Wednesday, February 20, 2013

Taqiyyah Ala Syiah

Diantara cara yang paling mudah untuk mengetahui aqidah sesat yang diyakini oleh Syi’ah adalah dengan mengamati dan meneliti secara langsung kitab-kitab induk mereka. Kenapa harus demikian? Karena mereka memiliki kebiasaan taqiyyah yaitu menyatakan dengan lisannya sesuatu yang tidak diyakini oleh batinnya. 


Sebagian kelompok Syi’ah meyakini bahwa meninggalkan taqiyyah hukumnya sama seperti meninggalkan shalat!! bahkan termasuk dosa besar yang dapat mengkafirkan dan mengeluarkan pelakunya dari agama Syi’ah..

Lalu kitab apa sajakah yang menjadi referensi Syi’ah?

Diantara referensi Syi’ah dalam bidang tafsir adalah Tafsir Al-Qummi karya Abul-Hasan Ali bin Ibrahim Al-Qummi, Tafsir Al-‘Iyasyi karya Muhammad bin Mas’ud bin ‘Iyasy As-Sulami, Tafsir Basha’ir Ad-Darajat karya Muhammad bin Al-Hasan Ash-Shafar, Tafsir Ath-Thusi yang lebih dikenal dengan Tafsir At-Tibyan, Tafsir Al-Burhan karya Hasyim Al-Bahrani, dan sebagainya..

Diantara referensi Syi’ah dalam bidang hadits adalah kitab Al-Kafi karya Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Al-Kullaini, Faqih La Yahdhuruhul Faqih karya Ibnu Babawaih Al-Qummi yang lebih dikenal dengan laqab “Ash-Shadiq”, At-Tahdzib dan Al-Istibshar karya Abul-Hasan Ali bin Ibrahim, Al-Wafi karya Muhammad bin Murtadha alias Mula Muhsin Al-Faidh Al-Kasyani, Biharul Anwar Al-Jami’ah li Duraril Akhbar Al-Aimmah Al-Ath’har karya Muhammad Baqir, Wasa’ilus Syi’ah karya Muhammad bin Al-Hasan Al-‘Amili, Mustadrak Al-Wasa’il karya Husain An-Nuri At-Thubrusi, dan lainnya.

[Lihat kitab Ushul Madzhab Syi’ah, Asy-Syi’ah wal Qur’an karya Syaikh Ihsan Ilahi Dzahir dan Mausu’atus Syi’ah karya Dr. Ali Ahmad As-Salusi]

Waspadalah jika Anda hendak membeli buku-buku hadits dan tafsir!!

Kembali ke judul artikel, jika ada Syi’ah yang menyatakan “mana bukti Syi’ah meyakini taqiyyah itu wajib, tunjukkan pada kami!!” Maka kita jawab:

1. Diriwayatkan secara dusta dalam beberapa hadits palsu karangan Syi’ah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

تارك التقية كتارك الصلاة

“Meninggalkan taqiyyah sama seperti meninggalkan shalat” [Biharul Anwar, 75/412]

التقية من دين الله ولا دين لمن لا تقية له والله لولا التقية ما عبد الله

Taqiyyah termasuk bagian dari agama Allah. Tidak ada agama bagi seorang yang tidak memiliki taqiyyah. Demi Allah seandainya bukan karena taqiyyah niscaya Allah tidak akan diibadahi” [Mustadrak Al-Wasa’il, 12/252]

مثل مؤمن لا تقية له كمثل جسد لا راس له

“Permisalan seorang mukmin yang tidak bertaqiyyah seperti jasad yang tidak meimiliki kepala” [Biharul Anwar, 74/229, Al-Wasa’il, 11/473]

2. Syi’ah meriwayatkan secara dusta dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata:

التقية ديني ودين أهل بيتي

Taqiyyah adalah agamaku dan agama ahlul-baitku” [Mustadrak Al-Wasa’il, 12/252]

التقية من أفضل أعمال المؤمنين

Taqiyyah termasuk amalan kaum mu’minin yang paling utama” [Biharul Anwar, 75/414, Al-Wasa’il, 16/222]

3. Ibnu Babawaih Al-Qummi alias Ash-Shadiq berkata:

اعتقادنا في التقية أنها واجبة من تركها بمنزلة من ترك الصلاة، ولا يجوز رفعها إلى أن يخرج القائم، فمن تركها قبل خروجه فقد خرج عن دين الله وعن دين الإمامية وخالف الله ورسوله والأئمة

“Keyakinan kami bahwa taqiyyah merupakan sebuah kewajiban. Meninggalkan taqiyyah sama seperti meninggalkan shalat. Tidak diperbolehkan meninggalkannya hingga masa keluarnya imam. Barangsiapa yang meninggalkan taqiyyah sebelum keluarnya imam, maka ia keluar dari agama Allah dan keluar dari agama imamiyyah. Ia telah menyelisihi Allah, rasul-Nya dan para imam.” [Al-I’tiqadat hal. 114]

لو قلت: إن تارك التقية كتارك الصلاة لكنت صادقا

“Seandainya engkau menyatakan bahwa meninggalkan taqiyyah sama seperti meninggalkan shalat, tentu engkau berkata benar.” [Biharul Anwar, 50/181-67/103-75/414, Al-Faqih, 2/127, Al-Wasa’il, 10/131, Mustadrak Al-Wasa’il, 12/254-12/274]

لا خير فيمن لا تقية له، ولا إيمان لمن لا تقية له

“Tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak memiliki taqiyyah dan tidak ada iman bagi seorang yang tidak memiliki taqiyyah” [Biharul Anwar, 75/397, Mustadrak Al-Wasa’il, 12/254]

ليس منا من لم يلزم التقية

“Bukan termasuk golongan kami orang-orang yang tidak mau ber-taqiyyah” [Biharul Anwar, 75/395, Al-Wasa’il, 11/466]

4. Muhammad Baqir berkata:

التقية من ديني ودين آبائي، ولا إيمان لمن لا تقية له

Taqiyyah termasuk bagian dari agamaku dan agama nenek moyangku. Tidak ada iman bagi seorang yang tidak memiliki taqiyyah” [Biharul Anwar, 13/158-66/495-67/103-80/300, Al-Kafi, 2/219-2/224, Tafsir Al-‘Iyasyi, 1/166]

أشرف أخلاق الأئمة والفاضلين من شيعتنا التقية

“Diantara akhlak yang paling utama dan mulia dari syi’ah kami adalah taqiyyah” [Biharul Anwar, 75/415]

5. Al-Khomeini berkata:

وترك التقية من الموبقات التي تلقي صاحبها قعر جهنم وهي توازي جحد النبوة والكفر بالله العظيم

“Meninggalkan taqiyyah termasuk dosa besar yang dapat melemparkan pelakunya ke dalam dasar neraka Jahannam. Dosanya seperti mengingkari kenabian dan mengkufuri Allah yang Maha Agung.” [Al-Makasib Al-Muharramah, 2/162]

Semoga Allah memberikan hidayah pada mereka untuk kembali pada aqidah Ahlus-Sunnah wal Jama’ah. Wabillahittaufiq


Disarikan oleh Abul-Harits dari “Madza Ta’rifu minas Syi’ah dan At-Taqiyyah wa Wajhul Akhar” di Madinah, 10 Rabi’uts Tsani 1434 H.

No comments:

Post a Comment