Wednesday, July 17, 2013

Dua Makhluk Allah yang Paling Besar

Salah satu diantara aqidah (keyakinan) Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa makhluk terbesar adalah Arsy (singgasana) Allah -Azza wa Jalla-.Mungkin selama ini ada diantara kita yang menyangka bahwa bahwa makhluk terbesar di dunia adalah langit dan bumi. 
Padahal masih ada yang lebih besar daripada itu semua, yaitu Al-Kursiy (Kursi) milik Allah -Azza wa Jalla-. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Artinya, ia lebih besar dibandingkan langit dan bumi. Inilah yang dijelaskan oleh Allah -Azza wa Jalla- dalam firman-Nya,
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ  [البقرة : 255]
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah), melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”. (QS. Al-Baqoroh : 255)
Kursi adalah tempat kedua kaki Allah -Azza wa Jalla-. Penafsir Ulung, Abdullah bin Abbas -radhiyallahu anhu- berkata,
الْكُرْسِيُّ مَوْضِعُ الْقَدَمَيْنِ وَالْعَرْشُ لاَ يُقَدِّرُ أَحَدٌ قَدْرَهُ
“Kursi adalah tempat kedua kaki[1]. Sedangkan Arsy tidak ada seorang pun yang mampu menentukan besarnya”.[2]

Kursi Allah adalah makhluk terbesar setelah Arsy (singgasana) Allah sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang shohih dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
ما السماوات السبع في الكرسي إلا كحلقة ملقاة بأرض فلاة وفضل العرش على الكرسي كفضل تلك الفلاة على تلك الحلقة
“Tidaklah langit-langit yang tujuh dibandingkan Kursi, kecuali seperti sebuah mata rantai yang dibuang di tanah yang tandus. Sedang kelebihan Arsy dibandingkan Kursi, seperti kelebihan tanah tandus itu dibandingkan sebuah mata rantai tersebut”. [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Kitab Al-Arsy (no. 58) dan Abusy Syaikh dalam Al-Azhomah (no. 70), Ibnu Baththoh dalam Al-Ibanah (no. 136) dan lainnya. Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam As-Silsilah (1/224/109)]
Ulama Negeri Syam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy -rahimahullah- berkata usai men-takhrij hadits ini,
“Hadits ini keluar sebagai tafsir bagi firman Allah -Ta’ala-,
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ
Kursi Allah meliputi langit dan bumi…“.
Hadits ini gamblang dalam menjelaskan kedudukan Kursi sebagai makhluk terbesar setelah Arsy dan bahwa Kursi itu adalah benda yang berdiri sendiri, bukan sesuatu yang yang tidak memiliki wujud.
Di dalam hadits ini terdapat bantahan bagi orang yang mentakwil Kursi dengan makna “kerajaan dan luasnya kekuasaan” sebagaimana yang tertera pada sebagian kitab-kitab tafsir. Adapun yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Kursi adalah “ilmu”, maka atsar itu tidak shohih sanadnya kepada beliau. Karena, ia termasuk riwayat Ja’far bin Abil Mugiroh dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas. Atsar itu diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Ibnu Mandah berkata, “Ibnu Abil Mughiroh bukan orang yang kuat pada Ibnu Jubair”. [Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah (1/226)]
Keyakinan Ahlus sunnah wal Jama’ah bahwa Kursi adalah makhluk terbesar setelah Arsy. Inilah pendapat yang benar, bukanlah Kursi itu kekuasaan atau ilmu. Bahkan ia adalah makhluk besar yang memiliki wujud.
Al-Imam Ibnu Abi Zamanain -rahimahullah- berkata,
ومن قول أهل السنة أن الكرسي بين يدي العرش وأنه موضع القدمين
“Diantara pernyataan Ahlus Sunnah, bahwa Kursi berada di depan Arsy dan bahwa ia adalah ia adalah tempat kedua kaki (Allah)”. [Lihat Ushulus Sunnah (hal. 96) karya Ibnu Abi Zamanain, dengan tahqiqAbdullah bin Muhammad Al-Bukhoriy, cet. Maktabah Al-Ghuroba' Al-Atsariyyah, 1415 H ]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata,
الكرسي ثابت بالكتاب والسنة وإجماع السلف
“Kursi adalah tsabit (benar) berdasarkan Al-Kitab, Sunnah dan ijma’ (kesepakatan) para salaf”. [LihatMajmu' Al-Fatawa (6/584)]
Al-Imam Ibnu Abil Izz Al-Hanafiy -rahimahullah- berkata,
وإنما هو -الكرسي- كما قال غير واحد من السلف بين يدي العرش كالمرقاة إليه
“Kursi hanyalah –sebagaimana yang dinyatakan oleh para salaf- berada di depan Arsy, laksana tangga menuju Arsy”. [Lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (hal. 277), oleh Ibnu Abil Izz, cet. Al-Maktab Al-Islamiy, 1391 H]
Al-Imam Abu Muhammad Abdul Haqq Ibnu Athiyyah Al-Andalusiy -rahimahullah- berkata,
والذي تقتضيه الأحاديث أن الكرسي مخلوق بين يدي العرش، والعرش أعظم منه
“Yang dituntut (ditetapkan) oleh hadits-hadits bahwa Kursi adalah makhluk yang ada di depan Arsy. Sedang Arsy lebih besar dibandingkan Kursi”. [Lihat Al-Muharror Al-Wajiz (1/336)]
Jadi, Kursi itu termasuk makhluk terbesar. Namun masih ada lagi makhluk yang lebih besar dibandingkan Kursi, yaitu Arsy (singgasana) Allah -Azza wa Jalla-.
Saking besarnya ukuran Arsy, ia dipikul oleh para malaikat yang memiliki postur tubuh yang besar.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ  [الحاقة/17]
“Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung (memikul) ‘Arsy Tuhan-mu di atas (kepala) mereka”. (QS. Al-Haaqqoh : 17)
Allah Robbul izzah juga berfirman,
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ  [غافر/7]
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala”. (QS. Al-Mukmin : 7)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata usai membawakan dua ayat ini,
“Firman Allah ini mengharuskan (menetapkan) bahwa Allah memiliki Arsy yang dipikul dan mengharuskan bahwa Arsy itu bukanlah malaikat sebagaimana yang dinyatakan oleh sekelompok orang-orangJahmiyyah. Karena, para malaikat adalah kumpulan makhluk. Nah, disini ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat dari kalangan makhluk-makhluk-Nya yang memikul Arsy-Nya, sedang malaikat-malaikat lainnya berada di sekitarnya; dan juga menunjukkan bahwa Arsy pada hari kiamat akan dipikul oleh delapan malaikat”. [Lihat Bayan Talbis Al-Jahmiyyah fi Ta'sis Bida'ihim Al-Kalamiyyah (1/576) oleh Ibnu Taimiyyah, cet. Mathba'ah Al-Hukumah, 1392 H]
Malaikat pemikul Arsy digambarkan kebesarannya oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- di  dalam sebuah hadits. Beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ إِنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِ مِائَةِ عَامٍ
“Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang seorang malaikat diantara malaikat-malaikat pemikul Arsy. Sesungguhnya apa yang ada diantara dua cuping telinganya sampai ke pundaknya adalah sejauh perjalanan 700 tahun”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 4727). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Misykah Al-Mashobih (no. 5728)]
Ini adalah gambaran yang amat menakjubkan. Seorang malaikat pemikul Arsy memiliki postur tubuh yang amat mencengangkan. Jarak antara cupingnya saja dengan bahu sejauh perjalanan 700 tahun. Allahu Akbar, Maha Besar Allah yang telah menciptakannya.
Al-Imam Ath-Thibiy -rahimahullah- berkata,
“Yang dimaksudkan dengan “700 tahun” disini adalah menggambarkan banyaknya, bukan untuk pembatasan. Karena, bilangan itu lebih cocok dengan pembicaraan dan lebih memberikan dorongan kepada keadaan. Beliau bersabda, “Telah diizinkan bagiku…”, untuk memberikan faedah bahwa pengetahuan tentang perkara gaib adalah perkara yang khusus bagi Allah -Ta’ala-. Akan tetapi (terkadang) Allah memperlihatkan sebagiannya kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Namun orang yang Allah perlihatkan perkara gaib itu tidak berhak menceritakannya, kecuali dengan izin-Nya”. [LihatFaidhul Qodir (1/458) karya Al-Munawiy]
Dijelaskan dalam sebagian hadits-hadits bahwa di bawah Arsy (singgasana) Allah -Azza wa Jalla- terdapat air. Inilah yang dikatakan oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sabdanya,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
“Allah telah menulis takdir-taqdir para makhluk 50 ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi”. Beliau bersabda, “Sedang Arsy-Nya di atas air”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (2653) dari Abdullah bin Amer bin Al-Ash -radhiyallahu anhuma-]
Inilah sedikit keterangan tentang dua makhluk terbesar ini. Jika anda mau memperluas pembahasan, silakan kembali kepada Kitabul Arsy yang ditulis oleh Ibnu Abi Syaibah dan Adz-Dzahabiy atau risalah Syaikhul Islam yang berjudul “Ar-Risalah Al-Arsyiyyah”.

Sumber : http://almakassari.com/dua-makhluk-yang-terbesar.html oleh Ustadz Abdul Qadir Abu Fa'izah hafidzahullah


[1] Yakni, kedua kaki Allah -Azza wa Jalla-.
[2] HR. Ad-Darimiy dalam Naqdh Al-Imam Abi Sa’id Utsman bin Sa’id ala Bisy Al-Marisiy Al-Jahmiy Al-Anid (1/423), Ibnu Khuzaimah dalam Kitab At-Tauhid (no. 185), Abdullah bin Ahmad dalamAs-Sunnah (586 & 1020), Ibnu Abi Syaibah dalam Kitab Al-Arsy (no. 61), Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir(no. 12404), Ath-Thobariy dalam Jami’ Al-Bayan (3/10), Ad-Daruquthniy Ash-Shifat (hal. 30), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2/283), Al-Khothib dalam Tarikh Baghdad (9/251-252) dan Al-Harowiy dalam Al-Arba’in (hal. 125). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Mukhtashor Al-Uluw (hal. 102/no. 36). 

No comments:

Post a Comment