Diantara alasan para ulama mengkafirkan Syi’ah adalah karena
mereka (Syi’ah Rafidhah) mengkafirkan para sahabat nabi shallalahu ‘alaihi
wasallam. Terbukti dalam ucapan mereka:
“Riwayat-riwayat
Ahlusunnah dengan taraf mutawatir tentang kemurtadan para sahabat pasca Nabi
SAW wafat jauh lebih banyak dibandingkan apa yang dituliskan syi’ah, pada
literatur-literatur Syiah riwayat-riwayat sahih yang menjelaskan kemurtadan
para sahabat tidak lebih dari dua riwayat dan meminjam istilah
ilmu hadis, tidak melewati batasan kabar wahid”
Di sini ada beberapa point yang perlu
dikritisi:
[Pertama] Si Syi’ah ini tidak tahu definisi sahabat Nabi dalam
kitab-kitab Musthalah Al-Hadits. Ia mengira bahwa semua
orang yang pernah bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pasti
dikatakan sahabat, meskipun ia murtad dan mati di atas kekafiran. Ini adalah
kebodohan yang nyata.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah
menjelaskan tentang definisi sahabat:
مَن لَقِيَ النبي صلى الله عليه وسلم مؤمناً
به، ومات على الإسلام، ولو تَخَلَّلتْ رِدَّةٌ
“Siapapun yang pernah bertemu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beriman dan mati di atas keislaman,
meskipun pernah murtad dan kembali masuk Islam”.[Nukhbatul Fikar 1/238]
Sehingga jika sepeninggal Nabi ada
sekelompok manusia yang murtad kemudian mati dalam keadaan kafir, maka mereka
tidak dinamakan sahabat menurut definisi Ibnu Hajar (Ulama Ahlus-Sunnah).
[Kedua]
Kenapa Syi’ah menyelewengkan definisi sahabat Nabi? Apakah mereka memang bodoh
atau punya motif tertentu?
Jawabannya, mereka memang ingin menggiring
pembaca untuk sampai pada opini bahwa sekelompok murtad yang disebutkan dalam
riwayat-riwayat hadits adalah para sahabat nabi!?
Mereka menutup mata dari sejarah
perjuangan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang gencar
memerangi orang-orang yang murtad sepeninggal Nabi. Anehnya, justru para
sahabat yang dituduh murtad oleh Syi’ah!?
Mereka lupa bahwa para sahabat Nabi telah
berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mempertaruhkan jiwa
dan hartanya demi menegakkan kalimat Allah. Hingga banyak dari anak-anak kaum
muslimin yang menjadi yatim dan istri-istri mereka yang menjadi janda.
Mereka lupa bahwa para sahabat (Muhajirin)
disiksa dan diusir oleh kaumnya ketika mereka memilih jalan hidayah untuk mengikuti
agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mereka juga lupa bahwa para sahabat (Muhajirin)
telah berhijrah ke Madinah meninggalkan keluarga yang ia cintai dan hartanya
yang bertahu-tahun ia kumpulkan demi keimanan mereka kepada Allah dan
Rasul-Nya.
Apakah masuk akal jika sepeninggal Nabi,
mereka kembali kafir (murtad)!?
Allaahulmusta’aan…
[Ketiga]
Klaim Syi’ah bahwa para sahabat telah kafir pasca wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan riwayat-riwayat hadits tentang murtadnya para sahabat sampai
pada taraf mutawatir!?
Klaim mereka ini jelas-jelas bertentangan
dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang muhkam dan hadits-hadits yang shahih. Karena
mengkafirkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum berarti
mendustakan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi berikut,
Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ
إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ
عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah telah ridha kepada orang-orang
mu’min ketika mereka membai’atmu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang
ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan dan memberikan balasan pada
mereka berupa kemenangan yang dekat.”[Al-Fath:18]
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيم
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama masuk Islam dari
kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada
Allah. Allah telah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar.”[At-Taubah:100]
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ
وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Wahai Nabi, cukuplah Allah dan orang-orang yang
mengikutimu dari kalangan Mu’minun (sebagai pelindung)
bagimu.”[Al-Anfal:64]
لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ
مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا
مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى
“Tidaklah sama diantara kalian, orang-orang yang berinfaq
dan berperang sebelum Al-Fath. Mereka lebih tinggi derajatnya dari orang-orang
yang berinfaq dan berperang setelah itu. Allah telah menjanjikan surga
kepada masing-masing dari mereka.”[Al-Hadid:10]
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ
أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا
وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُون
“Bagi orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin yang
diusir dari kampung halaman mereka dan (diambil) harta-harta mereka karena
mencari keutamaan dari Allah dan keridhaannya. Mereka menolong Allah dan
Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang jujur (benar)”.[Al-Hasyr:8]
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ
مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ
حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
“Dan orang-orang yang tinggal di kota Madinah dan telah
beriman sebelumnya (Anshar), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah
kepadanya (Muhajirin). Tidak terdapat keinginan dalam hati-hati mereka terhadap
apa yang telah di berikan kepada Muhajirin. Mereka lebih mengutamakan Muhajirin
atas diri mereka, meskipun mereka sangat membutuhkannya. Barangsiapa yang
dijauhkan dari sifat bahkil, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”[Al-Hasyr:9]
Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah (orang-orang yang hidup)
di zamanku, kemudian orang-orang setelah mereka (Tabi’in), kemudian
orang-orang setelah mereka (Tabi’ut Tabi’in).”[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari
dalam Al-Jami’ Ash-Shahih no.3650]
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ
وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَار
“Tanda keimanan (seseorang) adalah mencintai Anshar dan
tanda kemunafikan (seseorang) adalah membenci Anshar.”[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari
dalam Al-Jami’ Ash-Shahih no.17]
Seakan-akan Syi’ah menyatakan bahwa Allah telah keliru
ketika memberikan pujian dan janji surga kepada para sahabat. Yang lebih parah
lagi, Allah tidak mengetahui bahwa sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam para sahabat yang telah dijamin surga tersebut akan murtad!?
Semoga dapat menambah wawasan kita tentang kesesatan Syi’ah.
Allahua’lam
Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 1 Dzulhijjah 1433 H
No comments:
Post a Comment