Tanya :
Apa hukum seorang
yang menyatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam miskin berdalil
dengan hadits “Ya Allah hidupkanlah aku sebagai seorang yang miskin, wafatkanlah aku dalam keadaan miskin
dan bangkitkanlah aku bersama orang-orang yang miskin”. Shahihkah hadits
tersebut?
Jawab :
1. Hadits yang dimaksud oleh penanya
diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik dan Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu
‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اللَّهُمَّ
أَحْيِنِي مِسْكِينًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ
الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Allah
hidupkanlah aku sebagai seorang yang miskin, wafatkanlah aku dalam keadaan
miskin dan bangkitkanlah aku bersama orang-orang yang miskin pada hari kiamat”
[HR. At-Tirmidzi no. 2275 dan Ibnu Majah no. 4126]
At-Tirmidzi
berkata: “Menceritakan pada kami Abdul A’la bin Washil Al-Kufi [tsiqah],
ia berkata: menceritakan pada kami Tsabit bin Muhammad Al-Abid Al-Kufi [shaduuq
zaahid yukhthi’], ia berkata: menceritakan pada kami Al-Harits bin An-Nu’man
Al-Laitsi [dha’if[1]], dari Anas, dari
nabi.” [Sunan At-Tirmidzi, 8/354 beserta Taqribut Tahdzib]
Ibnu Majah
berkata: “Menceritakan pada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Abdullah bin
Sa’id, keduanya berkata: menceritakan pada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Yazid
bin Sinan, dari Abul Mubarak, dari Atha’ bin Abi Rabah, dari Abu
Sa’id Al-Khudri, dari nabi.” [Sunan Ibnu Majah, 12/154]
Abu Hatim Ar-Razi
berkata: “Abul Mubarak seorang yang majhuul”. Yahya bin Ma’in berkata: “Yazid
bin Sinan tidak ada apa-apanya”. Ibnul Madini berkata: “dha’iiful hadits”.
An-Nasa’i berkata: “matruuk”. [Al-Maudhu'at, 3/141]
Para Ulama
yang Melemahkan Hadits
Imam At-Tirmidzi rahimahullah
berkata:
هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ.
“Hadits ini
gharib[2]”
[Sunan At-Tirmidzi, 8/354]
Al-Hafidz Ibnu
Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata:
وأما الحديث الذي أخرجه
الترمذي اللهم احيني مسكينا وامتني مسكينا الحديث فهو ضعيف
“Adapun hadits yang
dikeluarkan oleh At-Tirmidzi [اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا ،
وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا]
adalah hadits yang dha’if” [Fathul Bari, 11/274]
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
ضعيف لا يثبت ومعناه أحيني
خاشعاً متواضعاً لكن اللفظ لم يثبت
“Dha’if, tidak
shahih. Maknanya adalah hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu’ lagi tawadhu’.
Namun lafadz hadits tersebut tidak shahih” [Ahaditsul Qashash, 1/101]
Ibnul Mulaqqin rahimahullah
berkata:
وَالْأَكْثَرُونَ عَلَى
تَضْعِيفه
“Kebanyakan ulama
mendha’ifkan hadits tersebut” [Al-Badrul Munir, 7/369]
Al-Bushiri rahimahullah
berkata:
هذا إسناد ضعيف
“Sanad hadits ini
dha’if” [Az-Zawa’id, 3/275]
As-Suyuthi rahimahullah
berkata:
قال الحافظ صلاح الدين بن
العلاء الحديث ضعيف السند لكن لا يحكم عليه بالوضع
“Al-Hafidz
Shalahuddin bin Al-Alla’ berkata: “hadits ini memiliki sanad yang dha’if, namun
tidak sampai dihukumi maudhu’ (palsu)” [Sunan Ibnu Majah, 2/1381
tahqiq Fuad Abdul Baqi]
Ibnul Jauzi rahimahullah
berkata:
هذا حديث لا يصح عن رسول
الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Hadits ini tidak
shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” [Al-Maudhu’at,
3/141]
Musthafa Al-Adawi
hafidzahullah berkata:
حديث لا يثبت عن رسول الله
صلى الله عليه وسلم
“Hadits ini tidak
shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” [Silsilah
At-Tafsir, 34/9]
Para Ulama
yang Menguatkan Hadits
Diantara para
ulama yang menguatkan hadits ini adalah Al-Hakim[5],
Adz-Dzahabi, Adh-Dhiya’ Al-Maqdisi[6]
dan Al-Albani[7] rahimahumullah
2. Seandainya hadits tersebut dinilai shahih,
maka lafadz “miskin” dalam hadits tersebut dipahami sebagai bentuk tawadhu’ dan
kekhusyu'an nabi shallallahu ‘alaihi wasalam, bukan bermakna fakir dan
serba kekurangan.
Ibnu Abdil Barr rahimahullah
berkata:
والمسكين
ها هنا المتواضع الذي لا جبروت فيه ، ولا كِبْرَ ، الهَيِّنُ ، اللَّينُ ، السَّهل
، القريب
“Lafadz “miskin”
di sini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang tawadhu’, tidak sombong
dan angkuh. Beliau adalah seorang yang lembut, suka mempermudah, tidak
mempersulit dan dekat (dengan para sahabatnya –pen-) ” [Al-Istidzkar,
2/540]
Ibnu Qutaibah rahimahullah
berkata:
معنى المسكنة في قوله : ( احشرني
مسكيناً ) التواضع والإخبات ، كأنه سأل الله تعالى أن لا يجعله من الجبارين
والمتكبرين ، ولا يحشره في زمرتهم
“Lafadz “miskin”
dalam hadits beliau [احشرني مسكيناً] bermakna tawadhu’ dan pasrah. Seakan-akan nabi memohon pada
Allah agar tidak menjadikan beliau termasuk orang-orang yang sombong lagi
angkuh. Tidak pula dibangkitkan bersama gerombolan mereka.” [Ta’wil
Mukhtaliful Hadits hal. 167]
Ibnu Rajab
Al-Hanbali rahimahullah berkata:
وقد يطلق
اسم المسكين ويراد به من استكان قلبه لله عز وجل ، وانكسر له ، وتواضع لجلاله
وكبريائه وعظمته وخشيته ومحبته ومهابته
“Lafadz “miskin”
terkadang digunakan dan ditujukan pada seorang yang Allah berikan ketenangan
dan ketundukan dalam hatinya. Ia bersikap tawadhu’ di hadapan Rabb yang
memiliki kemuliaan, kesombongan, keagungan disertai perasaan takut, cinta dan
merasa rendah di hadapan-Nya.” [Ikhtiyarul Aula hal. 20]
3. Apa yang dimaksud oleh penanya ketika
menyatakan “Rasulullah miskin”?
- Jika ia
bermaksud mencela dan merendahkan kedudukan nabi, maka ia murtad dan keluar
dari agama Islam
- Jika “miskin”
yang dimaksud bermakna khusyu’ dan tawadhu’ maka hal ini sesuai dengan makna
yang diterangkan oleh para ulama
Namun sebaiknya
kita meninggalkan ungkapan tersebut ketika menyifati pribadi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam yang mulia. Karena ungkapan tersebut memiliki lebih dari
satu makna, bisa bermakna baik ataupun buruk.
Allahua’lam
Disarikan oleh
Abul-Harits dari http://islamqa.info/ar/ref/151486
di Madinah, 11 Jumadil Ula 1434 H
[1]
Penilaian Imam Al-Bukhari terhadap Al-Harits bin An-Nu’man: “munkarul hadits” [Asna’ul
Mathalib, 1/69]
[2] Istilah gharib menurut Imam At-Tirmidzi
berarti dha’if
[3] Al-Majmuu’, 6/196
[4]
Al-Maqashid Al-Hasanah hal. 154
[5] Al-Mustadrak, 4/358
[6] Al-Ahadits Al-Mukhtarah, 3/310
[7] Irwa’ul
Ghalil no. 861 dan 1872, Silsilah
Ash-Shahihah no. 308 dan Shahih At-Targhib wat-Tarhib no. 3192.
No comments:
Post a Comment