Thursday, May 23, 2013

Benarkah Rasulullah Diciptakan dari Cahaya?

Ada sebagian orang meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari cahaya, dan dari cahaya beliau maka diciptakanlah segala sesuatu.
Ini adalah kedustaan dan mengada-ada atas nama Allah. Sungguh telah datang dalam Al-Qur’an, As-Sunnah, dan fakta pun menyelisihinya.
Adapun dalam Al-Qur’an, firman Allah Tabaaraka wa Ta’ala:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
Katakanlah: sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku.” [QS. Al-Kahfi: 110]
Maka firman-Nya: “seperti kalian”, yaitu sebagaimana keumuman manusia dalam hal penciptaan dari setetes mani, tertimpa sakit, butuh makan dan minum, merasa gembira, sedih, lupa, dan lain sebagainya.
Adapun dalam As-Sunnah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Aku hanyalah manusia seperti kalian, aku lupa sebagaimana kalian lupa.” [HR. Al-Bukhari]
Dan lupa ini pada perkara selain wahyu. Adapun dari fakta yang ada, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah disifati dengan sejumlah sifat-sifat kemanusiaan, tanpa ada perbedaan dari mereka dalam tabiat dan perbuatan fitrah mereka. Kecuali apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala khususkan bagi beliau dengan wahyu dan mu’jizat yang menguatkan dakwah beliau lainnya.
Mungkinkah seorang yang berakal menyatakan: Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan ular, kalajengking, dan selain keduanya, yang diperintahkan oleh Islam untuk dibunuh, dari cahaya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?
Maka kita katakan tentang beliau: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia biasa yang dilahirkan dari kedua orang tua. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan beliau dengan wahyu, maka ini adalah cahaya yang memberikan petunjuk, bukan cahaya yang menyinari.
Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts al ‘Ilmiyyah wa al Ifta
Tanya : “Sesungguhnya banyak orang yang meyakini bahwa segala sesuatu diciptakan dari Nur (cahaya) Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan cahayanya diciptakan dari cahaya Allah. Mereka meriwayatkan (satu hadits): “Aku adalah cahaya Allah dan segala sesuatu berasal dari cahayaku.” Mereka pun meriwayatkan hadits: “Aku adalah ‘arab tanpa huruf ‘ain, maksudnya Rab. Dan aku adalah ahmad tanpa huruf mim maksudnya ahad.” Apakah riwayat ini ada asalnya?
Jawab :
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah menerangkan tentang sifat dirinya bahwa dia adalah cahaya dari cahaya Allah. Kalau maksud perkataan itu adalah bahwa dia cahaya yang berupa zat dari cahaya Allah, maka ini menyimpang dari Al-Quran yang menunjukan kemanusiaan beliau. Tapi apabila maksudnya bahwa dia adalah cahaya dalam arti ajaran yang dibawanya berupa wahyu menjadi sebab ditunjukinya orang-orang yang Allah kehendaki dari kalangan makhluknya, maka ini benar.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mempunyai cahaya yaitu cahaya risalah dan hidayah. Allah memberikan hidayah dengan cahaya itu orang-orang yang dikehendaki dari kalangan hamba-hamba-Nya. Tidaklah diragukan lagi bahwa cahaya risalah dan hidayah adalah dari Allah. Allah berfirman:
-وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ - صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ أَلَا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الْأُمُورُ 
Dan tidak ada dari seorang manusiapun bahwa Allah akan berbicara kepadanya, kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang hijab atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa-apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi dan Maha Bijaksana. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dari perintah Kami. 
Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah kitab (Al-Quran) itu dan apakah iman itu, akan tetapi Kami jadikan dia sebagai nur (cahaya). Kami memberi petunjuk dengan cahaya itu orang-orang yang Kami kehendaki dari kalangan hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah, yang kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Ingatlah kepada Allah-lah kembali segala urusan.” [QS. Asy-Syura : 51-53]
Nur (cahaya) yang dimaksud di sini bukanlah hasil usaha dari penutup para wali (Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam) sebagaimana yang diduga oleh orang-orang sesat. Adapun jasad Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam maka dia terdiri dari darah, daging, tulang dan seterusnya.
Beliau diciptakan melalui seorang bapak dan ibu. Adapun apa yang diriwayatkan bahwa yang pertama diciptakan Allah adalah nur (cahaya) Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, atau bahwa Allah mencabut sebagian dari cahaya wajahnya, dan bagian cahaya yang dicabut ini adalah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu Allah memandang kepada cahaya itu kemudian meneteslah beberapa tetesan, lalu diciptakanlah dari setiap tetesan itu seorang nabi, atau diciptakanlah seluruh makhluk dari cahaya Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Maka riwayat ini dan yang semisalnya sedikitpun tidak benar berasal dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi WassalamDari fatwa tadi jelaslah bahwa hal tersebut merupakan keyakinan yang bathil.
Adapun apa yang diriwayatkan bahwa “aku adalah ‘arab tanpa huruf ‘ain,” maka ini tidak ada dasar sama sekali. Demikian pula “aku ahmad tanpa huruf mim.” Sifat Rububiyah dan keesaan sifat-sifat yang dikhususkan untuk Allah, tidak boleh disifatkan kepada seorangpun dari kalangan makhluk-Nya bahwa dia Rabb atau dia ahad secara mutlak. Maka sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang dikhususkan bagi Allah dan tidak boleh disifatkan kepada para rasul, atau manusia lainnya.
Dan semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya." [Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah, 1/310]
Sumber:
- Salah Kaprah yang Mesti Diluruskan oleh Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu, penerbit Pustaka Salafiyah, hal. 24-25 (dengan sedikit perubahan).

No comments:

Post a Comment