Wednesday, January 18, 2012

Keadilan “Sebagian Ulama” dalam Menilai Sebagian Tokoh

Pada kesempatan ini, saya ingin membawakan beberapa fatwa sebagian ulama. Semoga saya pribadi dan pembaca sekalian dapat mengambil faidah dan pelajaran berharga dari warisan ilmu para nabi. Langsung saja kita simak penuturan berikut:

1. Fatwa Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah,


السؤال73: ما هو القول الفصل في يوسف القرضاوي، وهل هو مبتدع أم لا، وما رأيكم فيمن يقول: بأنه عدو لله، ومن أبناء اليهود ويلقّبه: بالقرظي، نسبةً إلى بنى قريظة؟

الجواب: يوسف القرضاوي منذ عرفناه وسمعنا به، وهو حزبيّ مبتدع، أما أنه عدو للسنة فلا نستطيع أن نقول إنه عدو للسنة92، ولا نستطيع أن نقول إنه من أبناء اليهود، فلا بد من العدالة، يقول الله سبحانه وتعالى في كتابه الكريم: {ولا يجرمنّكم شنآن قوم على ألاّ تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتّقوى93}. ويقول: {وإذا قلتم فاعدلوا94}. ويقول: {ياأيّها الّذين آمنوا كونوا قوّامين بالقسط شهداء لله ولو على أنفسكم أو الوالدين والأقربين إن يكن غنيًّا أو فقيرًا فالله أولى بهما فلا تتّبعوا الهوى أن تعدلوا وإن تلووا أو تعرضوا فإنّ الله كان بما تعملون خبيرًا95}.
والنبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم أمر أبا ذر أن يقول الحقّ ولو كان مرًّا.
فأنا لا أنصح باستماع أشرطته، ولا بحضور محاضراته، ولا بقراءة كتبه فهو مهوس، وله كتاب في جواز تعدد الجماعات، والنبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم يقول: ((يد الله مع الجماعة))، فلم يقل: مع الجماعات.

Pertanyaan ke 73:

Apakah pendapat yang adil tentang Yusuf Al-Qardhawi, apakah ia termasuk ahli bid’ah atau bukan, apa pendapatmu tentang seorang yang mengatakan bahwa Yusuf Al-Qardhawi adalah musuh Allah, ia adalah antek-antek Yahudi dan menggelarinya dengan sebutan Yusuf Al-Quradzi nisbah kepada (Yahudi) Bani Quraidzah ?

Syaikh Muqbil rahimahullah menjawab :

“Yusuf Al-Qardhawi sejak kami mengetahuinya dan kami dengar tentangnya, ia adalah hizbi mubtadi’. Adapun menggelarinya dengan sebutan musuh sunnah, maka kami tidak sampai menyatakan bahwa ia adalah musuh sunnah, dan tidak pula mengelarinya dengan antek-antek Yahudi.
                           
Wajib bagi kita untuk berbuat adil. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim: 

Dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menjadikan kalian tidak adil, berbuat adillah karena ia lebih dekat kepada ketakwaan”. 
Juga dalam firman-Nya: “Dan apabila kalian berkata maka adillah”. 
Juga dalam firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan"

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Abu Dzar untuk menyatakan kebenaran walaupun itu pahit. Aku menasehatkan untuk tidak mendengarkan kaset-kasetnya, tidak menghadiri kajian-kajiannya dan tidak pula membaca kitab-kitabnya karena ia telah terfitnah. 

Ia menulis kitab tentang keboleha berbilangnya jama’ah (kelompok-kelompok Islam). Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tangan Allah bersama Al-Jama’ah”. Nabi tidak mengatakan Al-Jama’aat (dalam bentuk jamak)…

2. Fatwa Syaikh Ubaid Al-Jabiry hafidzahullah

حتى الساعة في الحقيقة نحن لم نقل الأخ علي مبتدع ضال لكني أنصح أن لا يرد الناس إليه  من خارج قطره أما من هم من قطره فالظاهر حاجة إليه وهم في حاجة إلى من دونه على ما فيه 
لأننا لا نعلم في قطره عالماً بعد الألباني عالماً يرجع إليه ويصدر عن أقواله وفتاويه
وأحكامه لا أعلم أحداً حتى الساعة ، فكونه يرد إليه من هو من أهل قطره
ويأخذون عنه الحديث وفي شروح كتب العقائد الصافية هذا لا مانع منه إن شاء الله
..وبهذا يعلم أن فتوانا في أخذ العلم عن الرجل مقيدة بثلاثة قيود : 

- الاقتصار على كتبه القديمة مثل ما سمي منه

- أن يشرح نصوص الكتاب والسنة على وفق فهم السلف الصالح فلا يزيد على ذلك ولا ينقص منه

- الثالث : أن لا يدخل في تقريراته العلمية أفكار المنحرفينانتهى

“Sungguh hingga saat ini, kami tidak menyatakan bahwa Al-Akh Ali adalah mubtadi’ dhall. Namun aku menasehatkan agar tidak mengembalikan permasalahan umat yang berada di luar Negara (Yordania)  kepada beliau. Adapun mereka yang berada di sana, maka yang nampak bagiku, mereka membutuhkan Syaikh Ali dan orang yang kedudukannya di bawah Syaikh Ali. Meskipun beliau memiliki beberapa kekeliruan.

Hingga saat ini, kami tidak mengetahui di negerinya seorang yang lebih alim setelah Syaikh Al-Albani melebihi Syaikh Ali yang dapat dijadikan rujukan dalam perkataan, fatwa dan hukum-hukum (Islam). Tidak mengapa insyaAllah mereka mempelajari hadits dan kitab-kitab aqidah Ahlussunah dari beliau.

Oleh karena itu, ketahuilah bahwa fatwa kami tentang mengambil ilmu dari orang ini (Syaikh Ali) disyaratkan padanya 3 hal:

1. Mencukupkan dengan kitab-kitab Syaikh Ali yang dahulu (sebelum fitnah -pen-)

2. Menjelaskan nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah sesuai pemahaman As-Salaf Ash-Shalih tanpa penambahan dan pengurangan

3. Tidak mengambil ucapan Syaikh Ali tentang pembahasan-pembahasan beliau yang ilmiah yang  berkaitan dengan pemikiran-pemikiran menyimpang (sebagian) tokoh.” 

–selesai ucapan Syaikh Ubaid-  

Dari fatwa Syaikh Ubaid di atas kita dapat merenungkan betapa adil dan inshaf-nya “sebagian ulama” ketika menilai sebagian tokoh. Tidaklah fatwa mereka dibangun di atas su’udzan ataupun karena belum tatsabbut. Namun hal itu merupakan sebagian dari ijtihad para ulama ketika itu.

Bahkan Syaikh Ubaid Al-Jabiri pun mengakui pembahasan-pembahasan ilmiah Syaikh Ali dalam permasalahan fitnah. Tentunya beliau telah tatsabut dan membaca tulisan-tulisan  Syaikh Ali. Hal itu tidak merubah pendirian Syaikh Ubaid dan para ulama yang lain tentang kekeliruan Syaikh Ali dalam masalah ini.

Dari sini terjawablah sebagian pertanyaan Ustadz hafidzahullah bahwa tidak setiap kekeliruan ulama menjadikannya hizby. Apalagi menganggap hizbi setiap ulama yang menyelisihi “sebagian ulama” kitaa’udzubillah. Aku berlindung kepada Allah dari ucapan ini. Saya berharap Ustadz tidak menyandarkan pada saya sesuatu yang tidak saya yakini, kemudian membangun permasalahan di atasnya. 

Para ulama yang membantah Syaikh Ali, mereka hanyalah memperingatkan umat dari pendapat beliau yang keliru dalam permasalahan fitnah. Sebagian ulama pun menyelisihi Syaikh Ali dalam hal ini.

Tentang Syaikh ‘Adnan ‘Ar’ur hadanallah waiyyahu, sebagian ulama pun memperingatkan umat darinya, kita simak penjelasan mereka rahimahullah,

1. Syaikh Ahmad An-Najmi rahimahullah berkata :

عدنان عرعور يظهر منه أنه حزبي ويأوي الحزبين، ويتكلم على السلف، ويريد جرح السلفيين لكنه يحامي عن المبتدعين انتهى

“’Adnan ‘Ar’ur yang nampak darinya, ia adalah hizbi, memberi tempat bagi hizbiyyin, membicarakan salaf, ingin men-jarh salafiyyin bahkan ia pun membela mubtadi’in.” –selesai-

2. Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata :

هو أصلا ما هو بعالم هو جاء للمملكة - السعودية - مثل الحرفي أو محترف ثمَّ أظهر ما عنده ... أنصح الشباب السلفي بمقاطعته وعدم حضور دروسه هو وأمثاله

“Ia (‘Adnan ‘Ar’ur) pada asalnya bukanlah seorang yang alim, ia datang ke Kerajaan Saudi sebagaimana orang menyimpang yang lain lalu nampaklah (penyimpangan) yang ada padanya…Aku menasehatkan kepada para pemuda Salafy agar menjauhinya, tidak menghadiri kajian-kajiannya, ia dan orang-orang yang semisalnya.”

3. Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah berkata :

أَنا نَصيحَتي لكُم أنَّكُم لا تَشتَغلُونَ بِكلامِه ولا بِقواعدِه ولا تَلتفتُونَ إلى ما عندَهُ، لأنَّ عندَه تخليط، وأنا سبقَ وأن اِطَّلعتُ على شيءٍ من كلامِه وَرَأيتُ فيهِ كلاماً مَا يَصلح ولا يَنبَغي ولهذا ينبَغي اجتنابُ يعني كلامه وعدم الاهتمَامِ والاشتغالِ بهِ، والإنسَان
يَشتغل بِكَلام العُلمَاء المحقِقين مثل أشرطَة الشيخ ابنُ باز والشيخ العُثيمين وأشرطَة الشيخ الفَوزَان وأشرطَة الشَيخ عَبد العزيز آل الشيخ وغيرهم منَ المشَايخ المعتمدين
 والمأمون جانبهم .والله ما ينبغي أن تحضروا دروسه

“Nasehatku untuk kalian, janganlah kalian disibukkan dengan ucapannya (‘Adnan ‘Ar’ur), tidak pula dengan kaidah-kaidahnya (yang batil). Janganlah kalian menoleh padanya, karena ia memiliki kerancuan. Aku telah menelaah sebagian ucapannya, lalu aku mendapati perkataan yang tidak layak dan tidak semestinya.

Oleh karena itu, hendaknya kalian meninggalkan ucapannya dan tidak menyibukkan diri dengannya. Hendaknya kalian menyibukkan diri dengan ucapan para ulama muhaqqiqin seperti kaset-kaset Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Al-Utsaimin, Syaikh Al-Fauzan, Syaikh Abdul Aziz Alus Syaikh dan selain mereka dari para masyayikh yang diakui dan terkenal amanah.

Demi Allah, tidak semestinya kalian menghadiri kajian-kajiannya.

-selesai nukilan sebagian ulama tentang ‘Adnan ‘Ar’ur-

Duhai, saya pun berangan-angan seandainya tidak dikatakan bahwa ucapan para ulama tersebut di bangun di atas kesalahpahaman, tidak tatsabut terhadap ucapan Syaikh ‘Adnan ‘Ar’ur ataupun karena pertanyaan penanya yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga para ulama pun keliru dalam menjawab…

Tidak heran jika Syaikh Ubaid Al-Jabiry hafidzahullah berkata :

الشيخ علي بن حسن بن علي بن عبد الحميد الشامي الأثري يزكي من ليس أهلاً للتزكية، بل يزكي ضُلالاً عُرِفَ ضلالهم، مثل عدنان عرعور..

“Asy-Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Asy-Syaami Al-Atsari mentazkiyah tokoh yang tidak layak untuk diberi tazkiyah, bahkan ia mentazkiyah tokoh-tokoh sesat yang telah diketahui kesesatannya.”

Di akhir tulisan ini, saya ingin menunjukkan pada Ustadz naskah fatwa Syaikh Rabi’ tentang ruju’nya Abul-Hasan yang pernah saya singgung sebelumnya. Syaikh Rabi’ pun bergembira dan bersyukur kepada Allah…

 بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه.
أما بعد :

فلا يعرف الفضل إلا ذووه ومن لا يشكر الناس لا يشكر الله .
أيها الأخوة لقد تراجع أبو الحسن عن أشياء من أخطائه على أيدي مشايخ فضلاء - جزاهم الله خيراً على جهودهم التي بذلوها للوصول إلى هذه النتائج- .

وهذا أمر جيد سار ونرجو لأبي الحسن أن يتراجع عن كل أخطائه التي أخذت عليه وعما ضعف فيه اعتذاره أمام المشايخ الكرام.

وهذا التراجع الذي حصل يدل على أن الحق مع من انتقد أبا الحسن.
وعلى الأخوة الكرام أن يشكروا لهم لأنهم كانوا سببا في رجوعه إلى الحق والصواب، وأن يعترفوا بفضلهم.

وعلى من خاض في الفتنة بباطل أن يتوب إلى الله عز وجل، إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين.
نسأل الله التوفيق للجميع وأن يجمع القلوب على الحق وأن يدفع عنهم كل سوء وفتنة.

وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه.
كتبه
الفقير إلى الله
ربيع بن هادي عمير المدخلي
15/3/1423هـ

Setelah membaca tasmiyah, hamdalah dan shalawat nabi, Syaikh Rabi’ hafidzhullah berkata:

“Tidaklah mengetahui keutamaan kecuali orang yang memilikinya. Barangsiapa yang tidak bersyukur pada manusia, maka ia tidak bersyukur pada Allah. Kepada ikhwah sekalian, sungguh Abul-Hasan telah ruju’ dari beberapa kekeliruannya di hadapan Masyayikh Al-Fudhala’ -semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan atas kesungguhannya dalam mencurahkan (waktu) dalam masalah ini, sehingga tercapailah hasil yang diharapkan-

Ini adalah perkara yang baik (dituntut). Kami berharap agar Abul-Hasan ruju’ dari seluruh kekeliruan yang dikritik para ulama dan kekurangannya dalam meminta udzur di hadapan masyayikh yang mulia.

Pernyataan ruju’ ini menunjukkan bahwa kebenaran bersama orang yang membantah Abul-Hasan. Kepada ikhwah sekalian agar berterima kasih kepada para ulama yang telah membantahnya, karena dengan sebab merekalah  Abul-Hasan ruju’ kepada kebenaran, kemudian mengakui keutamaan mereka.

Kepada sebagian orang yang menceburkan diri ke dalam fitnah ini dengan batil, hendaknya mereka bertaubat kepada Allah. sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang–orang yang mensucikan diri.

Kita memohon kepada Allah taufiq agar menyatukan hati kita di atas kebenaran dan menjauhkan kita dari setiap keburukan fitnah.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah pada nabi kita Muhammad, keluarganya dan sahabatnya.

Ditulis oleh hamba yang faqir kepada Allah

Rabi’ bin Hadi ‘Umair Al-Madkhali
15 Rabi’ul Awwal 1423

Ustadz Abul-Jauza dapat mengambil faidah tentang beberapa penyimpangan Syaikh Abul-Hasan dari tulisan-tulisan Syaikh Rabi’ di bawah ini :

1)  Al-Karr ‘anil Makr wal Khiyanah yang beliau tulis tanggal 25 Rabi’ul Awwal 1423

2)  Niqmatu Abil Hasan ‘ala Abi Sa’id Al-Khudri

3)  Tha’n Abil Hasan fi Tarbiyatin Nabi li Ashabihi

4)  Qa’idah Nushahhih wala Nahdam ‘inda Abil Hasan

5)  Idanatu Abil Hasan bi Tashdiqihil Kadzib wabi Tathawulihi bil Adza wal Mann

6)  Marahil Abil Hasan wataqallubatihi haula washfihi lis-Shahabah bil Ghutsaiyyah

7)  Mauqif Abil Hasan fi Qadhiyyati Akhbaril Aahaad yang ditulis tanggal 1-8 Rabi’uts Tsani 1423

8)  Abul Hasan Yunafihu ‘an Ahlil Ahwa

9)  Marahil Fitnah Abil Hasan Al-Ma’ribi

10) Ibthali Maza’im Abil Hasan fil Mujmal wal Mufashshal ditulis tanggal 19 Rabi’ul Awwal 1423

11) I’anatu Abil Hasan ‘alar Ruju’ billati Hiya Ahsan ditulis tanggal 18 Shafar 1423 sebelum Abul-Hasan ruju’

12) Jinayatu Abil Hasan ‘alal Ushul As-Salafiyyah ditulis tanggal 1 Rabi’ul Awwal 1423 sebelum Abul-Hasan ruju’

13) Intiqad ‘Aqdi wa Manhaji li Kitab As-Sirahul Wahhaj ditulis tanggal 10 Rabi’uts Tsani 1423

14) Tanbih Abil Hasan ilal Qoul billati Hiya Ahsan

15) Asy-Syihabul Wahhaj fi Kasyfi Talbisaat Qath’ul Lajjaj

Pertanyaan saya selanjutnya, kapankah Syaikh Abul-Hasan ruju’ dari kekeliruannya dan kapan kitab-kitab bantahan di atas ditulis? sebelum Abul-Hasan ruju’ atau setelahnya? 

Sehingga kita pun harus mendudukkan fatwa para ulama pada tempatnya. Tidak hanya mengambil sebagian fatwa ulama lalu menolak sebagian yang lain. Allah lah yang memerintahkan kita untuk bertanya kepada para ulama, Allah tidak pernah mencela orang-orang yang bertanya pada ulama dalam Al-Qur'an, apalagi menggelarinya dengan tuduhan "taklid"..

Sekali lagi Ustadz, perlu juga tatsabbut dalam mengambil fatwa para ulama.

Semoga artikel ini bermanfaat,

Sumber : - Risalah “Radd Ubaid Al-Jabiri ‘ala Qawa’id Al-Halabi Al-   Jadidah
-  I'dad Mauqi' Ruhul Islam


[Abul-Harits-25 Shafar 1433-Banyumas]

2 comments:

  1. Ustadz,

    Mohon bisa juga di ulas mengenai ruju'nya (bila memang ruju') Syaikh Abul Hasan yang menurut ustadz terjadi pada 15 Rabi’ul Awwal 1423 di depan Syaikh Rabi' bin Hadi ‘Umair Al-Madkhali.

    Hal-hal apa saja yang menjadi bahan ruju' nya Syaikh Abul Hasan ?

    Syukron

    Abu Fathi

    ReplyDelete
  2. Saya tidak tahu secara detail permasalahan yang antum tanyakan. Namun secara garis besar, para ulama dalam menyikapi kekeliruan Syaikh Abul Hasan terbagi menjadi beberapa kelompok:

    1. Memvonis syaikh sebagai mubtadi'/ahlul bid'ah

    2. Tidak memvonis mubtadi', namun mengingkari dan mengkritik kekeliruan syaikh

    3. Diam, tidak mengingkari syaikh, tidak pula mengkritik masyayikh yang mengingkari Syaikh Abul Hasan. Kemungkinan mereka tahu kekeliuan syaikh namun mencukupkan dengan masyayikh lain yang membantah atau mereka memang tidak mau disibukkan dengan perkara tersebut.

    ReplyDelete