnah telah berlalu (penjelasan -pen) tentang dimakruhkannya puasa di bulan
Rajab dan menyendirikan puasa hari Jum’at.” [Majmuu’ Al-Fatawaa]
Bagaimana
seandainya hari Jum’at bertepatan dengan hari Arafah, lalu kita hanya berpuasa
pada hari Jum’at tanpa berpuasa sehari sebelumnya atau sesudahnya?
An-Nawawi rahimahullah
berkata:
يكره إفراد يوم الجمعة بالصوم، إلا أن
يوافق عادةً له؛ فإن وصله بيوم قبله أو بعده، أو وافق عادةً له، بأن نذر أن يصوم
يوم شفاء مريضه أبداً، فوافق يوم الجمعة لم يكره
“Dimakruhkan
menyendirikan puasa hari Jum’at, kecuali apabila bertepatan dengan kebiasaan
puasanya. Apabila ia menyambungnya dengan puasa sehari sebelumnya atau
sesudahnya atau bertepatan dengan kebiasaan puasanya, atau misalkan ia
bernadzar puasa setelah sembuh dari sakitnya, lalu bertepatan dengan hari
Jumat, maka hukumnya tidak makruh” [Syarh Shahih Muslim]
Ibnu
Qudamah rahimahullah berkata:
ويُكره إفراد يوم الجمعة بالصوم؛ إلا أن
يوافق ذلك صوماً كان يصومه، مثل مَنْ يصوم يوماً ويفطر يوماً؛ فيوافق صومه يوم
الجمعة، ومن عادته صوم أول يوم من الشهر، أو آخره، أو يوم نصفه، ونحو ذلك.
“Dimakruhkan
menyendirikan puasa hari Jum’at, kecuali apabila bertepatan dengan hari
kebiasaannya berpuasa. Misalkan ia biasa berpuasa Daud lalu bertepatan dengan
hari Jum’at, atau seorang yang memiliki kebiasaan berpuasa sunah di awal, pertengahan
maupun akhir bulan, dan semisalnya.” [Al-Mughniy]
Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:
صوم يوم الجمعة] مكروه، لكن
ليس على إطلاقه، فصوم يوم الجمعة مكروه لمن قصده وأفرده بالصوم، لقول النبي[ ] صلى الله
عليه وسلم: "لا تخصوا يوم الجمعة بصيام، ولا ليلتها بقيام".
وأما
إذا صام الإنسان يوم الجمعة من أجل أنه صادف صوماً كان يعتاده فإنه لا حرج عليه في
ذلك، وكذلك إذا صام يوماً قبله أو يوماً بعده فلا حرج عليه في ذلك، ولا كراهة.
مثال
الأول: إذا كان من عادة الإنسان أن يصوم يوماً ويفطر يوماً فصادف يوم صومه الجمعة
فلا بأس، وكذلك لو كان من عادته أن يصوم يوم عرفة فصادف يوم عرفة يوم الجمعة فإنه
لا حرج عليه أن يصوم يوم الجمعة ويقتصر عليه، لأنه إنما أفرد هذا اليوم لا من أجل
أنه يوم الجمعة، ولكن من أجل أنه يوم عرفة، وكذلك لو صادف هذا اليوم يوم عاشوراء
واقتصر عليه، فإنه لا حرج عليه في ذلك، وإن كان الأفضل في يوم عاشوراء أن يصوم
يوماً قبله، أو يوماً بعده…
“Puasa hari
Jum’at hukumnya makruh, namun tidak secara mutlak demikian. Puasa hari Jum’at
makruh apabila ia memang menyengaja ingin berpuasa di hari Jum’at secara
bersendirian berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ‘Janganlah
salah seorang kalian berpuasa pada hari Jum’at, kecuali ia berpuasa sehari sebelumnya
atau sehari sesudahnya'.
Adapun
apabila ia berpuasa hari Jum’at karena bertepatan dengan hari kebiasaannya berpuasa, maka tidak apa-apa. Demikian pula apabila ia berpuasa sehari sebelumnya
atau sehari sesudahnya, hukumnya diperbolehkan, tidak makruh.
Contoh
pertama, apabila ia terbiasa berpuasa Daud, lalu bertepatan dengan hari Jum’at, maka tidak masalah ia berpuasa pada hari itu.
Demikian pula apabila ia memiliki kebiasaan berpuasa Arafah, lalu hari itu
bertepatan dengan hari Jum’at, ia juga boleh mencukupkan puasa hari Jum’at
saja. Sebab ia mencukupkan puasa hari Jum’at bukan karena hari Jum’at itu
sendiri, namun karena hari itu adalah hari Arafah. Demikian pula jika hari Jum’at
bertepatan dengan hari Asyura, lalu ia berpuasa hari Jum’at saja, hal itu tidak
menjadi masalah. Meskipun yang lebih utama adalah berpuasa sehari sebelumnya
atau sehari sesudahnya…” [Majmuu’ Fatawa wa Rasa’il Asy-Syaikh]
Para ulama
menyatakan: diantara hikmah larangan
berpuasa hari Jum’at, dikarenakan hari Jum’at adalah hari yang disunahkan untuk
memperbanyak dzikir, doa, shalawat dan ibadah. Pada hari itu disunahkan untuk
bergegas berangkat ke masjid menghadiri Shalat Jum’at, mendengarkan khutbah dan
mandi sebelumnya. Tidak berpuasa pada hari itu lebih menguatkan badan untuk mengisi seluruh aktivitasnya dengan ibadah.
Allahua’lam
Ditulis
oleh Abul-Harits di Madinah, 1 Dzulhijjah 1435
[1]
Sebagian ulama yang lain
berpendapat haram, berpegang pada kaidah ushul bahwa hukum asal larangan dalam
syariat adalah haram. Diantara ulama yang menguatkan pendapat ini adalah Ibnu
Hazm (Al-Muhalla no. 795), Ash-Shan’ani (Subulus-Salam, 4/170)
dan Asy-Syaukani rahimahumullah
No comments:
Post a Comment