Thursday, December 25, 2014

Diantara Akhlak Salaf yang Terlupakan “Menjaga Lisan”

Peringatan Allah kepada Orang yang Tidak Menjaga Lisan

Ingatlah saudaraku bahwa setiap apa yang terucap dari lisan kita akan dicatat oleh malaikat pencatat amal. Allah ta’ala berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tidaklah ada perkataan yang terucap kecuali di sisinya terdapat malaikat yang mengawasi dan selalu hadir” [QS. Qaaf: 18]

Namun kenapa lisan ini tiada henti-hentinya merendahkan kehormatan orang lain? Tanpa bosan dan perasaan jenuh engkau mengisi pembicaraanmu dengan umpatan dan celaan…

Ingat pula firman Allah ta’ala:

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ

Celakalah bagi setiap pencela dan pengumpat” [QS. Al-Humazah: 1]

Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata:

( لِكُلِّ هُمَزَةٍ ) : يقول: لكل مغتاب للناس، يغتابهم ويبغضهم

“Setiap Humazah adalah setiap orang yang suka berbuat ghibah terhadap manusia, senantiasa menyebutkan kejelekan manusia dan membenci mereka”

ويعني باللمزة: الذي يعيب الناس، ويطعن فيهم

Al-Lumazah adalah orang yang suka membuka aib dan mencela manusia” [Tafsir Ath-Thabari, 24/595]

Ar-Rabi’ bin Anas rahimahullah berkata:

الهُمَزة، يهمزه في وجه، واللمزة من خلفه

Al-Humazah adalah mencela seseorang di hadapannya, sedangkan Al-Lumazah adalah mencela seseorang di belakangnya”

Mujahid rahimahullah berkata:

الهمزة: باليد والعين، واللمزةُ: باللسان

Al-Humazah dengan tangan dan mata, sedangkan Al-Lumazah dengan lisan” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/481]

Mujahid juga berkata:

هي عامة في حق كل من هذه صفته

“Ayat ini umum bagi siapa saja yang memiliki sifat-sifat tersebut” [Tafsir Al-Baghawi, 8/530]

Bukankah engkau telah mengetahui betapa besar dosa orang-orang yang mengada-adakan fitnah terhadap saudaranya… Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَاناً وَإِثْماً مُبِينا

Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukminin dan mukminah tanpa kesalahan yang mereka lakukan, sungguh mereka sedang memikul kedustaan dan dosa yang nyata” [QS. Al-Ahzab: 58]

Engkau menganggap remeh perbuatan tersebut, namun tahukah engkau bahwa perbuatan itu sangat besar dosanya di sisi Allah?

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

وقوله: { وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا } أي: ينسبون إليهم ما هم بُرَآء منه لم يعملوه ولم يفعلوه

“Firman Allah ‘Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukminin dan mukminah tanpa kesalahan yang mereka lakukan’ maknanya disandarkan kepada orang-orang yang beriman sesuatu yang mereka berlepas diri darinya, sesuatu yang tidak mereka lakukan, tidak pula mereka kerjakan”

{ فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا } وهذا هو البهت البين أن يحكى أو ينقل عن المؤمنين والمؤمنات ما لم يفعلوه، على سبيل العيب والتنقص لهم

“Firman-Nya ‘sungguh mereka sedang memikul kedustaan dan dosa yang nyata’, ini adalah kedustaan yang nyata ketika ia menghikayatkan atau menukil dari kaum mukminin dan mukminah sesuatu yang tidak mereka lakukan dengan tujuan untuk menimpakan aib dan perendahan terhadap mereka” [Tafsir Ibnu Katsir, 6/480]

Mencela dan Melaknat Bukan Sifat Orang Mukmin

Sahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Nabi: “Siapakah kaum muslimin yang paling utama?”. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

من سَلِمَ المسلمون من لسانه ويده

“Seorang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya” [HR. Al-Bukhari no. 4 dan Muslim no. 162]

Sungguh lisan ini begitu banyak membawa keburukan dan menimpakan musibah bagi pelakunya, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berdoa memohon perlindungan dari kejelekan lisan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan para sahabatnya untuk berdoa dengan doa berikut:

قل أعوذ بك من شر سمعي، وشرّ بصري، وشرّ لساني، وشرّ قلبي، وشرّ منيّي

“Katakanlah aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pendengaranku, dari keburukan pandanganku, dari keburukan lisanku, dari keburukan hatiku dan dari keburukan maniku” [Shahih Sunan An-Nasa’i, 3/1108]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ليس المؤمن بالطعان ولا باللعان

“Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, bukan pula orang yang suka melaknat…” [Silsilah Ash-Shahihah no. 320]

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

وكم ترى من رجل متورع عن الفواحش والظلم، ولسانه يفري في أعراض الأحياء والأموات، ولا يبالي ما يقول، ولا يدري هؤلاء أن كلمة واحدة يمكن أن تحبط جميع أعمالهم وتوبق دنياهم وأخراهم

“Berapa banyak engkau lihat orang yang nampak wara’ dari perbuatan keji dan zhalim, namun lisannya senantiasa merendahkan kehormatan orang-orang yang masih hidup maupun yang telah wafat. Ia tidak mempedulikan apa yang ia ucapkan. Mereka tidak tahu bahwa satu kalimat saja sudah cukup untuk dapat menghapuskan seluruh amalan kebaikannya, serta menghancurkan dunia dan akhiratnya”

Lisan adalah Anggota Badan yang Paling Banyak Kezalimannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إذا أصبح ابن آدم فإن الأعضاء كلها تكفِّر اللسان فتقول: اتقِ الله فينا، فإنما نحن بك فإن استقمت استقمنا، وإن اعوججت اعوججنا

“Saat anak Adam berada di waktu pagi, seluruh anggota badannya menebus kesalahan lisan, mereka berkata kepada lisan: ‘bertakwalah engkau kepada Allah dalam diri kami, sesungguhnya kami hanyalah mengikutimu, apabila engkau istiqamah kami pun akan istiqamah, apabila engkau bengkok kami pun akan bengkok’ ”[Shahih At-Tirmidzi no. 1962]

Suatu saat Ibnu Mas’ud berada bukit Shafa dalam keadaan bertalbiyah seraya berkata:

يا لسان قل خيراً تغنْم، أو أنصت تسلم من قبلِ أن تندم

“Wahai lisan, berkatalah yang baik engkau akan memperoleh kebaikan yang banyak, atau diamlah engkau akan selamat sebelum engkau menyesal”.

Lalu orang-orang di sekitarnya berkata:

يا أبا عبد الرحمن، هذا شيء تقوله، أو شيء سمعته؟

“Wahai Abu Abdirrahman, perkataan ini berasal darimu atau sesuatu yang engkau dengar (dari nabi)?”

Ibnu Mas’ud berkata: “Tidak, bahkan aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن أكثر خطايا ابن آدم في لسانه

“Sesungguhnya kebanyakan dari kesalahan-kesalahan anak Adam berasal dari lisannya” [HR. Al-Khathiib (1/436), Al-Haitsami berkata: ‘para perawinya adalah perawi kitab Ash-Shahih’” (10/300)]

Lisan yang Tidak Dijaga Menjerumuskan ke dalam Neraka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله تعالى لا يلقى لها بالاً يهوي بها في جهنم

“Sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang mengandung kemurkaan Allah ta’ala, ia tidak peduli dengannya hingga ia dilemparkan ke dalam neraka Jahannam disebabkan kalimat yang ia ucapkan” [HR. Al-Bukhari no. 6478 dan Muslim no. 2988]

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah ditanya tentang amalan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

تقوى الله، وحسن الخلق

“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”.

Kemudian beliau ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam neraka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

الأجوفان: الفم، والفرج

“Dua lubang yaitu mulut dan kemaluan” [HR. Ibnu Majah no. 4246, Al-Baghawi dalam Syarh As-Sunnah (13/80) dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani]

Berkatalah yang Baik atau Diam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رحم الله عبداً قال خيراً فغنم، أو سكت عن سوء فسلم

“Allah merahmati seorang hamba saat ia berkata yang baik kemudian ia memperoleh kebaikan yang banyak atau saat ia diam dari perkataan yang buruk kemudian ia selamat” [HR. Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd no. 380 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 755]

An-Nawawi rahimahullah berkata:

وينبغي لمن أراد النطق بكلمة أو كلام، أن يتدبره في نفسه قبل نطقه، فإن ظهرت مصلحته تكلم، وإلا أمسك

“Barangsiapa yang ingin mengucapkan suatu kalimat atau perkataan, semestinya ia memikirkan ucapan tersebut dalam dirinya sebelum mengatakannya. Apabila terdapat maslahat, silahkan ia berbicara, namun apabila tidak terdapat maslahat, hendaklah ia menahan ucapannya” [Syarh Shahih Muslim, 18/328]

Perkataan yang Baik adalah Shadaqah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

والكلمة الطيبة صدقة

“Kalimat yang baik adalah shadaqah” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Jadilah Engkau Sebagai Pembuka Pintu Kebaikan bagi Hamba-hamba 
Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن من الناس مفاتيح للخير مغاليق للشر، وإن من الناس مفاتيح للشر مغاليق للخير، فطوبى لمن جعل الله مفاتيح الخير على يديه وويل لمن جعل الله مفاتيح الشر على يديه

“Sungguh diantara manusia ada yang menjadi pembuka (pintu) kebaikan dan penutup (pintu) keburukan.  Dan diantara manusia ada yang menjadi pembuka (pintu) keburukan dan penutup (pintu) kebaikan. Maka beruntunglah bagi orang –orang yang Allah jadikan sebagai pembuka pintu-pintu kebaikan melalui kedua tangannya, serta celakalah orang-orang yang Allah jadikan sebagai pembuka (pintu) keburukan melalui kedua tangannya” [Silsilah Ash-Shahihah no. 1332]

Allahua’lam, semoga bermanfaat…


Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 3 Rabi’ul Awwal 1436

No comments:

Post a Comment