Friday, June 22, 2012

Dimanakah Ya'juj dan Ma'juj Sekarang Berada ?

Ada yang mengatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj berasal dari keturunan Adam, bukan dari Hawa. Sebab tatkala Adam dalam keadaan junub, air maninya bercampur dengan tanah, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Ya’juj dan Ma’juj darinya. Namun pendapat ini tidak dibangun di atas hujjah yang shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Kami tidak melihat pendapat ini dari seorang pun dari kalangan salaf, kecuali dari Ka’b Al-Ahbar. Dan hal ini terbantahkan dengan hadits yang marfu’ bahwa mereka berasal dari keturunan Nuh ‘alaihi salam. Dan telah dipastikan bahwa Nuh berasal dari keturunan Hawa.” (Fathul Bari, 13/107)

Ibnu Katsir rahimahullah juga berkata: “Ini adalah pendapat yang sangat aneh terlebih tidak disertai dengan dalil. Baik secara ‘aqli (rasio) maupun naqli (riwayat). Dan apa-apa yang dinukilkan sebagian ahlul kitab tidak bisa dijadikan sandaran di sini, dimana diketahui bahwa mereka meriwayatkan hadits-hadits palsu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/105)

Hal ini juga dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai Adam.” Ia menjawab: “Aku penuhi panggilan-Mu dan kebaikan seluruhnya pada kedua tangan-Nu.” Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Keluarkanlah pasukan penghuni neraka.” Adam bertanya: “Berapa banyak utusan (penghuni) neraka?” (Allah Subhanahu wa Ta’ala) berfirman: “Dari setiap seribu keluarkan 999 (dan satu ke dalam surga).” Maka di saat itu anak kecil beruban dan setiap wanita hamil akan menggugurkan kandungannya, dan engkau melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah yang demikian pedih.” (Para sahabat) bertanya: “Lalu bagaimana kami dari satu (yang selamat) tersebut?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Bergembiralah, karena sesungguhnya satu orang dari kalian dan seribu orang dari Ya’juj dan Ma’juj.” (HR. Al-Bukhari no. 3170)

Al-Lajnah Ad-Da’inah (Komisi Tetap untuk Fatwa, Kerajaan Saudi Arabia) ditanya: “Siapakah Ya’juj dan Ma’juj? Dan di negeri manakah mereka? Apakah mereka ada di muka bumi?”


Al-Lajnah menjawab:

“Ya’juj dan Ma’juj adalah keturunan Adam dari anak Yafits bin Nuh ‘alaihis salam. Mereka tinggal di benua Asia bagian utara Cina. Dan mereka ada di muka bumi seperti anak cucu Adam lainnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan, merusak di muka bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan sifat perjalanan Dzulqarnain menuju ujung timur dan apa yang beliau lakukan berupa perbaikan dalam perjalanan tersebut.” Lalu Al-Lajnah menyebut ayat 89-99 dari surat Al-Kahfi. (Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah, 3/149-150)

Samahatusy Syaikh Ibn Baz rahimahullah juga ditanya tentang Ya’juj dan Ma’juj. Beliau menjawab:

“Mereka berasal dari keturunan Adam, akan keluar pada akhir zaman. Mereka tinggal di arah timur. Bangsa At-Turk (Mongol) termasuk dari mereka, lalu mereka dibiarkan di luar dinding (benteng yang dibuat Dzulqarnain), dan tinggallah Ya’juj dan Ma’juj di balik dinding tersebut. Sedangkan bangsa Mongol di luar dinding. Ya’juj dan Ma’juj termasuk dari bangsa timur, ujung timur. Dan mereka akan keluar pada akhir zaman dari Cina dan sekitarnya, setelah keluarnya Dajjal dan turunnya Isa bin Maryam ‘alaihi salam. Sebab, mereka dibiarkan tinggal di sana tatkala Dzulqarnain membangun benteng, sehingga mereka berada di baliknya, sedangkan bangsa Mongol dan Tartar di luar benteng. Dan jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki keluarnya mereka kepada manusia, maka mereka keluar dari tempat mereka dan menyebar di muka bumi, lalu berbuat kerusakan. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala kirimkan ulat-ulat kepada mereka di leher-leher mereka, sehingga merekapun mati seperti matinya satu jiwa seketika itu juga, sebagaimana yang telah shahih dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Isa bin Maryam ‘alaihi salam bersama kaum muslimin membentengi diri dari mereka, sebab mereka keluar pada zaman Isa ‘alaihi salam setelah keluarnya Dajjal.” (Fatawa Asy-Syaikh Ibn Baz, 5: As’ilah Mutafarriqah wa Ajwibatuha, pertanyaan ketiga)

Faidah

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya: “Telah menyebar makalah dari Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah bahwa beliau berpendapat tentang telah munculnya Ya’juj dan Ma’juj dan bahwa mereka itu adalah penduduk Cina. Dan setelah merujuk ke tafsir beliau maka jelas bahwa Ya’juj dan Ma’juj akan keluar pada akhir zaman dan mereka melakukan perusakan di muka bumi, dan bahwa keluarnya mereka termasuk di antara tanda-tanda hari kiamat yang besar. Apakah Asy-Syaikh telah rujuk dari pendapatnya yang pertama ataukah beliau memiliki dua pendapat? Dan anda sendiri, apa yang anda kuatkan dalam masalah ini? Jazakumullah khairan.

Beliau menjawab:

“Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah adalah syaikh kami. Dan apa yang dinisbahkan kepada beliau -bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah penduduk Cina dan yang berada di belakang pegunungan Qoqaz (Kaukus [1])- telah membuat kisruh. Sebenarnya beliau rahimahullah tidak mengucapkan sesuatu kecuali berdasarkan dalil yang dibangun di atas Al-Kitab dan As-Sunnah, serta mengikuti ucapan orang sebelumnya (salaf, red.).

Namun para pengikut hawa nafsu mencari-cari alasan yang lemah seperti lemahnya sarang laba-laba untuk mengotori kehormatan orang yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala beri keutamaan. Sehingga mereka hasad dan dengki kepada beliau. Syaikh kami tersebut rahimahullah tidak pernah menyatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj yang keluar pada akhir zaman adalah yang telah muncul sekarang. Dan tidak mungkin hal itu diucapkan oleh seorang yang berakal, terlebih lagi seorang alim yang termasuk paling alim di zaman itu -semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau.

Beliau hanya mengatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj itu ada. Dan Al-Qur’an menjelaskan hal tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Dzulqarnaian (lalu beliau menyebut ayat-ayat dalam surat Al-Kahfi yang tersebut di atas, lalu berkata): “Jadi, mereka ada atau tidak ada? Tentu mereka ada, mereka merusak di muka bumi….” (dari kaset Silsilah Liqa’ Babil Maftuh, kaset no. 60, sisi yang kedua)

Peringatan!

Sebagian orang mengingkari eksistensi keberadaan bangsa Ya’juj dan Ma’juj ini. Menurut mereka, kalau Ya’juj dan Ma’juj itu sudah ada di balik benteng tersebut, tentu sudah ditemukan lokasinya. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi yang pesat dan alat-alat yang canggih untuk mendeteksi keberadaan mereka.

Tapi, karena tidak ada orang yang menemukan mereka atau lokasi mereka, berarti Ya’juj dan Ma’juj belum pernah ada.

Logika seperti ini dapat dibantah dengan realita bahwa banyak hal yang masih belum mampu diungkap hakekatnya, secanggih apapun teknologi yang dikuasai manusia. Ruh misalnya. Ruh, yang demikian dirasakan keberadaannya, selalu menyertai, tetapi belum pernah terungkap eksistensi dan substansinya.

Ketahuilah, berita tentang Ya’juj dan Ma’juj adalah berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, sehingga seorang muslim yang beriman wajib menerimanya. Bukankah ciri-ciri orang yang bertakwa adalah beriman kepada hal ghaib yang dikabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya? Dan termasuk hal yang ghaib adalah apa yang akan terjadi pada akhir zaman, termasuk berita akan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Footnote:

[1] Memang ada yang berpendapat bahwa pegunungan inilah yang merupakan “benteng” dimaksud. Deretan pegunungan ini memanjang tanpa celah dari laut Hitam hingga laut Kaspia sepanjang lebih dari 1.200 km. Kecuali pada bagian kecil dan sempit yang disebut celah Darial (terletak di negara Georgia) sepanjang kurang lebih 100 meter. Pada bagian celah itulah di duga penghalang dari Ya’juj dan Ma’juj itu dibangun.

Wallahu a’lam.

Sumber: Majalah Asy Syariah no. 37/IV/1429 H/2008, hal. 28, 30, 31 dan 62.
Diambil dari fadhlihsan.wordpress.com

No comments:

Post a Comment