Sebelum mendengarkan perkataan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
tentang kelompok Syi’ah Rafidhah, saya ingin menyebutkan biografi beliau
rahimahullah secara ringkas.
Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-‘Abbas bin ‘Utsman
bin Syafi’ bin As-Saib bin ‘Ubaid bin ‘Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Muthallib
bin ‘Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Ghalib,
Abu ‘Abdillah Al-Qurasyi Asy-Syafi’i Al-Makki.
An-Nawawi rahimahullah berkata:
“Asy-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu adalah seorang Qurasyi
Muthallibi berdasarkan kesepakatan para ulama dari seluruh kelompok,
sedangkan ibunya berasal dari Azdiyah” [Siyar A’lamin Nubala’
5/10]
Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa suatu hari As-Saib bin’Ubaid bersama
anaknya –Syafi’ bin As-Saib- datang menemui beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Maka Nabi menatapnya lalu bersabda:
من سعادة المرء أن يشبه أباه
“Diantara
kebahagiaan seseorang adalah memiliki kemiripan dengan ayahnya.”[Al-Ishabah
2/11][1]
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah bergelar (laqab)
Nashirul Hadits karena kegigihan beliau dalam mengikuti sunah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan pembelaan beliau terhadap hadits-hadits Rasulullah.
Beliau lahir pada tahun 150 H bertepatan dengan tahun
wafatnya Imam Abu Hanifah rahimahullah. Sedangkan riwayat yang menyebutkan
tempat kelahiran beliau berlainan, ada riwayat yang menyatakan bahwa beliau
dilahirkan di Ghaza, dalam riwayat lain di ‘Asqalan dan dalam riwayat yang lain
di Yaman.
Dari Ibnu Abi Hatim, dari ‘Amr bin Sawad, ia bekata:
Asy-Syafi’i berkata padaku: “Aku dilahirkan di ‘Asqalan, setelah aku berumur
dua tahun, ibu membawaku ke Mekah.”[Adab Asy-Syafi’i 22-23]
Al-Baihaqi rahimahullah menyebutkan dengan
sanadnya dari Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Hakam, ia berkata: Aku
mendengar Asy-Syafi’i berkata: “Aku dilahirkan di Ghaza lalu ibu
membawaku ke ‘Asqalan”[Manaqib As-Syafi’i 2/170]
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Tidak ada perselisihan diantara riwayat yang ada,
karena Ghaza pada asalnya dahulu berada di wilayah ‘Asqalan yakni
nama sebuah kota. Perkataan Asy-Syafi’i bahwa beliau dilahirkan di Ghaza
yakni desa kelahiran beliau, dan perkataan Asy-Syafi’i ‘Asqalan maknanya
adalah kota kelahiran beliau. Untuk menjama’ riwayat yang ada, maka dikatakan
bahwa beliau dilahirkan di desa Ghaza, di kota ‘Asqalan. Ketika
Asy-Syafi’i berumur dua tahun, ibunya membawanya ke Hijaz...dan ketika
Asy-Syafi’i berumur 10 tahun, terbetik kekhawatiran jika nasab beliau yang mulia akan disia-siakan
dan terlupakan, maka ibunya membawanya ke Mekah.”[Tawaali At-Ta’siis
51-52]
Diantara guru-guru beliau adalah Muslim bin Khalid
Az-Zanji, Malik bin Anas, Sufyan bin ‘Uyainah, Ibrahim bin Sa’d bin ‘Abdurrahman
bin ‘Auf, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, ‘Abdulah Wahhab Ats-Tsaqafi, Hatim bin
Isma’il, Muhammad bin Khalid Al-Jundi, Hisyam bin Yusuf Ash-Shan’ani, Muhammad
bin Al-Hasan Asy-Syaibani rahimahumullah, dan lainnya.
Diantara murid-murid beliau yang terkenal adalah
Ar-Rabi’ bin Sulaiman, Yusuf bin Yahya Al-Buwaithi, Ahmad bin Hanbal, Abu
Tsaur, Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Khizami, Ibrahim bin Khalid, Sulaiman bin
Dawud rahimahumullah, dll.
Adapun perkataan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
yang mengandung celaan terhadap Syi’ah Rafidhah begitu banyak,
diantaranya adalah:
[Pertama] Asy-Syafi’i rahimahullah
berkata:
أجيز شهادة أهل
الأهوى كلهم إلا الرافضة فإنهم يشهد بعضهم على لبعض
“Aku
memperbolehkan syahadah (persaksian) seluruh ahlul bid’ah kecuali
Rafidhah, karena mereka sering (berdusta) dalam memberikan syahadah
satu sama lain.” [Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Manaqib
1/468 dan As-Sunan Al-Kubra 29/10]
[Kedua] Harmalah berkata: “Ketika
disebutkan di hadapan Asy-Syafi’i tentang Rafidhah maka ia mencela mereka
dengan celaan yang sangat keras, lalu Asy-Syafi’i berkata:
شر العصابة
“Seburuk-buruk
kaum” [Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Manaqib 1/468]
[Ketiga] Asy-Syafi’i rahimahullah
berkata:
لم أر أحدا أشهد
بالزور من الرافضة
“Aku
belum pernah melihat seorang yang lebih dusta dalam syahadah
(persaksian) dari Rafidhah.” [Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam As-Sunan
Al-Kubra 29/10]
[Keempat] Beliau juga pernah
berkata:
ما كلمت رجلا في بدعة
قط إلا كان يتشيع
“Aku
tidak mengajak bicara seorang pun yang terjatuh dalam bid’ah melainkan karena ia beraqidah Syi’ah.” [Adab Asy-Syafi’i 186 dan As-Sunan
Al-Kubra 10/208]
[Kelima] As-Subki rahimahullah
berkata: Asy-Syafi’i berkata tentang Rafidhah yang hadir dalam
peperangan: “Mereka (Rafidhah) tidak diberikan bagian dari Fai’[2]
sedikitpun. Karena Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَان
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka berkata,
Wahai Rabb kami ampunilah dosa-dosa kami dan saudara-saudara kami yang telah
mendahului kami dalam iman”[3].
Barangsiapa yang tidak meyakini ayat tersebut, maka ia tidak memperoleh hak sedikitpun
dari harta fai’.” [Tafsir Al-Qurthubi 18/32]
Allahua’lam
Disarikan oleh Abul-Harits dari Manhaj Al-Imam
Asy-Syafi’i fi Itsbatil ‘Aqidah karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-‘Aqil
hafidzahullah (Guru Besar di Fakultas Dakwah, Universitas Islam Madinah)
No comments:
Post a Comment