Tanya:
فضيلة
الشيخ! هناك بعض المسلمين من أصحاب المعاصي نزورهم بنية الدعوة إلى الله عز وجل،
لكن هؤلاء لا يحضرون مجالس الذكر وهم بعيدون عن الله عز وجل، ونجد عندهم بعض
المنكرات وأحيانا يريدون أن يختبرونا بأن يفتح أحدهم أغان في وجودنا، ونحن لا
ندعوهم أمام الناس، بل نأتيهم إلى بيوتهم، ونحاول أن نكسب قلوبهم في البداية
بتكرار الزيارات، ووجدنا حسب التجارب أننا إذا بدأناهم بإنكار المنكر يفرون منا
ولا يجالسوننا، ولكن بفضل الله عز وجل نصبر على ذلك، وإن سمعنا أحيانا بعض
المنكرات، ولكن بعض الإخوة ينكرون يقولون: لا بد أن تنكروا المنكر، فهل ننكر
المنكر مباشرة أو نصبر بنية الدعوة إلى الله عز وجل؟
“Syaikh yang mulia, di sana terdapat sebagian muslim
yang gemar berbuat maksiat, kami
mengunjungi mereka dengan niat dakwah kepada Allah ‘azza wajalla. Namun
mereka tetap enggan menghadiri majelis ilmu, mereka jauh dari Allah ‘azza
wajalla. Kami mendapatkan berbagai kemungkaran di sisi mereka, terkadang mereka
menguji kami dengan memutar lantunan musik saat kami berada di sisi mereka.
Kami tidak berdakwah kepada mereka di depan kerumunan manusia, namun kami datang ke
rumah-rumah mereka. Kami berupaya melembutkan hati mereka dengan sering
berkunjung.
Berdasarkan pengalaman yang telah lalu, apabila kami
memulai (dakwah -pen) dengan mengingkari kemungkaran, mereka akan lari dan
tidak mau duduk bersama kami. Akan tetapi dengan keutamaan dari Allah ‘azza
wajalla, kami tetap bersikap sabar kepada mereka, meskipun terkadang kami
mendengar beberapa kemungkaran. Namun sebagian ikhwah mengingkari (sikap kami
-pen) dengan menyatakan: ‘kalian harus mengingkari kemungkaran’. Apakah kami
harus mengingkari kemungkaran secara langsung atau memilih untuk bersabar
(menunda dalam mengingkari kemungakaran –pen) dengan niat dakwah
kepada Allah ‘azza wajalla?
Jawab:
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
menjawab:
منكر
المنكر هو مثل الطبيب، لو أن الطبيب أتى على جرح وشقه مباشرة ليستخرج ما فيه فربما
يتولد ضرر أكبر، ولكن لو أنه شقه يسيرا يسيرا وصبر على ما يشم منه من رائحة منتنة
لحصل المقصود، فأنتم ما جلستم مع أهل المنكر رغبة فيما هم عليه من المنكر، وإنما
جلستم من أجل الدعوة إلى الله، وفي ظني أن كل إنسان عنده عقل مميز إذا جلس إلى
جانبه صاحب خير فإنه سوف يقلع عن المعصية التي هو عليها، وربما يكابر أو يعاند
فيبقيها أو يزيدها كما قلت، ولكن اصبر فإذا عرفت أنه ليس فيه رجاء فحينئذ لا تجلس
معه، ويجب حينئذ أن تفارقه
“Permisalan seorang yang mengingkari kemungkaran
seperti dokter. Seandainya saat menjumpai luka, seorang dokter langsung merobek luka tersebut secara langsung untuk mengeluarkan penyakit yang
ada di dalamnya, tentu hal itu akan melahirkan mudharat yang lebih besar. Akan
tetapi seandainya sang dokter membuka luka tersebut sedikit demi sedikit, lalu bersabar
terhadap bau busuk yang keluar dari luka tersebut, tentu tujuannya akan
tercapai (sembuh dari luka–pen).
Namun terkadang sebaliknya,
ia malah sombong dan membangkang, ia tetap dalam kondisinya yang bergelimang
dosa atau bahkan semakin menambah ulahnya seperti yang engkau katakan.
Bersabarlah… Apabila ia tidak bisa diharapkan kebaikannya, maka janganlah duduk
bersamanya, dalam keadaan ini engkau wajib meninggalkannya. [Liqa’ Al-Bab
Al-Maftuuh, 17/21]
No comments:
Post a Comment