Tuesday, January 21, 2014

Kisah Dzulqarnain Seorang Raja Shalih yang Terabadikan dalam Al-Qur'an Bukan Alexander The Great

Kisah Dzulqarnain berawal dari kedatangan sekelompok musyrikin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajukan tiga buah pertanyaan. Tentang roh, tentang para pemuda penghuni Goa (Ashabul Kahfi) dan Dzulqarnain. Yahudilah sesungguhnya yang telah membisikkan kepada musyrikin Quraisy agar menanyakan tiga hal tersebut,  Allah berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain.
Siapakah Dzulqarnain? Dalam kitab-kitab tafsir dinukilkan perbedaan pendapat di kalangan ulama tentangnya, apakah ia seorang nabi atau bukan? Al-Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وما أدرى أتبع نبي أم لا؟ وما أدري ذا القرنين كان نبيا أم لا؟
Aku tidak tahu apakah Tubba’ seorang nabi atau bukan ? Dan aku tidak tahu apakah Dzulqarnain seorang nabi atau bukan?[1]
Seandainya hadits ini shahih, niscaya kita juga akan katakan sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sabdakan.
Terlepas dari silang pendapat ahli tafsir tentang kedudukannya sebagai nabi atau bukan, yang pasti Dzulqarnain adalah seorang raja saleh, penguasa yang beriman kepada Allah dan hari akhir.
Diantara perkara yang menunjukkan keimanan beliau, beliau selalu memanggil Rabb-Nya menunjukkan penghambaannya kepada Allah. Berulang kali Dzulqarnain mengucapkan "Rabbku"
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
“Dzulqarnain berkata: “Ini adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar”.
Dzulqarnain yang termaktub dalam surat Al-Kahfi bukanlah Iskandar Dzulqarnaein atau Alexander The Great, penguasa asal Makedonia. Dzulqarnain dalam surat Al-Kahfi adalah seorang muslim adapun Alexander The Great adalah seorang musyrik demikian diterangkan Syaikhul Islam. Allahua’lam.
Allah turunkan wahyu kepada Nabi dan Rasul-Nya sebagai jawaban atas tantangan Musyrikin. Allah berfirman:
قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا
Katakanlah (wahai Nabi): “Aku akan bacakan kepadamu sebagian cerita tentangnya”. [QS. Al-Kahfi: 83]
Telah dimaklumi, bahwa apa yang Allah kisahkan dalam Al-Quran adalah sebaik-baik kisah dan yang paling bermanfaatnya. Allah beri Dzulqarnain kemuliaan dan kekuasaan kepadanya di muka bumi.
إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,
Yakni Allah anugerahkan segala sebab yang dengannya terwujudlah kekuasaan, baik berupa ilmu politik kenegaraan, kemampuan pengaturan, tentara, kekuatan persenjataan dan sebab-sebab lain.
Kekuasaan yang Allah berikan kepadanya, memudahkan Dzulqarnain untuk mengelilingi penjuru bumi dengan pasukannya yang kuat, menyebarkan islam, berdakwah kepada manusia untuk mentauhidkan Allah ta’ala.
Menuju Belahan Bumi sebelah Barat
 Diantara yang Allah kisahkan, Dzulqarnain mengarahkan pasukan, menjelajah belahan bumi sebelah barat. Kemenangan demi kemenangan menyertai perjuangan Dzulqarnain, hingga sampailah ia di sebuah wilayah dimana matahari terlihat tenggelam di samudera. Allah berfirman:
فَأَتْبَعَ سَبَبًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا
“Maka dia pun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat.
Maksud dari ayat, Dzulqarnain dalam perjalanannya kearah barat mencapai akhir daerah yang mampu ditempuh manusia dengan pasukan kuda dan semisalnya. Di tempat inilah beliau dapatkan satu kaum yang terdiri dari muslim dan kafir.
Allah mengilhamkan kepadanya atau mewahyukan kepadanya, atau yang berkata adalah seorang nabi atau ulama agar Dzulqarnain memberikan keputusan bagi penduduk negeri tersebut. Allah berfirman:
قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا
“Kami berkata: “Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka”.
Dzulqarnain lalu mengumumkan bahwa siapa yang dzolim akan dihukum didunia, kemudian  hisabnya disisi Allah nanti di akherat. Adapun mereka yang beriman mereka akan dimuliakan. Allah berfirman:
قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا
Berkata Zulkarnain: “Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami”
Perkataan Dzulqarnain menunjukkan keadilan yang ditegakkan di kerajaannya. Dan ayat ini diantara dalil yang menunjukkan bahwa beliau seorang muslim, seorang yang mengimani hari pembalasan dan seorang ahlut tauhid.
Menuju Belahan Bumi sebelah Timur
Seusai kemenangan demi kemenangan dalam perjalanannya menyisir belahan bumi bagian barat, Dzulqarnain mengarahkan pasukan untuk menjelajah negeri-negeri timur melanjutkan penjelajahan yang Allah berkahi, perjalanan dengan risalah tauhid. Sampailah di ujung bumi paling timur dimana matahari terbit darinya,
Di Negeri tersebut Dzulqarnain mendapati kaum yang tidak terlindungi dari panas matahari, mereka tidak memiliki rumah-rumah tempat tinggal untuk mereka berteduh. Mereka benar-benar tinggal di pedalaman, terpencil seperti binatang-binatang liar yang berlindung ke gua-gua, terasing dari manusia lain.  Ini menunjukkan bahwa dia telah tiba di daerah yang belum pernah dijangkau penguasa manapun. Allah berfirman:
ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْرًا كَذَلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا
Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.
Dalam perjalanannya ke arah timurpun Dzulqarnain memberlakukan hukum seperti hukumnya dalam perjalanan di bumi bagian barat.
Dinding Kokoh Penghalang Ya’juj Ma’juj
Seusai beliau kuasai bagian timur bumi, beliau lanjutkan perjalanan hingga tiba di suatu tempat di antara dua gunung diantara keduanya celah.
ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلً
Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
Berkata As-Sa’dy: Keduanya adalah deretan pegunungan besar yang tinggi, sambung menyambung di tempat yang luas itu, yaitu suatu dataran tinggi sampai laut sebelah timur dan barat di daerah Turki. Demikianlah disepakati para ahli tafsir dan ahli tarikh. Namun kemudian mereka berselisih apakah pegunungan itu termasuk rangkain gunung-gunung Qafqas (Kaukasus) atau yang lain di daerah Azerbaijan, atau ragkaian gunung-gunung Tay atau gunung-gunung yang bersambung dengan tembok Cina di negeri Mongolia, dan inilah yang tampak.
Apapun pendapat ulama tentang daerah yang diapit dua gunung itu, di tepat itulah Dzul Qarnain menemukan suatu bangsa yang hampir tidak mengerti suatu bahasa pun, karena asingnya bahasa mereka dan susahnya mereka memahami bahasa bangsa lain. [Qoshoshul Anbiya, As-Sa’dy  hal. 163]
Ada kebahagiaan terselip di hati kaum ketika berjumpa dengan Dzuqkarnain, seorang raja saleh yang kuat, mereka keluhkan kejelekan Yakjuj dan Makjuj, mereka mohon Dzulqarnain membuat penghalang yang menutupi jalan Yajuj dan Makjuj. Tidak lupa Mereka tawarkan kepada Dzul Qarnain imbalan atas pekerjaan yang akan dilakukan,
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Dzulqarnain tidak mengharap imbalan. Beliau hanya meminta bantuan dalam membangun dinding kuat tersebut.
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا
Dzulqarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,
آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا
berilah aku potongan-potongan besi” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu”.Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.
Seusai pekerjaan besar itu, Dzulqarnain memandang hasil pekerjaan besarnya, namun tidak sedikitpun beliau bangga dan ujub, ia kembalikan semuanya kepada keutamaan Allah. Dengan penuh tawadhu Dzulqarnain berkata seperti Apa yang Allah kabarkan:
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي
“Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku,
Dinding itu demikian kokoh. Menghalangi Ya’juj Ma’juj hingga akhir zaman. Dinding itu terus menghalangi hingga Allah izinkan kehancurannya nanti di akhir zaman. Allah berfirman:
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar”.
Ya, dinding itu tidak kekal selamanya. Ada saat Allah izinkan Ya’juj dan Ma’juj menembusnya. Kehancurannya sebagai tanda akan segera tegaknya hari kiamat. Allah berfirman:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ
Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” [QS. Al-Anbiya’: 96]

Faedah-Faedah Kisah:
  1. Kisah Dzulqarnain adalah dalil kenabian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Yahudi berkata kepada Musyrikin bahwa pertanyaan ini tidak ada yang mampu menjawabnya kecuali seorang Nabi
  2. Kisah Dzulqarnain sesungguhnya masyhur di kalangan ahlul-kitab, meskipun banyak ketidakjelasan mengitari kisah tersebut.
  3. Kemukjizatan Al-Quran sebagai kitab yang mengabarkan berita-berita ghaib.
  4. Rasul tidak tahu perkara ghaib beliau hanya membacakan dan menyampaikan apa yang Allah wahyukan.
  5. Diantara model pertanyaan yang diajukan kepada seorang alim adalah pertanyaan menguji, bukan untuk mencari kebenaran dan yang seperti ini tercela, sebagaimana pertanyaan musyrikin yang diajukan kepada Rasulullah saw tentang Dzulqarnain
  6. Kekuasaan, kemuliaan adalah dari Allah Ta’ala. Dia yang memberi dia pula yang mencabutnya.
  7. Menempuh sebab-sebab yang disyareatkan untuk tercapainya sebuah cita-cita dan tujuan mulia.
  8. Wajib bagi seorang hamba menyandarkan semua nikmat dan kebaikan kepada Allah. Lihatlah perkataan Dzulkarnain, lihat pula perkataan Nabi Sulaiman ketika singgasana Ratu Saba diangkat dari Yaman ke Palestina dengan demikian cepatnya, sebelum mata berkedip, Nabi Sulaiman bersyukur seraya mengatakan: “Ini adalah salah satu karunia Rabbku kepadaku untuk mencoba apakah aku bersyukur atas karunia-Nya itu atau mengingkari-Nya,
  9. Kisah Dzulqarnain adalah contoh figure penguasa, yang adil, tawadhu’ dan  jauh dari sifat sombong
  10. Bolehnya menjadikan upah atas pekerjaan
  11. Disyariatkannya ta’awun (saling membantu) dalam kebaikan
  12. Balasan sesuai dengan amalan,
  13. Kisah Dzulqarnain diantara dalil adanya karomah bagi wali-wali Allah. Diantara karomah Dzulqarnaian, membangun dinding penghalang Ya'juj Ma'juj yang sangat kokoh hingga hari kiamat.

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc hafizhahullah

Sumber : Majalah Qudwah 

http://salafartikel.wordpress.com/2013/11/01/kisah-dzulqarnain-risalah-tauhid-dalam-penjelajahan-dzulqarnain-dzulqarnain-bukan-alexander-the-great-kisah-benteng-yajuj-majuj/

[1] Al-Mustadrak no. 3682, dan melalui jalan Al-Hakim, Al-Baihaqi mengeluarkan hadits ini dalam As-Sunan Al-Kubra (8/570). Di dalam sanadnya terdapat rawi bernama Abdurrahman bin Hasan Al-Qadhi, ia seorang munkarul hadits.

1 comment:

  1. Kisah ini sangat menarik dan menginspirasi bagi siapapun yang dibukakan pintu hidayah oleh Allah SWT. Semoga menjadi teladan bagi setiap pemimpin Indonesia, baik di tingkat lokal, maupun tingkat nasional demi kemashalatan umat. Amin YRA.

    ReplyDelete