Friday, June 22, 2012

12 Kesyirikan Yang Dianggap Tradisi

Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, di tengah-tengah masyarakat kita masih banyak sekali praktek kesyirikan yang merusak bahkan membatalkan tauhid. 


Perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan oleh sebagian orang dengan dalih bahwa amalan tersebut adalah tradisi dan adat-istiadat peninggalan leluhur. Padahal perbuatan tersebut adalah bentuk kesyirikan yang membahayakan agama mereka. Di antara perbuatan-perbuatan tersebut adalah:




 1. Tathayyur



Tathayyur adalah beranggapan sial dengan waktu tertentu, tempat tertentu, atau sesuatu yang dilihat, didengar, atau diketahui. (Al-Qaulul Mufid)



Di sebagian daerah, penduduk membangun rumah menghadap arah tertentu. Mereka juga memulai membangun dan menempatinya di hari tertentu, dengan keyakinan akan mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan. Ada pula yang tidak mau berdagang di hari tertentu dan melarang pernikahan di bulan tertentu. Semua ini adalah bentuk tathayyur syirik, harus dijauhi oleh seorang muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:



“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik.” (HR. Abu Dawud no. 3910, lihat al-Qaulul Mufid)



2. Tamimah



Tamimah adalah sesuatu yang digantungkan pada seorang anak untuk menolak ‘ain atau musibah.

Sering kita melihat benda-benda yang digantungkan di rumah, mobil, toko, atau dipakaikan pada anak dengan niat menolak bala. Semua ini termasuk jenis tamimah yang syirik. Orang yang melakukannya terjatuh dalam kesyirikan. (Lihat al-Qaulul Mufid)

3. Tiwalah


Ia adalah sesuatu yang dibuat untuk membuat suami/seorang lelaki mencintai istrinya/seorang wanita atau sebaliknya.



Adapun dublah (cincin yang dipakai oleh seseorang setelah menikah) dengan keyakinan bahwa selama cincin emas tersebut dipakai maka pernikahannya akan tetap langgeng, ini adalah keyakinan yang syirik, karena tidak ada yang bisa membolak-balikkan hati manusia selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.



Memakai cincin seperti ini minimal tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, haram hukumnya. Bisa juga terjatuh dalam kesyirikan, jika dia berkeyakinan bahwa cincin itu bisa menjadi sebab langgengnya pernikahan. (Lihat al-Qaulul Mufid Syarah Kitabut Tauhid)



4. Jampi-jampi/mantra



Yang dimaksud adalah ruqyah (bacaan-bacaan) yang syirik, yang mengandung permintaan bantuan kepada jin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang tiga hal di atas dalam hadits beliau:

“Sesungguhnya jampi-jampi, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani)


Adapun ruqyah yang dibenarkan oleh syariat adalah yang memenuhi tiga syarat berikut: – Bacaan dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan doa-doa yang baik.



- Menggunakan bahasa Arab dan dimengerti maknanya.

- Diyakini hanya semata-mata sebagai sebab, tidak bisa berpengaruh selain dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Fathul Majid)


5. Perdukunan



Ini adalah musibah yang melanda banyak kaum muslimin. Banyak orang menjadi pelanggan dukun dalam keadaan senang ataupun susah, padahal ancaman bagi dukun dan yang mendatanginya sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:



“Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim)



Dalam hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:



“Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu kemudian membenarkannya, dia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”



Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menegaskan bahwa mendatangi dukun ada beberapa rincian hukum,



1. Datang dan bertanya kepadanya, maka tidak diterima shalatnya empat puluh hari.



2. Datang, bertanya kepadanya, dan membenarkan ucapannya, maka ia telah ingkar kepada apa yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.



3. Datang untuk membongkar kesesatannya, diperbolehkan. (Lihat al-Qaulul Mufid)



Adapun tentang kafirnya dukun, asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami rahimahullah menyebutkan sembilan alasan kafirnya dukun. Di antara yang beliau sebutkan adalah bahwa seorang dukun telah menjadi wali setan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya….” (Al-An’am: 121)



Padahal setan tidak akan menjadikam seorang menjadi wali selain seorang yang kafir. (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 423-424)



6. Sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan bahwa termasuk orang yang dilaknat adalah seorang yang melakukan sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.



Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:



“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang melaknat (mencerca) dua orang tuanya. Allah melaknat orang yang melindungi pelaku pelanggaran syar’i. Dan Allah melaknat orang yang mengubah-ubah batas tanah.” (HR. Muslim)



Di antara sembelihan yang dipersembahkan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah berbagai bentuk sembelihan untuk jin.



a. Larung (sedekah laut)



Di antara sembelihan syirik adalah sembelihan tahunan yang dipersembahkan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik untuk laut (sedekah laut), sungai, gunung, maupun yang lainnya.



b. Sembelihan untuk pengantin



Di sebagian tempat ada sebuah tradisi penyembelihan ketika ada pernikahan. Kedua mempelai diperintahkan untuk menginjakkan kedua kaki mereka di darah sembelihan tersebut sebelum memasuki rumahnya.



c. Sembelihan untuk rumah baru



Di sebagian daerah, ketika telah selesai membangun rumah, mereka menyembelih seekor hewan. Sebagian mereka bahkan menanam kepala hewan tersebut di rumah barunya. Ini juga termasuk sembelihan yang syirik.



d. Memenuhi keinginan jin yang masuk pada tubuh seseorang



Ketika ada orang kerasukan jin kemudian diruqyah, jin terkadang minta disembelihkan hewan untuk dirinya. Jika terjadi hal demikian, permintaan jin itu tidak boleh ditunaikan, karena hal tersebut adalah sembelihan untuk jin. (Lihat al-Qaulul Mufid, asy-Syaikh Muhammad al-Wushabi)



7. Kesyirikan di kuburan



Di antara perbuatan syirik yang dianggap biasa adalah perbuatan-perbuatan di pekuburan sebagai berikut:



a. Berdoa kepada penghuni kubur

b. Nadzar untuk penghuni kubur
c. Isti’anah, meminta tolong kepada penghuni kubur
d. Isti’adzah, meminta perlindungan kepada penghuni kubur
e. Istighatsah, meminta dihilangkan bencana kepada penghuni kubur


Ketahuilah, semua hal di atas adalah kemungkaran yang harus diingkari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:



“Barangsiapa melihat kemungkaran hendaknya dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim) (Lihat Ma’ariful Qabul, Ighatsatul Lahafan, Tahdzirul Muslimin)



8. Mencari berkah dari benda-benda tertentu



Sebagian orang mencari berkah kepada pohon, kuburan, atau benda-benda yang mereka miliki, seperti keris dan cincin.



Faedah



Tidak boleh bertabarruk (mencari berkah) dari diri sereorang, dengan tubuh atau bagian tubuh seseorang tertentu, selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.



Seorang muslim tidak boleh mencari berkah dengan diri seseorang yang dianggap shalih, baik ludah, rambut maupun bagian tubuh lainnya. Hal ini berdasarkan beberapa alasan.



a. Hal tersebut kekhususan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.



b. Tidak ada seorang pun setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat yang meminta berkah dengan bagian tubuh Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat lainnya. Seandainya hal tersebut dibolehkan, niscaya akan dilakukan oleh orang-orang di zaman mereka.



c. Akan menyebabkan fitnah dan ujub (bangga diri) dari orang yang dimintai berkah. (Lihat Taisir al-’Azizil Hamid, hlm. 144-145)



9. Sihir



Sihir adalah satu amalan kufur yang harus dijauhi oleh seorang muslim. Seseorang yang belajar dan mengajarkan sihir telah terjatuh dalam kekufuran.



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manuria.” (Al-Baqarah: 102) (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 407-411)



10. Sedekah bumi



Sedekah bumi yaitu memberikan sesuguh/sesaji ketika hendak panen padi dan lainnya. Menurut mereka, sesaji itu dipersembahkan untuk Dewi Sri. Ini pun termasuk bentuk kesyirikan.



11. Sesajen



Yakni memberikan sesuguh untuk karuhun ketika hendak melaksanakan acara tertentu.



12. Memberikan penghormatan dengan membungkuk



Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Membungkuk ketika memberikan penghormatan adalah perbuatan yang dilarang. Hal ini sebagaimana dalam riwayat at-Tirmidzi dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa mereka bertanya tentang seseorang yang berjumpa dengan temannya lalu membungkuk kepadanya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Tidak boleh.”



Juga karena ruku dan sujud tidak boleh dilakukan selain untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, walaupun hal ini menjadi bentuk penghormatan pada syariat sebelum kita, sebagaimana dalam kisah Yusuf ‘alaihis salam:



Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Yusuf pun berkata, “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu.” (Yusuf: 100)



Adapun dalam syariat kita, bersujud tidak diperbolehkan selain untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Majmu’ al-Fatawa, 1/259)



Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, apa yang kami sampaikan hanyalah sebagian amalan syirik yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Semuanya harus kita jauhi. Kita juga harus memperingatkan umat Islam untuk menjauhi amalan-amalan syirik.



Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, segala adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat harus tunduk kepada syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa: 65)



Janganlah kita seperti orang-orang jahiliyah yang tidak mau beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dengan alasan mengikuti nenek moyang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang keadaan kaum musyrikin:



Apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh Allah,” mereka menjawab, “(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun dan tidak mendapat petunjuk?" (al-Baqarah: 170)



Seorang muslim harus mendahulukan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas segala hal. Dia harus mengutamakan syariat daripada hawa nafsu, adat-istiadat, dan pendapat akalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencela orang yang lebih mendahulukan hawa nafsunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (al-Jatsiyah: 23)



Mudah-mudahan tulisan yang ringkas ini bisa menjadi nasihat dan menjadi salah satu sebab musnahnya praktik-praktik kesyirikan yang telah menyebar di negeri kita ini.



[Faidah ini diambil dari tulisan Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak hafidzahullah yang berjudul "Penyimpangan Akidah di Sekitar Kita" dalam majalah Asy Syariah no. 67/VI/1432 H/2010, hal. 48-53]



sumber : fadhlihsan.wordpress.com

4 comments:

  1. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Ustadz, saya mau bertanya apakah dibawah ini termasuk syirik. mgk agak njelimet karena mengarah ke pamahaman.

    Seseorang ingin bertaubat dari maksiat. dia mengakui dosa tersebut. tetapi dia belum bisa bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut.

    kemudian dia membaca artikel, bahwa menurut ulama salah satu syarat taubat adalah dengan bertekad untuk tidak mengulangi dosa. bahkan ulama mengatakan bahwa Istighfar tanpa disertai niat untuk meninggalkan maksiat adalah taubatnya para pendusta.

    setelah membaca artikel tsb maka orang tsb "TIDAK JADI MELAKUKAN TAUBAT". karena dia menyadari bahwa dia memang belum memiliki tekad untuk tidak mengulangi maksiat tsb. jadi dia berfikir daripada berdusta dalam taubatnya maka dia membatalkan taubatnya tsb.

    PERTANYAAN
    1.) Apakah berarti dia telah melakukan syirik, yaitu disebabkan karena membatalkan taubat setelah dia membaca tulisan ulama. apakah hal ini bisa diartikan bahwa dia membatalkan taubat dikarenakan ulama.

    padahal yang ada di hatinya adalah dia tidak jadi taubat karena takut berdusta dalam taubatnya. karena dia menyadari bahwa dia memang belum bisa bertekad untuk tidak mengulangi maksiat tsb.

    karena saya masih bingung mencari benang merah,
    a.)apakah orang ini berarti membatalkan taubat karena ulama atau
    b.)orang ini membatalkan taubat karena menuruti hawa nafsunya dikarenakan dia menyadari bahwa dia memang belum bertekad meninggalkan maksiat. kemudian dia membaca artikel tentang syarat taubat dan mengetahui bahwa syarat taubatnya tidak terpenuhi. maka dia memutuskan tidak jadi bertaubat karena takut berdusta dalam taubatnya.

    karena kalau dia membatalkan taubat karena ulama maka syirik sedangkan kalau membatalkan taubat karena menuruti hawa nafsu adalah dosa namun bukan syirik.

    2.) Apakah membatalkan taubat karena takut berdusta dalam taubatnya termasuk perbuatan syirik?

    terima kasih

    ReplyDelete
  2. Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh..

    Saya tidak melihat adanya perbuatan syirik dalam pernyataan yang antum jelaskan. Permasalahan ini sebenarnya sederhana,yaitu seorang yang ingin bertaubat di hati kecilnya namun konsekuensinya begitu berat. Ia masih ragu-ragu apakah akan bertaubat ataukah tidak.

    Taubat memiliki 4 syarat:

    1. Menyesali perbuatan dosa yang telah ia perbuat
    2. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi dosa itu di masa mendatang
    3. Meninggalkan dan menjauhi dosa tersebut
    4. Jika berkaitan dengan hak makhluk, harus mengembalikan harta yang ia rampas

    Jika keempat syarat tersebut belum terpenuhi seluruhnya, maka taubatnya dusta dalam artian belum benar-benar bertaubat. Dalam kasus ini, ia belum memenuhi syarat kedua dan ketiga. Mungkin ia menyesal dan merasa bersalah, namun ia belum bisa meninggalkan dosa itu, juga belum mampu membulatkan tekadnya untuk tidak mengulangi.

    Jika dosa itu berkaitan dengan pekerjaan kita yang tidak halal, hendaklah ia mencari pekerjaan lain yang halal dengan memohon pertolongan pada Allah. Anda tidak perlu patah semangat, rizki Allah itu luas. Carilah pekerjaan yang halal sampai dapat! Jika ia telah mendapatkannya, insya Allah hati ini lebih lapang untuk bertaubat.

    waffaqanallahu waiyyakum

    ReplyDelete
  3. Assalamu'alaikum..

    Ustadz, apakah perbuatan di bawah ini termasuk syirik (syirik kecil atau syirik besar atau bukan syirik)..

    1.) di kantor ketika berhadapan atasan, kita hendak melakukan kebaikan dengan cara menyampaikan dalil (hadits). namun tidak jadi kita lakukan karena kita malu kepada atasan apabila nanti dibilang sok alim. apakah ini termasuk syirik karena kita membatalkan amal baik karena malu pada manusia (malu dibilang sok alim)

    2.) apakah jika kita lewat di tengah2 perkumpulan orang, kemudian kita sedikit membungkuk (tidak sampai seperti ruku'), apakah ini termasuk syirik?

    ReplyDelete