Saturday, November 22, 2014

Kedustaan Syiah Terhadap Allah, Malaikat, Para Nabi dan Rasul

1) Salah seorang imam Syiah, Al-Majlisiy berkata: “Bab Mereka (Para Imam Syi’ah) Lebih Berilmu dari Para Nabi ‘alaihimussalam”[1]. Kemudian imam Syi’ah tersebut membawakan beberapa riwayat dusta:

Riwayat pertama:  

Abu Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Tuhan Ka’bah ini –tiga kali- , seandainya aku berada di antara Musa dan Khidhir, sungguh aku akan memberitahukan pada mereka bahwa aku lebih berilmu dari mereka, aku akan menceritakan berita yang tidak mereka ketahui”[2]

Riwayat kedua:

Abu Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Allah, tidaklah Adam diciptakan Allah dengan tangan-Nya, tidak pula ditiupkan ruhnya, kecuali dengan kekuasaan Ali. Tidaklah Allah berbicara kepada Musa kecuali dengan kekuasaan Ali”[3]

Riwayat ketiga:

Amirul Mukminin radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya Allah menunjukkan kekuasaanku kepada penduduk langit dan bumi, orang yang mengakui akan mengakuinya dan orang yang mengingkari akan mengingkarinya. Yunus mengingkarinya, sehingga ia dipenjarakan oleh Allah dalam perut ikan hingga ia mengakui kekuasaanku”[4]

Riwayat keempat:

Ketika Ayub ‘alaihissalam ragu terhadap kekuasaan Ali, Allah berfirman kepadanya: “Demi kemuliaanku, sungguh Aku akan memberikan siksaan padamu dengan azabku hingga engkau bertaubat kepada-Ku dengan taat kepada Amirul Mukminin”[5]


2) Al-Majlisiy berkata: “Bab Dikabulkannya Doa Para Nabi Disebabkan Oleh Tawassul dan Syafa’at Mereka (Para Imam Syi’ah)”. Ia kembali membawakan beberapa riwayat dusta:

Riwayat pertama:

Ar-Ridha ‘alaihissalam berkata: “Ketika Nuh hampir tenggelam, ia berdoa kepada Allah dengan hak kami (para imam Syi’ah), maka Allah menyelamatkannya dari tenggelam. Ketika Ibrahim dilemparkan dalam api, ia berdoa kepada Allah dengan hak kami (para imam Syi’ah), maka Allah jadikan api itu dingin dan menjadi sebab keselamatan. Sungguh ketika Musa ingin membelah lautan menjadi jalan, ia berdoa kepada Allah dengan hak kami, maka Allah jadikan laut itu kering. Sungguh ketika orang-orang Yahudi akan membunuh Isa, ia berdoa kepada Allah dengan hak kami, maka Allah menyelematkannya dan mengangkat Isa kepada-Nya”[6]  

3) Al-Majlisiy berkata: “Bab Mereka (Para Imam Syi’ah) Mampu Untuk Menghidupkan Orang Mati…”, kemudian ia membawakan empat riwayat hadits.[7]

4) Al-Kulainiy berkata: “Para Imam (Syi’ah) ‘alaihimussalam Mengetahui Kapan Mereka Mati dan Mereka Tidak Mati Kecuali Atas Pilihan Mereka Sendiri”. Kemudian ia membawakan lima riwayat hadits.[8]

5) Salah seorang imam Syi’ah menulis di kitabnya: “Bab Seandainya Bukan Karena Amirul Mukminin, Niscaya Jibril Tidak Mengenal Tuhannya, Tidak Pula Mengenal Namanya Sendiri”[9]

6) Abdul Husain Al-Aminiy An-Najafiy berkata:  “Para Imam (Syi’ah) ‘alaihimussalam adalah anak-anak Allah dari keturunan Ali”[10]. Maha suci Allah dari perkaatan mereka yang keji.


Lalu apa bedanya Syi'ah dengan Kristen dan Yahudi? Bukankah orang-orang Kristen menyatakan bahwa Isa anak Allah, demikian pula orang-orang Yahudi menyatakan Uzair anak Allah!! Allah telah mengkafirkan mereka dengan sebab perkataan tersebut. Allah ta'ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ. اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Kaum Yahudi berkata, ‘Uzair adalah anak Allah.’ Itulah pernyataan mereka dengan lisan mereka yang menyerupai perkataan orang-orang kafir sebelumnya. Allah melaknat mereka. Oleh karena itu, kemana mereka itu dipalingkan? Mereka telah menjadikan pendeta dan ulama mereka sebagai sesembahan selain Allah, begitu pula terhadap Isa bin Maryam. Padahal mereka tidaklah diperintah kecuali suapaya hanya menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada tuhan kecuali Dia, Tuhan Yang Mahasuci dari perbuatan syirik mereka.” [QS. At-Taubah: 30-31]

7) Al-Kulainiy berkata: “Bab Para Imam (Syi’ah) ‘alaihimussalam Memiliki Seluruh Kitab Yang Diturunkan Allah dan Mereka Mengetahui Kitab-kitab Tersebut Dengan Berbagai Ragam Bahasa”. Lalu ia membawakan riwayat 
berikut:

Buraid bertanya kepada Abu Abdillah ‘alaihissalam: “Apakah engkau memiliki Taurat, Injil dan kitab-kitab para nabi?.” Ia menjawab: “Kitab-kitab itu berada di sisiku sebagai harta warisan dari para nabi. Kami membacanya sebagaimana para nabi membacanya, kami menyampaikannya sebagaimana para nabi menyampaikannya…”[11]

8) Al-Kulainiy berkata: “Bab Para Imam (Syi’ah) Mengetahui Seluruh Ilmu yang Diberikan Kepada Para Malaikat, Para Nabi dan Rasul[12]

9) Seorang Imam Syi’ah Kontemporer, Al-Khumainiy berkata: “Sesungguhnya diantara pokok madzhab kami (Syi’ah) bahwa para imam kami memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh malaikat yang didekatkan, tidak pula dapat dicapai oleh nabi yang diutus”.[13]

Sungguh tepat penilaian Al-Imam Asy-Syafi'i tentang mereka, beliau rahimahullah berkata:

لم أر أحدا أشهد بالزور من الرافضة

“Aku belum pernah melihat seorang yang lebih dusta dari (Syi'ah) Rafidhah" [As-Sunan Al-Kubra, 29/10]

Kedustaan mana lagi yang lebih besar dari apa yang mereka katakan? Apakah Anda masih ragu tentang kekafiran Syi’ah?

Sumber: Mukhtashar Su’al wa Jawab hal. 323-329


Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 29 Muharram 1436





[1] Bihaar Al-Anwaar, 26/196 karya Al-Majlisiy dan Ushuul Al-Kaafiy, 1/260-261 karya Al-Kulainiy
[2] idem
[3] BIhaar Al-Anwaar (26/294) dan (40/95)
[4] Bihaar Al-Anwaar (14/391) dan (26/282), Basha’ir Ad-Darajaat Al-Kubraa 
hal. 75
[5] Bihaar Al-Anwaar, 26/267, Kitab As-Saliim hal. 858, Al-Ikhtishaash hal. 250, Basha’ir Ad-Darajaat Al-Kubraa hal. 25-26, Kanzul Fawa’id hal. 264-265
[6] Bihaar Al-Anwaar (11/69) dan (26/325), Wasa’il Asy-Syi’ah (7/103), Al-Qashash hal. 105
[7] Bihaar Al-Anwaar (27/29-31), ‘Uyuun Al-Mu’jizaat hal. 17-32
[8] Ushuul Al-Kaafiy, 1/258-260
[9] Syarh Az-Ziyadah Al-Jami’ah Al-Kabirah, 2/371
[10] Al-Ghadiir, 1/214-216
[11] Ushuul Al-Kaafiy, 1/227
[12] Ushul Al-Kaafiy, 1/255
[13] Wilayatul Faqiih hal. 52, kitab ini telah dicetak pada tahun 1389 H

No comments:

Post a Comment