Berikut
ini adalah kisah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz -rahimahullah-
dengan enam penuntut ilmu Somalia yang akan dihukum gantung oleh
pemerintah Somalia atas kejahatan yang tidak pernah mereka lakukan.
Mungkin disebabkan karena hasad terhadap dakwah salafiyah yang
menyebabkan mereka difitnah dan akan dihukum mati.
Asy-Syaikh Salim Ath-Thawil hafidzahullah menceritakan:
"Aku akan menceritakan sebuah kisah yang
sebagian dari kalian belum mendengarnya. Aku yakin sebagian dari kalian
belum pernah mendengarnya. Syaikh Falah bin Ismail Mandakar
menceritakan kepada kami yang pada waktu itu beliau masih menjadi
seorang pelajar di Jami’ah Islamiyyah".
Beliau (Syaikh Falah hafidzahullah) berkata:
"Datang kepadaku empat saudara dari Somalia dan mereka dalam keadaan
menangis. Mereka berkata bahwa ada enam saudara Salafi mereka yang akan
dieksekusi besok pagi setelah sholat Shubuh oleh Siad Barre (yang waktu
itu sebagai Presiden Somalia) dengan cara digantung.
Fulan.. Fulan.. dan Fulan dari saudara-saudara kami sejumlah enam
orang dan empat orang di antaranya dikirim oleh mereka yang ditugaskan
untuk memberi fatwa. Syaikh Ibn Baz-lah yang menanggung biaya (tinggal
di sana) agar mereka bisa berdakwah di Somalia. Salafiyyun kenal dengan
Syaikh Ibn Baz, enam orang dari mereka akan dihukum gantung setelah
sholat Shubuh.
Mereka pun mengangisi keadaan saudara-saudara mereka. Bayangkan
sendiri, enam saudara yang kamu sendiri telah saling mengenal satu sama
lain dan saudara-saudaramu akan dihukum mati besok pagi. Dan waktu itu
telah pukul 11 malam, apa yang bisa kami perbuat? Mereka berada di
Madinah sedangkan yang lainnya berada di Somalia dan juga Syaikh Falah
ketika itu hanyalah seorang pelajar. Akhirnya mereka memutuskan untuk
menemui Syaikh Abu Bakr Al-Jaza’iri."
Dia berkata, “Kami akan mengetuk pintu rumahnya.” Dan ketika itu Syaikh sedang tidur.
Dia berkata, “Ini Falah bin Ismail Al-Kuwaity, ini amat penting.”
Kami pun masuk, “Wahai Syaikh, mohon dengarkanlah saudara kita ini
hendak berkata. Mereka sedang menangis. Siad Barre akan menghukum mati
enam saudara kita Salafiyyin.”
Syaikh berdiri dan menangis bersama mereka, “Apa yang perlu kami bantu?”
Kami tidak ada seorang pun lagi setelah Allah kecuali Al-Walid Syaikh
Ibn Baz. Kami pun menghubungi beliau dan waktu itu telah menunjukkan
pukul 12 malam lebih. Kami pun menghubungi Riyadh dan diangkat oleh
sekretaris yang waktu itu adalah Syaikh Ibrahim -rahimahullah-.
Beliau berkata, “Ini Abu Bakr Al-Jaza’iri dari Madinah. Ini darurat, kami ingin berbicara dengan Syaikh Ibn Baz.”
Syaikh Ibrahim berkata, “Beliau sedang tidur.”
Syaikh Abu Bakr berkata, “Ini adalah perkara yang tidak bisa ditunda.”
Syaikh Ibrahim, “Baiklah, tunggu sebentar.”
Dan setelah itu Syaikh Ibn Baz menjawab dan berkata, “Ya?” Kemudian
beliau meletakkannya ke pengeras suara. Empat orang saudara dari
Somalia, Syaikh Abu Bakr dan saya (Syaikh Falah -pent) yang ke-enam.
Jadi, dia menjelaskan kepada Syaikh apa yang telah terjadi. Syaikh Ibn Baz pun mulai menangis bersama mereka.
Dia berkata, “Wahai Syaikh, Fulan dan Fulan yang engkau sendiri telah
mengenalnya dan mengantarnya sendiri (ke Somalia -pent). Inna lillahi
wa inna ilaihi raji’un.”
Beliau berkata, “Letakkan telepon, kita lihat apa yang Allah akan perbuat untuk kita. Tunggulah.”
Syaikh Falah berkata, “Kami duduk menunggu hingga pukul setengah tiga malam di telepon.”
Dan saudara-saudara kita tersebut emosi yang mendalam terhadap
saudara-saudara mereka yang akan dihukum mati keesokan harinya setelah
sholat Shubuh.
Syaikh Ibn Baz menelepon mereka, “Bantuan telah datang! Bantuan telah datang! Tenanglah, bantuan telah datang!”
Syaikh Falah berkata, “Apa yang telah terjadi, wahai Syaikh?”
Syaikh Ibn Baz, “Syaikh Ibrahim yang akan menceritakannya kepadamu.”
Syaikh Ibrahim berkata:
"Setelah Syaikh meletakkan telepon, beliau menghubungi Raja Abdullah
(yang saat itu masih sebagai pangeran putra mahkota -pent). Dikatakan
kepada beliau bahwa Pangeran sedang tidur."
Beliau berkata, “Sampaikan bahwa ini dari Abdul Aziz bin Baz.”
Dijawab, “Wahai Syaikh, beliau sedang tidur.”
Beliau berkata, “Demi Allah, jika beliau tidak menjawab panggilanku
maka aku akan datang sendiri ke istana beliau. Ini adalah perkara yang
tidak bisa ditunda.”
Dijawab, “Wahai Syaikh, anda ingin ke istana pada waktu ini?!”
Khalas, dia meletakkan telepon dan membangunkan Pangeran. Kemudian
beliau menjawab dan berkata, “Assalamu’alaikum. Bagaimana kabar anda
wahai Syaikh, baik?”
Syaikh Ibn Baz berkata, “Siad Barre akan menghukum mati enam saudara kita
setelah Shubuh besok dan empat di antaranya adalah yang telah aku
hantarkan.”
Pangeran Abdullah berkata, “Barre adalah orang yang kejam. Wallahi,
orang yang kejam. Engkau mengirim mereka (ke Somalia -pent) dan Barre
akan membunuhnya?! Wallahi, Barre orang yang kejam. Baik, Tunggulah.”
Beliau mengatakan bahwa kami menunggu dan Pangeran menelepon Barre. Setelah itu Pangeran menelepon Syaikh kembali.
Pangeran berkata, “Semua telah selesai, wahai Syaikh. Aku telah
berbicara kepadanya dan besok setelah Shubuh akan ada amnesti kepada
semua orang (yang ada dipenjara)!
Syaikh Ibn Baz diberkahi, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang telah beliau perbuat kecuali Allah.
nice article gan mantaaappp
ReplyDeleteane belajar lg neh hehehe
ReplyDelete