Diantara cara
yang paling mudah untuk mengetahui aqidah sesat yang diyakini oleh Syi’ah
adalah dengan mengamati dan meneliti secara langsung kitab-kitab induk mereka.
Kenapa harus demikian? Karena mereka memiliki kebiasaan taqiyyah yaitu
menyatakan dengan lisannya sesuatu yang tidak diyakini oleh batinnya.
Sebagian
kelompok Syi’ah meyakini bahwa meninggalkan taqiyyah hukumnya sama
seperti meninggalkan shalat!! bahkan termasuk dosa besar yang dapat
mengkafirkan dan mengeluarkan pelakunya dari agama Syi’ah..
Lalu kitab apa
sajakah yang menjadi referensi Syi’ah?
Diantara
referensi Syi’ah dalam bidang tafsir adalah Tafsir
Al-Qummi karya Abul-Hasan Ali bin Ibrahim Al-Qummi, Tafsir Al-‘Iyasyi
karya Muhammad bin Mas’ud bin ‘Iyasy As-Sulami, Tafsir Basha’ir Ad-Darajat
karya Muhammad bin Al-Hasan Ash-Shafar, Tafsir Ath-Thusi yang lebih
dikenal dengan Tafsir At-Tibyan, Tafsir Al-Burhan karya Hasyim
Al-Bahrani, dan sebagainya..
Diantara
referensi Syi’ah dalam bidang hadits adalah kitab Al-Kafi
karya Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Al-Kullaini, Faqih La Yahdhuruhul Faqih
karya Ibnu Babawaih Al-Qummi yang lebih dikenal dengan laqab “Ash-Shadiq”, At-Tahdzib
dan Al-Istibshar karya Abul-Hasan Ali bin Ibrahim, Al-Wafi karya
Muhammad bin Murtadha alias Mula Muhsin Al-Faidh Al-Kasyani, Biharul Anwar
Al-Jami’ah li Duraril Akhbar Al-Aimmah Al-Ath’har karya Muhammad Baqir, Wasa’ilus
Syi’ah karya Muhammad bin Al-Hasan Al-‘Amili, Mustadrak Al-Wasa’il
karya Husain An-Nuri At-Thubrusi, dan lainnya.
[Lihat kitab Ushul
Madzhab Syi’ah, Asy-Syi’ah wal Qur’an karya Syaikh Ihsan Ilahi
Dzahir dan Mausu’atus Syi’ah karya Dr. Ali Ahmad As-Salusi]
Waspadalah jika
Anda hendak membeli buku-buku hadits dan tafsir!!
Kembali ke judul
artikel, jika ada Syi’ah yang menyatakan “mana bukti Syi’ah meyakini
taqiyyah itu wajib, tunjukkan pada kami!!” Maka kita jawab:
1. Diriwayatkan
secara dusta dalam beberapa hadits palsu karangan Syi’ah bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
تارك التقية
كتارك الصلاة
“Meninggalkan taqiyyah
sama seperti meninggalkan shalat” [Biharul Anwar, 75/412]
التقية من دين
الله ولا دين لمن لا تقية له والله لولا التقية ما عبد الله
“Taqiyyah
termasuk bagian dari agama Allah. Tidak ada agama bagi seorang yang tidak
memiliki taqiyyah. Demi Allah seandainya bukan karena taqiyyah
niscaya Allah tidak akan diibadahi” [Mustadrak Al-Wasa’il, 12/252]
مثل مؤمن لا
تقية له كمثل جسد لا راس له
“Permisalan
seorang mukmin yang tidak bertaqiyyah seperti jasad yang tidak meimiliki kepala” [Biharul
Anwar, 74/229, Al-Wasa’il, 11/473]
2. Syi’ah meriwayatkan
secara dusta dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau
berkata:
التقية ديني
ودين أهل بيتي
“Taqiyyah
adalah agamaku dan agama ahlul-baitku” [Mustadrak Al-Wasa’il, 12/252]
التقية من أفضل
أعمال المؤمنين
“Taqiyyah
termasuk amalan kaum mu’minin yang paling utama” [Biharul Anwar, 75/414, Al-Wasa’il,
16/222]
3. Ibnu Babawaih
Al-Qummi alias Ash-Shadiq berkata:
اعتقادنا في
التقية أنها واجبة من تركها بمنزلة من ترك الصلاة، ولا يجوز رفعها إلى أن يخرج
القائم، فمن تركها قبل خروجه فقد خرج عن دين الله وعن دين الإمامية وخالف الله
ورسوله والأئمة
“Keyakinan kami
bahwa taqiyyah merupakan sebuah kewajiban. Meninggalkan taqiyyah
sama seperti meninggalkan shalat. Tidak diperbolehkan meninggalkannya hingga
masa keluarnya imam. Barangsiapa yang meninggalkan taqiyyah sebelum
keluarnya imam, maka ia keluar dari agama Allah dan keluar dari agama
imamiyyah. Ia telah menyelisihi Allah, rasul-Nya dan para imam.” [Al-I’tiqadat
hal. 114]
لو قلت: إن
تارك التقية كتارك الصلاة لكنت صادقا
“Seandainya engkau menyatakan bahwa meninggalkan taqiyyah sama seperti meninggalkan shalat,
tentu engkau berkata benar.” [Biharul Anwar, 50/181-67/103-75/414, Al-Faqih,
2/127, Al-Wasa’il, 10/131, Mustadrak Al-Wasa’il, 12/254-12/274]
لا خير فيمن لا
تقية له، ولا إيمان لمن لا تقية له
“Tidak ada
kebaikan bagi seorang yang tidak memiliki taqiyyah dan tidak ada iman
bagi seorang yang tidak memiliki taqiyyah” [Biharul Anwar, 75/397,
Mustadrak Al-Wasa’il, 12/254]
ليس منا من لم
يلزم التقية
“Bukan termasuk
golongan kami orang-orang yang tidak mau ber-taqiyyah” [Biharul Anwar, 75/395,
Al-Wasa’il, 11/466]
4. Muhammad Baqir
berkata:
التقية من ديني
ودين آبائي، ولا إيمان لمن لا تقية له
“Taqiyyah
termasuk bagian dari agamaku dan agama nenek moyangku. Tidak ada iman bagi
seorang yang tidak memiliki taqiyyah” [Biharul Anwar,
13/158-66/495-67/103-80/300, Al-Kafi, 2/219-2/224, Tafsir Al-‘Iyasyi,
1/166]
أشرف أخلاق
الأئمة والفاضلين من شيعتنا التقية
“Diantara akhlak
yang paling utama dan mulia dari syi’ah kami adalah taqiyyah” [Biharul
Anwar, 75/415]
5. Al-Khomeini
berkata:
وترك التقية من
الموبقات التي تلقي صاحبها قعر جهنم وهي توازي جحد النبوة والكفر بالله العظيم
“Meninggalkan taqiyyah
termasuk dosa besar yang dapat melemparkan pelakunya ke dalam dasar neraka
Jahannam. Dosanya seperti mengingkari kenabian dan mengkufuri Allah yang Maha
Agung.” [Al-Makasib Al-Muharramah, 2/162]
Semoga Allah
memberikan hidayah pada mereka untuk kembali pada aqidah Ahlus-Sunnah wal
Jama’ah. Wabillahittaufiq
Disarikan oleh
Abul-Harits dari “Madza Ta’rifu minas Syi’ah dan At-Taqiyyah wa Wajhul Akhar”
di Madinah, 10 Rabi’uts Tsani 1434 H.
No comments:
Post a Comment