Ada yang mengatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj berasal dari keturunan
Adam, bukan dari Hawa. Sebab tatkala Adam dalam keadaan junub, air
maninya bercampur dengan tanah, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala
menciptakan Ya’juj dan Ma’juj darinya. Namun pendapat ini tidak dibangun
di atas hujjah yang shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
“Kami tidak melihat pendapat ini dari seorang pun dari kalangan salaf,
kecuali dari Ka’b Al-Ahbar. Dan hal ini terbantahkan dengan hadits yang
marfu’ bahwa mereka berasal dari keturunan Nuh ‘alaihi salam. Dan telah
dipastikan bahwa Nuh berasal dari keturunan Hawa.” (Fathul Bari, 13/107)
Ibnu Katsir rahimahullah juga berkata: “Ini adalah pendapat yang
sangat aneh terlebih tidak disertai dengan dalil. Baik secara ‘aqli
(rasio) maupun naqli (riwayat). Dan apa-apa yang dinukilkan sebagian
ahlul kitab tidak bisa dijadikan sandaran di sini, dimana diketahui
bahwa mereka meriwayatkan hadits-hadits palsu.” (Tafsir Ibnu Katsir,
3/105)
Hal ini juga dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan Al-Imam
Al-Bukhari rahimahullah dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai Adam.” Ia menjawab: “Aku
penuhi panggilan-Mu dan kebaikan seluruhnya pada kedua tangan-Nu.” Lalu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Keluarkanlah pasukan penghuni
neraka.” Adam bertanya: “Berapa banyak utusan (penghuni) neraka?” (Allah
Subhanahu wa Ta’ala) berfirman: “Dari setiap seribu keluarkan 999 (dan
satu ke dalam surga).” Maka di saat itu anak kecil beruban dan setiap
wanita hamil akan menggugurkan kandungannya, dan engkau melihat manusia
dalam keadaan mabuk, padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah
yang demikian pedih.” (Para sahabat) bertanya: “Lalu bagaimana kami
dari satu (yang selamat) tersebut?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Bergembiralah, karena sesungguhnya satu orang dari kalian dan
seribu orang dari Ya’juj dan Ma’juj.” (HR. Al-Bukhari no. 3170)
Al-Lajnah Ad-Da’inah (Komisi Tetap untuk Fatwa, Kerajaan Saudi
Arabia) ditanya: “Siapakah Ya’juj dan Ma’juj? Dan di negeri manakah
mereka? Apakah mereka ada di muka bumi?”
Al-Lajnah menjawab:
“Ya’juj dan Ma’juj adalah keturunan Adam dari
anak Yafits bin Nuh ‘alaihis salam. Mereka tinggal di benua Asia bagian
utara Cina. Dan mereka ada di muka bumi seperti anak cucu Adam lainnya.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan, merusak di muka bumi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan sifat perjalanan
Dzulqarnain menuju ujung timur dan apa yang beliau lakukan berupa
perbaikan dalam perjalanan tersebut.” Lalu Al-Lajnah menyebut ayat 89-99
dari surat Al-Kahfi. (Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah, 3/149-150)
Samahatusy Syaikh Ibn Baz rahimahullah juga ditanya tentang Ya’juj
dan Ma’juj. Beliau menjawab:
“Mereka berasal dari keturunan Adam, akan
keluar pada akhir zaman. Mereka tinggal di arah timur. Bangsa At-Turk
(Mongol) termasuk dari mereka, lalu mereka dibiarkan di luar dinding
(benteng yang dibuat Dzulqarnain), dan tinggallah Ya’juj dan Ma’juj di
balik dinding tersebut. Sedangkan bangsa Mongol di luar dinding. Ya’juj
dan Ma’juj termasuk dari bangsa timur, ujung timur. Dan mereka akan
keluar pada akhir zaman dari Cina dan sekitarnya, setelah keluarnya
Dajjal dan turunnya Isa bin Maryam ‘alaihi salam. Sebab, mereka
dibiarkan tinggal di sana tatkala Dzulqarnain membangun benteng,
sehingga mereka berada di baliknya, sedangkan bangsa Mongol dan Tartar
di luar benteng. Dan jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki
keluarnya mereka kepada manusia, maka mereka keluar dari tempat mereka
dan menyebar di muka bumi, lalu berbuat kerusakan. Lantas Allah
Subhanahu wa Ta’ala kirimkan ulat-ulat kepada mereka di leher-leher
mereka, sehingga merekapun mati seperti matinya satu jiwa seketika itu
juga, sebagaimana yang telah shahih dari hadits-hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Isa bin Maryam ‘alaihi salam bersama
kaum muslimin membentengi diri dari mereka, sebab mereka keluar pada
zaman Isa ‘alaihi salam setelah keluarnya Dajjal.” (Fatawa Asy-Syaikh
Ibn Baz, 5: As’ilah Mutafarriqah wa Ajwibatuha, pertanyaan ketiga)
Faidah
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya: “Telah menyebar
makalah dari Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah bahwa beliau
berpendapat tentang telah munculnya Ya’juj dan Ma’juj dan bahwa mereka
itu adalah penduduk Cina. Dan setelah merujuk ke tafsir beliau maka
jelas bahwa Ya’juj dan Ma’juj akan keluar pada akhir zaman dan mereka
melakukan perusakan di muka bumi, dan bahwa keluarnya mereka termasuk di
antara tanda-tanda hari kiamat yang besar. Apakah Asy-Syaikh telah
rujuk dari pendapatnya yang pertama ataukah beliau memiliki dua
pendapat? Dan anda sendiri, apa yang anda kuatkan dalam masalah ini?
Jazakumullah khairan.
Beliau menjawab:
“Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah adalah
syaikh kami. Dan apa yang dinisbahkan kepada beliau -bahwa Ya’juj dan
Ma’juj adalah penduduk Cina dan yang berada di belakang pegunungan Qoqaz
(Kaukus [1])- telah membuat kisruh. Sebenarnya beliau rahimahullah
tidak mengucapkan sesuatu kecuali berdasarkan dalil yang dibangun di
atas Al-Kitab dan As-Sunnah, serta mengikuti ucapan orang sebelumnya
(salaf, red.).
Namun para pengikut hawa nafsu mencari-cari alasan yang
lemah seperti lemahnya sarang laba-laba untuk mengotori kehormatan orang
yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala beri keutamaan. Sehingga mereka
hasad dan dengki kepada beliau. Syaikh kami tersebut rahimahullah tidak
pernah menyatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj yang keluar pada akhir zaman
adalah yang telah muncul sekarang. Dan tidak mungkin hal itu diucapkan
oleh seorang yang berakal, terlebih lagi seorang alim yang termasuk
paling alim di zaman itu -semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati
beliau.
Beliau hanya mengatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj itu ada. Dan
Al-Qur’an menjelaskan hal tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
tentang Dzulqarnaian (lalu beliau menyebut ayat-ayat dalam surat
Al-Kahfi yang tersebut di atas, lalu berkata): “Jadi, mereka ada atau
tidak ada? Tentu mereka ada, mereka merusak di muka bumi….” (dari kaset
Silsilah Liqa’ Babil Maftuh, kaset no. 60, sisi yang kedua)
Peringatan!
Sebagian orang mengingkari eksistensi keberadaan bangsa Ya’juj dan
Ma’juj ini. Menurut mereka, kalau Ya’juj dan Ma’juj itu sudah ada di
balik benteng tersebut, tentu sudah ditemukan lokasinya. Apalagi dengan
adanya kemajuan teknologi yang pesat dan alat-alat yang canggih untuk
mendeteksi keberadaan mereka.
Tapi, karena tidak ada orang yang
menemukan mereka atau lokasi mereka, berarti Ya’juj dan Ma’juj belum
pernah ada.
Logika seperti ini dapat dibantah dengan realita bahwa banyak hal
yang masih belum mampu diungkap hakekatnya, secanggih apapun teknologi
yang dikuasai manusia. Ruh misalnya. Ruh, yang demikian dirasakan
keberadaannya, selalu menyertai, tetapi belum pernah terungkap
eksistensi dan substansinya.
Ketahuilah, berita tentang Ya’juj dan Ma’juj adalah berita dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, sehingga seorang muslim yang beriman
wajib menerimanya. Bukankah ciri-ciri orang yang bertakwa adalah
beriman kepada hal ghaib yang dikabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan Rasul-Nya? Dan termasuk hal yang ghaib adalah apa yang akan terjadi
pada akhir zaman, termasuk berita akan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Footnote:
[1] Memang ada yang berpendapat bahwa pegunungan inilah yang
merupakan “benteng” dimaksud. Deretan pegunungan ini memanjang tanpa
celah dari laut Hitam hingga laut Kaspia sepanjang lebih dari 1.200 km.
Kecuali pada bagian kecil dan sempit yang disebut celah Darial (terletak
di negara Georgia) sepanjang kurang lebih 100 meter. Pada bagian celah
itulah di duga penghalang dari Ya’juj dan Ma’juj itu dibangun.
Wallahu
a’lam.
Sumber: Majalah Asy Syariah no. 37/IV/1429 H/2008, hal. 28, 30, 31 dan 62.
Diambil dari fadhlihsan.wordpress.com
No comments:
Post a Comment