Ketika sebagian orang tidak dapat
membantah dalil-dalil Ahlus-Sunnah yang sangat meyakinkan dan terperinci dalam
suatu permasalahan agama, maka alternatif terakhir bagi mereka adalah mengelak
sambil melemparkan ejekan: “Carilah ilmu dari orang-orang yang memiliki
sanad bersambung sampai Rasulullah seperti Habib Fulan. Ente Wahhabi ga punya
sanad tapi banyak omong.”
Sering kita mendengar ungkapan-ungkapan yang semisal di forum-forum
perdebatan di dunia maya. Lalu benarkah tuduhan mereka bahwa Salafiyyun tidak
punya sanad?
Untuk memberikan jawaban pertanyaan tersebut, penulis ingin menyebutkan
beberapa sanad keilmuan yang dimiliki oleh guru kami tercinta Syaikh Shalih bin
Abdillah Al-Ushaimi dan Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahumallah..
Syaikh Shalih Al-Ushaimi adalah seorang alim yang sekarang menetap di kota
Riyadh, Saudi Arabia. Beliau biasa mengadakan daurah ilmiyyah di Masjid
Al-Haram dan Masjid Nabawi. Jika beliau mengadakan daurah di Masjid Nabawi,
beliau selalu duduk di kursi Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah.
Pengalaman penulis yang paling berkesan bersama Syaikh Al-Ushaimi adalah
kesabaran beliau yang mendalam tatkala mengajar. Dalam satu hari, syaikh dapat
memberikan pelajaran dalam empat sesi. Sesi pertama dimulai setelah Shalat
Subuh hingga pukul 10.00 pagi. Sesi kedua dimulai setelah Shalat Ashar hingga
menjelang Maghrib. Sesi ketiga dimulai setelah Shalat Maghrib hingga Azan Isya
dan dilanjutkan setelah Shalat Isya hingga pukul 22.00 malam. Masya Allah...semangat beliau benar-benar patut dicontoh oleh
para da’i masa kini. Bahkan beliau pernah pingsan saat menyampaikan muhadharah,
hingga ta’lim dihentikan untuk sementara. Ini saja biografi ringkas beliau yang
dapat dituliskan.
Adapun Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah, siapa yang tidak mengenalnya. Beliau termasuk
ulama yang ma’ruf di Saudi Arabia sepeninggal Syaikh Ibnu Baz dan Syaikh Ibnu
Utsaimin rahimahumullah. Usia
beliau dibandingkan Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah hanya terpaut 2 atau 3 tahun. Saat Syaikh
Ibnu Baz rahimahullah masih menjabat sebagai Rektor di Universitas Islam Madinah, Syaikh Rabi’ ditunjuk
sebagai Dekan Qism Sunnah dan Sirah Nabawiyah di Universitas. Sekarang beliau menetap di
Makkah dan masih saja memberikan muhadharah bagi para thalibul ilmi di usia
beliau yang telah lanjut. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas bagi para
ulama kita yang telah wafat dan menjaga para ulama kita yang masih hidup.
Sanad Keilmuan Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al-Ushaimi hafidzahullah
* Beliau memiliki banyak sanad hadits. Namun saya hanya akan menyebutkan
dua sanad hadits diantara sekian banyak sanad beliau:
1. Hadits Abdillah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الراحمون
يرحمهم الرحمن , ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
“Orang-orang
yang memiliki kasih sayang, Allah akan mengasihi mereka. Kasihilah makhluk yang
ada di bumi, niscaya zat yang di langit akan merahmati kalian”[HR. Abu Daud no.
4941 dan At-Tirmidzi no. 1924.]
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Abu Daud, 10/441, Shahih
At-Tirmidzi, 4/424 dan Ash-Shahihah no. 922
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendengar hadits ini dari Muhammad bin Ahmad
Al-Basyir dan Abdul Baqi bin Ahmad Al-Azhari.
Muhammad Al-Basyir meriwayatan dari Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi,
dari Muhammad bin Abdul Qadir Al-Khatib, dari Muhammad bin Khalil Al-Hasani,
Sedangkan Abdul Baqi bin Ahmad Al-Azhari meriwayatkan dari Abu An-Nadhr bin
Muhammad bin Khalil Al-Hasani, dari ayahnya.
Muhammad bin Khalil Al-Hasani meriwayatkan dari Muhammad bin Ahmad Al-Bahi,
dari Muhammad bin Muhammad Al-Husaini, dari Daud bin Sulaiman Al-Khirbatawi.
Dari Muhammad Al-Fayyumi, dari Yusuf bin Abdillah Al-Armayuni, dari Abdurraman bin Abi Bakar As-Suyuthi, dari Andurrahman bin Ali bin Umar Ibnul
Mulaqqin, dari kakeknya Umar bin Ali Ibnul Mulaqqin, dari Muhammad bin Muhammad Al-Maidaumi, dari Abdul Lathif bin Abdul
Mun’im Al-Harrani, dari Abdurrahman bin Ali Ibnul Jauzi, dari Isma’il bin Abu Shalih An-Naisaburi, dari Abu Ahmad bin Abdul Malik
An-Naisaburi, dari Muhammad bin Muhammad Az-Ziyadi, dari Ahmad bin Muhammad
Al-Bazzar, dari Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam, dari Sufyan bin Uyainah,
dari Amr bin Dinar, dari Abu Qabus maula Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari
Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seluruh perawinya meriwayatkan secara musalsal [وهو أول حديث سمعته منه]
2. Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata padaku:
إني
أحبك , فقل اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
“Aku
mencintaimu, maka ucapkanlah doa Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni
‘ibadatika”[HR. Abu Daud
no. 1522 dan An-Nasa’i no.1303]
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Abu Daud, 4/22.
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendengar hadits ini dari Abdullah bin Abdul Aziz
bin Aqil dan Abdurrahman bin Abu Bakar Al-Mulla
Abdullah Al-Aqil meriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awi, dari
Umar bin Hamdan Al-Mahrasi.
Sedangkan Abdurrahman Al-Mulla meriwayatkan dari Abdul Qadir bin
Karamatullah Al-Bukhari, dari Umar bin Hamdan Al-Mahrasi
Umar bin Hamdan Al-Mahrasi meriwayatkan dari Falih bin Muhammad
Adz-Dzahiri, dari Muhammad bin Ali As-Sanusi, dari Abdul Hafidz bin Darwisy
Al-Ujaimi, dari Muhammad bin Abdul Ghafur As-Sindi, dari Ied bin Ali
An-Numrusi, dari Muhammad bin Ahmad Al-Buhuti, dari Muhammad bin Ahmad
Al-Ghaithi, dari Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi dari Ahmad bin Muhammad Al-Hijazi, dari
Isma’il bin Ibrahim Al-Hanafi, dari Khalil bin Kaikaldi Al-‘Alaiy, dari Ahmad
bin Muhammad Al-Armawi, dari Abdurrahman bin Makki Al-Iskandari, dari Ahmad bin
Muhammad As-Sulafi, dari Muhammad bin Abdissalam Al-Anshari, dari Abdurrahman
bin Ubaidillah Al-Hurfi, dari Ahmad bin Sulaiman An-Najjad, dari Abu Bakar bin Abi Dunya, dari Al-Hasan bin Abdul Aziz Al-Jarawi,
dari Amr bin Abi Salamah At-Tinnisi, dari Abu Abdah Al-Hakam bin Abdah, dari
Haiwah bin Syuraih, dari Uqbah bin Muslim, dari Abu Abdirrahman Al-Hubuli, dari
Ash-Shunabihi, dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seluruhnya para perawinya meriwayatkan secara musalsal [إني أحبك]
* Selain memiliki sanad hadits, Syaikh Shalih Al-Ushaimi juga memiliki
banyak sanad kitab-kitab ulama terkenal yang bersambung hingga penulisnya.
Diantara kitab-kitab tersebut adalah:
1. Al-Waraqat karya Imam Al-Haramain Abul Ma’ali Al-Juwaini (478 H) rahimahullah
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Al-Husain bin Ali
Al-Hasani, dari Ahmad bin Abdurrahman Al-Muqri’, dari Dawud bin Abbas
As-Salimi, dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari ayahnya, dari
kakeknya, dari Hasan bin Ali Al-Ujaimi, dari Muhammad bin ‘Alauddin Al-Babili,
dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Ahmad bin Ali Al-Asqalani, dari Abdurrahman bin Ahmad Al-Ghazi,
dari Muhammad bin Ali bin Abdullah Al-Anshari As-Sukkari, dari kakeknya, dari
Arib Syah bin Ahmad Al-Alawi, dari Abdul Jabbar bin Muhammad Al-Baihaqi, dari
Abdul Malik bin Abdillah Al-Juwaini rahimahumullah
2. Al-Arba’in fi Mabanil Islam wa Qawa’idil Ahkam atau yang lebih dikenal dengan kitab
hadits Al-Arba’in An-Nawawi karya Imam An-Nawawi (676 H)
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Ubaidillah bin Abdurrahman
bin Muhammad Ya’qub As-Salafi atau yang ma’ruf dengan nama Abul-Hasan
Al-Kasymiri, dari ayahnya, dari Nadzir Husain bin Jawad Ali Ad-Dahlawi, dari
Muhammad bin Ishaq bin Muhammad Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz bin Ahmad bin
Abdurrahim Ad-Dahlawi, dari ayahnya, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurani,
dari Ahmad bin Muhammad An-Nakhli, dari Manshur bin Abdurrazaq Ath-Thukhi dan
Muhammad bin Al-Alla’ Al-Babili.
Manshur Ath-Thukhi meriwayatkan dari Sulthan bin Ahmad Al-Mazzahi, dari
Salim bin Muhammad As-Sanhuri,
Sedangkan Muhammad Al-Babili langsung meriwayatkan dari Salim bin As-Sanhuri
Salim bin As-Sanhuri meriwayatkan dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaiti, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Ibrahim bin Shadaqah Ash-Shalihi,
dari Muhammad bin Ahmad Ar-Raffa’, dari Sulaiman bin Salim Al-Ghazzi, dari Ali
bin Ibrahim Al-Aththar, dari Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahumullah
Muhammad Ar-Raffa’ juga meriwayatakan dari Al-Husain bin Abdul Aziz
Al-Lakhmi, dari Sulaiman bin Umar Az-Zura’i, dari Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahumullah
Muhammad Ar-Raffa’ juga meriwayatkan dari Ibrahim bin Shadaqah, dari Abu
Ishaq Ibrahim At-Tanukhi, dari Ali bin Ibrahim Al-Aththar, dari Yahya bin
Syaraf An-Nawawi rahimahumullah
3. Az-Ziyadah Ar-Rajabiyyah ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah karya Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali (795
H) rahimahullah
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Syariful Islam bin Sayyid
Ali As-Salafi, dari Abdus Sattar bin Abdul Wahhab Ad-Dahlawi, dari
Manshurirrahman Al-Banghali Ad-Dahlawi, dari Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, dari Abdul Qadir bin Ahmad Al-Kaukabani,
dari Muhammad bin Hayat bin Ibrahim As-Sindi, dari Hasan bin Ali Al-Ujaimi,
dari Ibrahim bin Muhammad Al-Ma’muni, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari
Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Umar bin Muhammad bin Fahd, dari
Sulaiman bin Dawud Al-Mushili, dari Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab Ad-Dimasyqi
Al-Hanbali rahimahumullah
4. Muqaddimah Al-Ajurramiyyah karya Imam Ash-Shinhaji (723 H) rahimahullah dengan huruf shad yang dikasrah
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Qadir bin
Karamatullah Al-Bukhari, dari Mukhtar bin Utsman Al-Bukhari, dari Abdul Qadir
bin Taufiq Asy-Syalabi,
Abdul Qadir Al-Bukhari juga meriwayatkan langsung dari Abdul Qadir bin
Taufiq Asy-Syalabi.
Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi meriwayatkan dari Abdullah bin Darwisy
As-Sukkari, dari Abdurrahman bin Muhammad Al-Kuzbari, dari Muhammad bin
Muhammad Az-Zabidi, dari Hasan bin Sa’id Al-Kurani, Ibrahim bin Hasan
Al-Kurani, dari Abdul Baqi bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari Abdurrahman bin Yusuf
Al-Buhuti, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Muhammad bin Muhammad Al-Andalusi, dari Muhammad bin Abdul Malik
Al-Ghurnathi, dari Ahmad bin Muhammad Al-Khatib, dari Muhammad bin Ibrahim
Al-Haddrami, dari Muhammad bin Muhammad bin Ajurram Ash-Shinhaji rahimahumullah
5. I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah atau yang lebih dikenal dengan Al-Aqidah Al-Washithiyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (728
H) rahimahullah
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Muhammad bin Abdurrahman
Alus-Syaikh, dari Hamd bin Faris Ibnu Rumaih, dari Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin
Abdul Wahhab At-Tamimi,
dari kakeknya, dari Abdullah bin Ibrahim bin Saif, dari
Abul-Mawahib Muhammad bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari ayahnya, dari Abdurrahman
bin Yusuf Al-Buhuti, dari Yusuf bin Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari
ayahnya, dari Muhammad bin Muqbil Al-Halabi, dari Muhammad bin Abdullah
Al-Maqdisi dari Ahmad bin Abdil Halim bin Taimiyyah rahimahumullah
6. Muqaddamah fi Ushulit Tafsir karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Aziz bin Fath
Muhammad Al-Lahuri yang ma’ruf dengan nama Aziz Zubaidi, dari Raghib bin Mahmud
Ath-Thabbakh, dari Abu Bakar bin Muhammad Arif Al-Makki, dari Ahmad bin Ibrahim
bin Isa Al-Qudha’i, dari Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, dari kakeknya, dari Abdullah bin Ibrahim bin Saif, dari
Abul-Mawahib Muhammad bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari ayahnya, dari Abdurrahman
bin Yusuf Al-Buhuti, dari Yusuf bin Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari
ayahnya, dari Muhammad bin Muqbil Al-Halabi, dari Muhammad bin Abdullah
Al-Maqdisi dari Ahmad bin Abdil Halim bin Taimiyyah rahimahumullah
7. Nukhbatul Fikar fi Musthalahi Ahlil Atsar karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani
(752 H) rahimahullah
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar bin Hasan bin
Abdus Sattar Hasan Al-Umarfuri, dari Ahmadullah bin Amirullah Ad-Dahlawi, dari
Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Al-Hasan bin Abdul Bari Al-Ahdal, dari
Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal, dari Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari Ahmad
bin Muhammad Al-Ahdal, dari Yahya bin Umar Al-Ahdal, dari Abu Bakar bin Ali
Al-Ahdal, dari Yusuf bin Muhammad Al-Ahdal, dari Ath-Thahir bin Husain
Al-Ahdal, dari Abdurrahman bin Ali Asy-Syaibani, dari Muhammad bin Abdurrahman
As-Sakhawi, dari Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani rahimahumullah
Sebenarnya masih banyak sanad beliau yang lain, namun saya berharap apa
yang disebutkan di atas telah mencukupi.
Sanad Syaikh Rabi’ bin Hadi Umair Al-Madkhali Al-Makki hafidzahullah
* Beliau memiliki sanad qira’ah Al-Qur’an melalui jalur Hafsh dari Syaikh Muhammad Abdullah Ash-Shumali
Al-Makki, dari Abdul Haqq Al-Hasyimi, dari Abu Sa’id Husain bin Abdurrahim,
dari Nadzir Husain bin Jawad Ali Ad-Dahlawi, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi,
dari Abdul Aziz Ad-Dahlawi, dari ayahnya Ahmad Waliyullah Ad-Dahlawi, dari
Muhammad Fadhil As-Sindi, dari Abdul Khaliq Al-Manufi, dari Muhammad bin Qashim
Al-Baqri Al-Kabir, dari Abdurrahman Al-Yamani, dari ayahnya Syuhadzah
Al-Yamani, dari Ahmad Ath-Thiblawi, dari Al-Qadhi Zakariyya Al-Anshari, dari Abul-Abbas Ahmad An-Nuwairi, dari Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al-Jazari, dari Muhammad bin Muhammad bin
Al-Labban, dari Abul-Hasan Ali bin Syuja’ Al-Abbasi, dari Abu Muhammad Al-Qashim bin Fairah
Asy-Syatibi, dari
Abul-Hasan Ali bin Hudzail, dari Abu Daud Sulaiman bin Najah Al-Qurthubi, dari
Abu Amr Utsman bin Sa’id Ad-Dani, dari Abul-Hasan bin Thahir Al-Muqri, dari
Abul-Hasan Ali bin Shalih Al-Hasyimi, dari Abul-Abbas Ahmad bin Sahl
Al-Asynani, dari Ubaid bin Ash-Shabbah, dari Hafsh bin Sulaiman, dari Ashim bin Abi Al-Junud, dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Hubaib
As-Sulami, dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin
Tsabit dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhum.
Kelima sahabat tersebut meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Rabbul ‘Alamin ‘azza wajalla.
* Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah juga memiliki beberapa sanad hadits.
Diantaranya adalah:
1. Hadits Abdillah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الراحمون
يرحمهم الرحمن , ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
“Orang-orang
yang memiliki kasih sayang, Allah akan mengasihi mereka. Kasihilah makhluk yang
ada di bumi, niscaya zat yang di langit akan merahmati kalian”[HR. Abu Daud no.
4941 dan At-Tirmidzi no. 1924.]
Syaikh Rabi’ Al-Madkhali hafidzahullah meriwayatkan hadits ini dari Syaikh Hammud
bin Abdillah bin Hammud At-Tuwaijiri, dari Sulaiman bin Abdurrahman Al-Hamdan,
dari Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani dan Abdus-Sattar bin Abdul Wahhab
Ad-Dahlawi.
Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani meriwayatkan dari ayahnya, dari
Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi.
Abdus-Sattar Ad-Dahlawi meriwayatkan dari Ali bin Dzahir Al-Witri, dari
Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi.
Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi meriwayatkan dari Muhammad Abid
As-Sindi, dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari ayahnya, dari
Abdul Khaliq bin Abu Bakar Al-Muzjaji, dari Muhammad bin Ahmad bin Sa’id yang
ma’ruf dengan nama Ibnu Aqilah.
Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal juga meriwayatkan langsung dari Amrullah
bin Abdul Khaliq Al-Muzjaji, dari Ibnu Aqilah
Ibnu Aqilah meriwayatkan dari Ahmad bin Muhammad Al-Banna Ad-Dimyathi, dari
Muhammad bin Abdul Aziz Al-Manufi, dari Abul-Khair bin Amus Ar-Rasyidi, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar, Abu Nu’aim Al-Aqbi, Shalahuddin Muhammad
bin Muhammad Al-Askari, dan Abul-Fath Al-Maraghi.
Keempatnya meriwayatkan dari Zainuddin bin Abdurrahim Al-Iraqi, dari Abul-Fath Muhammad Al-Maidumi, dari
Abdul Lathif bin Abdul Mun’im Al-Harrani, dari Abul-Faraj Abdurrahman bin Ali Ibnul Jauzi, dari Isma’il bin Abu Shalih Ahmad
An-Naisaburi, dari ayahnya Abu Shalih Al-Muadzin, dari Muhammad bin Muhammad
bin Mahmisy, dari Abu Hamid bin Muhammad Al-Bazzar, dari Abdurrahman bin Bisyr
bin Al-Hakam Al-Abdi, dari Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Abu
Qabus maula Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seluruh perawinya meriwayatkan secara musalsal [وهو أول حديث سمعته منه]
2. Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata padaku:
يا معاذ
! إني أحبك , فقل اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
“Aku
mencintaimu, maka ucapkanlah doa Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni
‘ibadatika”[HR. Abu Daud
no. 1522 dan An-Nasa’i no.1303]
Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah meriwayatkan hadits ini dari Syaikh Ahmad
bin Yahya An-Najmi, dari Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awi, dari Umar
Hamdan Al-Mahrasi, dari Falih Adz-Dzahiri, dari Muhammad Ali As-Sanusi, dari
Abdul Hafidz Al-Ujaimi, dari Muhammad Hasyim bin Abdul Ghafur As-Sindi, dari
Ied bin Ali An-Numrusi, dari Muhammad Al-Buhuti Al-Hanbali, dari Abdurrahman
Al-Buhuti Al-Hanbali, dari Najmuddin Al-Ghaithi, dari Jalaluddin As-Suyuthi, dari Abu Ath-Thayyib Ahmad bin Muhammad
Al-Hijazi, dari Majduddin Isma’il bin Ibrahim Al-Hanafi, dari Al-Hafidz Abu Sa’id Al-‘Allai, dari Ahmad bin Muhammad Al-Armawi, dari
Abdurrahman bin Makki, dari Abu Thahir As-Sulafi, dari Muhammad bin Abdul
Karim, dari Abu Ali Isya bin Syadzan Al-Bashri, dari Ahmad bin Salman
An-Najjad, dari Abu Bakar Abdillah bin Muhammad bin Abi Dunya, dari Al-Hasan bin Abdul Aziz Al-Jarwi, dari Amr
bin Abi Salamah At-Tinnisi, dari Al-Hakam bin Abdah, dari Haiwah bin Syuraih,
dari Uqbah bin Muslim, dari Abu Abdirrahman Al-Hubuli, dari Ash-Shunabihi, dari
Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seluruhnya perawinya meriwayatkan secara musalsal [إني أحبك]
Beliau juga memiliki hadits Musalsal bil Huffadz, Musalsal bil Akhiriyyah, Musalsal bil Makkiyyin dan Musalsal bil Madaniyyin. Namun sanad kedua hadits di atas sudah
mencukupi insya Allah.
Sanad Kitab Aqidah
1. Kitab “Al-Uluw Lil ‘Aliyyil Adzim wa Idhahu Shahihil Akhbar min Saqimiha”
karya Al-Hafidz Adz-Dzahabi (748 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa
Al-Banqali, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarudi, dari Muhammad Badruddin
Al-Hasani, dari Abdul Qadir Al-Khatib, dari Abdurrahman bin Muhammad
Al-Kazbari, dari Mushthafa Ar-Rahamati, dari Shalih bin Ibrahim, dari Muhammad
bin Sulaiman Ar-Rudani, dari Muhammad bin Ahmad bin Ghazi, dari Sa’id bin
Ibrahim Al-Jaza’iri, dari Sa’id bin Ahmad Al-Maqqari, dari Ali bin Harun
Al-Mathghari, dari Abdurrahman bin Ali Al-Ashimi, dari Ibnu Ghazi Al-Maknasi.
Abdurrahman bin Ali Al-Ashimi juga meriwayatkan dari Zakariyya Al-Anshari dan Burhanuddin Al-Qalqasynadi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Muhammad bin Sulaiman Ar-Rudani juga meriwayatkan dari Muhammad bin Umar
Al-Aufi, dari Nuruddin Abul-Hasan Az-Ziyadi dan Syihabuddin Ar-Ramli, dari
Zakariyya Al-Anshari, Burhanuddin Ibrahim bin Nashir Al-Maqdisi, Utsman bin
Muhammad Ad-Daimi dan Muhammad bin Abdurrahman As-Sakhawi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Abu Hurairah bin Muhammad bin
Utsman Adz-Dzahabi, dari ayahnya Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Utsman
Adz-Dzahabi rahimahumullah.
2. Kitab “Syarhus Sunnah” karya Imam Al-Baghawi (516 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa
Al-Atsari, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarwadi, dari Abdul Wahhab
Al-Malitani, dari Ali Ahmad As-Sarhandi, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi
Syaikh Rabi’ juga meriwayatkan dari Abdul Ghaffar Hasan Ar-Rahmani dan Ubaidillah
Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari,
dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi, Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan
Hasan Abdul Bari Al-Ahdal,
Ketiganya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal,
dari Sulaiman Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri, dari Muhammad
Al-Babili, dari Ali Az-Ziyadi, dari As-Sakhawi, dari Ibnul Farrat, dari
Shalahuddin Abu Umar, dari Fakhruddin bin Al-Bukhari, dari Fadhlullah bin Abu
Sa’ad An-Nuqani, dari Al-Imam Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi rahimahumullah.
3. Kitab “Al-Asma’ was Shifat” karya Imam Al-Baihaqi (458 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa
Al-Atsari, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarwadi, dari Abdul Wahhab
Al-Malitani, dari Manshururrahman Al-Banqali, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi,
dari Abdul Aziz Ad-Dahlawi, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurdi, dari Ibrahim
bin Hasan Al-Kurdi, Hasan bin Ali Al-Ujaimi dan Muhammad bin Sulaiman
Ar-Rudani, ketiganya meriwayatkan dari Ahmad bin Muhammad Al-Qasysyasy, dari
Ahmad bin Ali Asy-Syanawi, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, dari
Muhammad bin Muhammad bin Abu Nashr Al-Mizzi Ad-Dimasyqi, dari kakeknya Abu
Nashr Muhammad bin Hibatullah Asy-Syirazi, dari Ali bin Hasan bin Hibatullah
bin Asakir, dari Ubaidillah bin Muhammad bin Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin
Ali Al-Baihaqi, dari kakeknya Abu Bakar Ahmad bin Husain Al-Baihaqi rahimahumullah.
4. Kitab “Aqidatus Salaf wa Ashhabul Hadits” karya Imam Abu Utsman
Ash-Shabuni (449 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Ubaidullah bin Abdussalam
Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari Nadzir Hasan bin Jawad
Ad-Dahlawi, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz bin Ahmad
Waliyyullah Ad-Dahlawi, dari ayahnya, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurdi, dari
Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi, Hasan bin Ali Al-Ujaimi dan Muhammad bin Sulaiman
Ar-Radani, dari Ahmad bin Muhammad Al-Qasysyasyi, dari Ahmad bin Ali
Asy-Syanawi, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, dari
Abdurrahman bin Ahmad bin Umar Al-Maqdisi, dari Ahmad bin Abduddayim, dari
Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisi, dari Abul Fath Abdullah bin Ahmad
Al-Kharaqi, dari Abu Utsman Isma’il bin Abdurrahman Ash-Shabuni rahimahumullah.
5. Kitab “Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah minal Kitab was
Sunnah wa Ijma’is Shahabah wat Tabi’in min Ba’dihim” karya Imam Al-Lalika’i
(418 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Isma’il Al-Anshari, dari
Abdul Qadir Karamatullah Al-Bukhari, dari Umar Hamdan, dari Falih Adz-Dzahiri,
dari Muhammad bin Ali As-Sanusi, dari Abul-Mawahib Muhammad bin Syarif
Al-Mazuni, dari Hasan Al-Ujaimi dan Ibrahim Al-Kurani, dari Abu As-Su’ud
Al-Fasi, dari Abul-Qasim Al-Ghassani, dari Ahmad bin Baba At-Tanbakuti, dari
ayahnya Ahmad bin Abdul Aziz Al-Lamthi, dari pamannya Utsman bin Abdul Wahid,
dari Muhammad bin Ghazi, dari Abul-Hasan Ali Al-Maknasi, dari Abdurrahman
Al-Jabiri, dari Isma’il bin Al-Ahmar, dari Abu Zakariyya As-Siraj, dari
Muhammad Hayati Al-Ghafiqi, dari Muhammad Ali Al-Abdali, dari Al-Hafidz
Syarafuddin Ad-Dimyathi, Manshur Al-Hamadani, dari Muhammad bin An-Najar
Al-Baghdadi, dari Abdul Wahhab bin Sakinah Al-Baghdadi, dari Muhammad bin
Al-Buthi, dari Abu Bakar Ahmad bin Ath-Tharitsitsi, dari Al-Imam Al-Hafidz
Abul-Qasim Hibatullah Ath-Thabari Al-Lalika’i rahimahumullah.
6. Kitab “Al-Iman “ karya Al-Hafidz Ibnu Mandah (395 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar Hasan
Ar-Rahmani dan Ubaidillah Al-Mubarakfuri, keduanya meriwayatkan dari Ahamdullah
Al-Qurasyi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Muhammad bin Nashir
Al-Hazimi, Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Hasan Abdul Bari
Al-Ahdal, ketiganya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya
Al-Ahdal, dari ayahnya Sulaiman Al-Ahdal, dari Ahmad bin Muhammad Syarif
Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri, dari Muhammad Al-Babili, dari Ali
Az-Ziyadi, dari As-Sakhawi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Fatimah binti Muhammad bin Abdul
Hadi Al-Maqdisiyyah, dari Abu Muhammad Al-Qasim bin Asakir, dari Abu Nashr bin
Asy-Syirazi, dari Abul-Wafa’ Mahmud bin Ibrahim bin Mandah, dari Al-Hasan bin
Al-Abbas Ar-Rustumi, dari Abu Amr Abdul Wahhab bin Abu Abdillah Muhammad bin
Ishaq bin Mandah, dari ayahnya Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq bin
Manda rahimahumullah.
7. Kitab “Al-Ibanah ‘an Syari’ati Al-Firqatin Najiyah wa Mujanabatil Firaq
Al-Madzmumah” atau yang lebih dikenal dengan “Al-Ibanah Al-Kubra”
karya Imam Ibnu Bathah (387 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar Hasan
Ar-Rahmani dan Ubaidillah Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari
Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi, Ahmad bin
Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Hasan Abdul Bari Al-Ahdal, ketiganya
meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari Sulaiman
Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri dan Ahmad An-Nakhli, keduanya
meriwayatkan dari Muhammad bin Allauddin Al-Babili, dari Salim bin Muhammad
As-Sanhuri, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad
At-Tanukhi, dari Ahmad bin Thalib Al-Hajjar, dari Ahmad bin Ya’qub
Al-Maristani, dari Muhammad bin Muhammad Al-Aththar, dari Ali bin Ahmad
Al-Busri, dari Al-Imam Abu Abdillah Ubaidillah bin Muhammad Al-Ukbari Ibnu
Baththah rahimahumullah.
8. Kitab “Ar-Ru’yah” karya Imam Ad-Daraquthni (385 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Badi’uddin Ar-Rasyidi
As-Sindi, dari Abdullah Ar-Rubari, dari Abdul Mannan Al-Wazir Abadi, dari Abdul
Haqq Al-Banarasi, dari Abdullah bin Muhammad bin Isma’il Al-Amir, dari ayahnya
Muhammad bin Ismai’il Al-Amir Ash-Shan’ani, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri,
dari Muhammad bin Alauddin Al-Babili, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri, dari
Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar, dari Abu Hurairah bin Adz-Dzahabi, dari ayahnya Al-Imam Adz-Dzahabi, dari Ibnu Ulwan dan Tajuddin Abdul
Khaliq, dari Bahauddin Abdurrahman bin Ibrahim, dari Abdul Mughits bin Zuhair,
dari Abul-Izz Ahmad Ubaidillah bin Kadisy As-Sulami Al-Ukbari, dari Abu Thalib
Muhammad bin Ali Al-Usyari, dari Al-Imam Ali bin Umar Ad-Daraquthni rahimahumullah.
9. Kitab “Asy-Syari’ah” karya Imam Al-Ajurri (360 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ Al-Madkhali mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari dari Syaikh Hammud bin
Abdillah bin Hammud At-Tuwaijiri, dari Sulaiman bin Abdurrahman Al-Hamdan, dari
Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani, dari Muhammad bin Ibrahim As-Siba’i,
dari Muhammad bin Hamadi Al-Hamadi, dari Muhammad At-Tuhami, dari Abul-‘Alla’
Idris bin Ziyad Al-Iraqi, dari Abu Hamid Al-Mu’thi, dari Muhammad Ash-Shadiq
bin Ahmad Al-Alawi, dari Muhammad Al-Hasyimi, dari Abu Adz-Dzakha’ir Al-Qashar,
dari Muhammad Al-Yastitani, dari Muhammad bin Ghazi, dari Muhammad bin
Abul-Qashim As-Siraj, Abul-Qashim, dari ayahnya Abu Zakariyya, dari Abu
Abdillah Muhammad bin Sa’id Ar-Ra’ini dan Abul-Qashim Ridhwan
Abu Abdillah Ar-Ra’ini meriwayatkan dari Abul-Abbas Albanna Al-Marakisyi,
sedangkan Abul-Qashim meriwayatkan dari Abu Ja’far bin Shafwan
Keduanya meriwayatkan dari Muhammad bin Abdul Malik Al-Ausi, dari
Abul-Hasan Ar-Ra’ini, Shalih bin Syarif dan Abul-Hajjaj bin Hakam, ketiganya
meriwayatkan dari Abul-Hasan bin Qathran Al-Qurthubi, dari Muhammad bin Ibrahim
Al-Fakhar, dari Abu Fadhl Iyadh, dari Abu Thahir Al-Ashbahani, dari Abul-Qashim
Zaid bin Abdillah, dari Abu Bakar Muhammad bin Al-Husain Al-Ajurri rahimahumullah.
Selain dari apa yang telah disebutkan, Syaikh Rabi’ juga memiliki sanad
kitab “Khalqu Af’alil Ibad” karya Imam Al-Bukhari (256 H), Kitab “An-Naqdh
‘ala Bisyr Al-Marisi” karya Imam Abu Sa’id Utsman bin Sa’id Ad-Darimi (280
H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Abu Bakar Ahmad bin Amr bin Abi Ashim
(287 H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (241
H), “Kitabul ‘Arsy” karya Muhammad bin Utsman bin Syaibah (293 H), Kitab
“An-Nu’ut wal Asma’ was Shifat” karya Imam Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’i
(303 H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Ahmad bin Muhammad bin Harun
Al-Khallal (311 H), dan lainnya..
Beliau juga memiliki periwayatan sanad kitab-kitab hadits semisal Shahih
Al-Bukhari, Shahih Muslim, Shahih Ibnu Khuzaimah, Sunan Abu Daud, Sunan
At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, As-Sunan Al-Kubra, As-Sunan
As-Sughra, Al-Muwatha’, kitab-kitab Musnad, Mushannaf, Mustadrak, Mustakhraj,
kitab-kitab Tafsir, Syuruhat Kutubut Sittah dan Al-Muwatha’, kitab-kitab
Musthalah Al-Hadits, Lughah, Ma’ajim, Tarikh, dll.
Penulis dapat menyebutkan secara lengkap seluruh sanad yang telah
disinggung dalam artikel ini insya Allah. Namun karena keterbatasan waktu dan
tenaga, mungkin ini saja yang dapat dituliskan. Mudah-mudahan bermanfaat..
Dikutip oleh Abul-Harits dari “An-Nahjul Badi’ dan Manhul Makrumat” di Madinah, 14 Rab’iuts Tsani 1434 H.
Jazzakallaahu khaeer Ya Ustadz, mudah-mudahan Allah Ta'ala membalas usahamu dengan pahala yang melimpah. Orang-orang jahil dari pengikut para habib yang berakidah asy'ari, jahmy dll selalu menjadikan "sanad keguruan" sebagai senjata pamungkas dalam menolak al-haq, seolah-olah orang yang bersanad hanya guru mereka saja, dan selainnya tidak,..
ReplyDeleteBaarakallaahu feek.
Assalamualaikum ustaz, boleh diberikan sumber rujukannya ustaz, sudah dicari buku An-Nahjul Badi’ dan Manhul Makrumat namun tidak diketemukan
ReplyDeleteWa'alaikumussalam warahmatullah, buku An-Nahjul Badi dijual di Toko Kitab Darun Nashihah, komplek Universitas Islam Madinah, di Indo mungkin belum ada. Kemudian kitab Manhul Makrumat bi Ijazati Thullab Al-Muhimmat, ini hanya dibagikan untuk para peserta daurah Asy-Syaikh Shalih Al-Ushaimi di Masjid Nabawi. Setahu saya, kitab pdf nya belum ada akhi...
ReplyDeletejazakallahu Khair atas infonya ustaz, posting ini sangat bermanfaat bagi yang menclaim ulama salafy tiada sanad..masih menunggu pdf nya buku tersebut, jazakaalahu khair sekali lagi ustaz
DeleteMasya Allah... ahsantum ustaz.. alhamdulillah menerangkan bahwa guru2 beliau juga belajar dari Asy'ariyyin dan Sufiyyah.. maka jngan pernah kita durhaka lupa pada jasa para Ulama.. apalagi menyalahkan..
ReplyDeleteJuga ditambah mereka ternyata belajar dari HABAIB.. alhamdulillah maka juga harus hormat pada habaib.. keturunan Rosulullah saw..
ReplyDeleteJustru yang perlu dicamkan dari artikel di atas, ternyata para ulama salafy memiliki sanad keguruan bersambung hingga An Nawawi dan Ibnu Hajar Al Asqalani. Berbeda dengan yang sering dituduhkan oleh sebagian rekan-rekan antum kepada kami. Juga yang mungkin sering salah kaprah, tidak semua habib itu beraqidah asy'ari atau sufi, habib-habib salafy banyak juga lho..
ReplyDeleteKami mencintai seluruh keturunan Rasulullah yang muslim dan shalih, baik dia mengaku sebagai habib atau tidak Karena mereka memiliki dua hak yang wajib kita tunaikan, yaitu hak sebagai seorang muslim dan hak dicintai berkat kekerabatannya kepada Rasul.
Sebutkan habib2 salafy yang anda maksud? Kalo cuman 1 atw 2 jangan bilang banyak, dimana mana habib atw turunan rasulullah itu bermadzhab, akidahnya asy'ari atw maturidiyah, bertasawuf jg krn ilmu akhlak ada d situ...
DeleteIkutilah ahlusunnah wal jamaah mayoritasnya umat islam d dunia, jgn ikuti golongan salafi tp wahabi yg tanpa madzhab dan akidahnya base on ibnu taimiyah sebelum taubat.
Mw itu wahabi, syiah, khawarij, aswaja, Semoga kita dikaruniai pemikiran yang moderat (tidak ghulat) dan hidayah bersama kita semua, amin ya Allah
Okelah, karena Anda meminta, saya akan sebutkan beberapa masyayikh salafiyyin yang merupakan keturunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (ahlul bait), meskipun mereka tidak menamakan dirinya habib. Jadi insya Allah ini tidak termasuk larangan berbangga-bangga terhadap nasab. Berikut beberapa nama diantaranya:
Delete1. Asy-Syaikh Al-Allamah Abu Syakib Muhammad Taqiyuddin Al-Hilali As-Salafy. Beliau adalah seorang muhaddits dari negeri Al-Maghrib (Maroko).
2. Asy-Syaikh Al-Allamah Ahmad Syakir rahimahullah. Beliau adalah seorang muhaddits dari Mesir. Semasa hidupnya, beliau juga menjabat sebagai qadhi di Mesir.
3. Asy-Syaikh Mahmud Syakir
4. Asy-Syaikh Abul Hasan An-Nadawi
5. Asy-Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi
6. Asy-Syaikh Abu Khubzah Al-Maghribi Al-Hasani Al-Hasyimi. Beliau adalah murid Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah. Ini ceritanya ada habib berguru kepada Wahabi
7. Asy-Syaikh Sayyid bin Husain Al-Affani
8. Asy-Syaikh Muhammad Rasyid Ridha
9. Asy-Syaikh Muhammad bin Syakir Asy-Syarif Al-Hasani
10. Asy-Syaikh Hatim Al-Auni
11. Asy-Syaikh Alawi Abdul Qadir As-Saqqaf
12. Asy-Syaikh Mushthafa Al-Idrisi Al-Hasani Al-Maghribi
13. Asy-Syaikh Ruzaiq Al-Qurasyi, dan lainnya masih banyak. Semoga Allah merahmati mereka yang telah wafat dan menjaga mereka yang masih hidup.
Mungkin perlu saya tuliskan salah satu rantai nasab dari salah seorang masyayikh salafy di atas untuk dapat meyakinkan Anda.
Saya akan sebutkan rantai nasab dari Asy-Syaikh Al-Muhadits Abu Syakib Taqiyuddin Al-Hilali rahimahullah sebagai contoh. Nama beliau adalah Muhammad bin Abdul Qadir bin Ath-Thayyib bin Ahmad bin Abdul Qadir bin Muhammad bin Abdun Nur bin Abdul Qadir bin Hilal bin Muhammad bin Hilal bin Idris bin Ghalib bin Muhammad Al-Makki bin Isma'il bin Ahmad bin Muhammad bin Abul Qasim bin Ali bin Abdul Qawi bin Abdurrahman bin Idris bin Isma'il bin Isma'il bin Sulaiman bin Musa Al-Kazhim bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali dan Fatimah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah-Nya pada kita, innahu waliyyu dzalika wal qadiru 'alaih.
Washallallahu 'ala nabiyyina Muhammad waalihi washahbihi.
Andaikata - seandainya - seumpama - misalnya, Anda memiliki "SANAD" dalam berbagai jenis kitab-kitab agama spt:
ReplyDelete- Kitab-kitab tafsir serta turunannya
- Kitab-kitab hadits serta turunannya
- Kitab-kitab fiqih serta turunanya -
sementara meraka yang terpatri sebagai penyambung dalam rantai "SANAD" itu adalah orang-orang yang Kau anggap SALAH aqidah dan manhjanya seperti:
- Shufi (masyraban)
- Asy'ari/Maturidi (mu'taqadan) -
andaikata - seandainya - seumpama - misalnya, -
Nah, jika - apabila - kalau seperti ini kondisinya, bukankah "SANAD" kitab-kitab agama yang Kau miliki juga ikut SALAH..? Dan mungkin selamanya dirimu terjerat dalam KESALAHAN disebabkan penilaianmu sendiri yang sejak awal memang menggunakan neraca yang SALAH.
#useyourbrain!
Sanad tidak mencerminkan keilmuan seseorang. Terkadang ada seorang yang memiliki sanad namun dia bodoh. Terkadang adapula seorang yang tidak memiliki sanad, namun Allah anugerahkan padanya ilmu yang luas.
ReplyDeleteSanad hanyalah rantai periwayatan hingga penulisnya kalo berupa kitab atau rantai periwayatan hingga pengucapnya kalo berupa hadits atau atsar. Tidak ada jaminan kalo seorang memiliki sanad, pasti dia memahami apa yang dia riwayatkan. Dikatakan bahwa (رب حامل فقه اوعى من سامع) terkadang seorang faqih tapi tidak memiliki riwayat lebih memahami dari orang yang mendengar hadits atau memiliki sanad riwayat.
Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya satu hadits dari seorang dai Khawarij bernama Imran bin Hathan. Imam Muslim dalam Shahih-nya juga meriwayatkan satu hadits dari seorang dai Syiah bernama Adi bin Tsabit. Namun kedua hadits tersebut dikeluarkan dalam kitab Ash Shahihain tanpa ada yang meragukan keshahihannya.
Meskipun para perawi hadits tersebut adalah mubtadi', hal itu tidak mencacati keshahihan haditsnya. Demikian pula, meskipun para perawi sanad kitab-kitab ulama itu beraqidah menyimpang dari ahlus sunnah, hal itu tidak mencacati kitab-kitab tersebut.
#Iusemybrain!
Ngambil riwayat hadist dr syiah / wahabi / khawarij, bukan brarti sang periwayat hrs mengikuti golongan periwayat sebelumnya karena itu HADIST / ucapan rasulullah sehingga ahli ilmu hny perlu meneliti kejujuran / sifat periwayat, tingkah laku d masyarakat, opini org yg mengetahui sang periwayat, sanad sebelumnya dr sapa, totally tujuannya untuk membuktikan apakah hadist itu benar dr rasulullah atw tidak.
DeleteNah itu hadist, masuk bab akidah dan fikih, bila kitab kuningnya / kitab klasiknya dari ahli ilmu bernama fulan golongan ahlusunnah wal jamaah, muridnya berhasil memahami kitab tersebut dan mencontoh / menduplikasi sang ahli ilmu jg (sm2 golongan ahlusunnah wal jamaah) maka dsitu keberhasilan menurunkan sanad ilmu kitab kuning/klasik, kalo salah satunya gagal (kitabnya gagal paham atw g nyontoh tingkah ahli ilmu) ya dsitu g berhasil menyambungkan sanad ilmu k kitab tersebut.
Jadi kitab kuning / klasik dan hadist, metode sanadnya berbeda
Persempit k perbedaan golongan karena sudah enak d atas dsebutkan sanad2 kebersambungannya, tinggal deteksi nama2 ahli ilmu yg hidup d kisaran abad 18-19 masehi karena dsitu dmulai perbedaan ahlusunnah wal jamaah dan salafi.
Kitab kuningnya sama, jalur sanad beda, ketemu d jaman sekarang sama, brarti sanad beda dan para gurunya berhasil duplikasi dr induknya, nah kalo bentrok brarti salah satunya g berhasil duplikasi..
Dalam sejarah fikih pun gt, ambil contoh khilafiyah rakaat tarawih, dari jaman imam madzhab hingga utsmaniyah runtuh perbedaannya hanya 23 rakaat dan 39 rakaat, 4 madzhab hanya sekitaran situ, nah gagasan 11 rakaat pun baru muncul d abad 18-19 masehi..
sederhananya SANAD adalah pertanggungjawaban atas ilmu yg kita dapat.. jika sanadnya terputus, maka kepada siapakah tanggungjawab ilmu itu ? maka sanad seperti sanad hadits, ada klasifikasi shohih, hasan, dhoif, dll. karena sanad dipandang penting dalam menurunkan ilmu dari guru kepada murid, jadi sanad itu penting..
ReplyDeleteDari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda…”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
ReplyDeleteImam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Mmg yg mereka masukkan sebagai dai ahlussunnah atau salafi, itu yg sepaham dg mereka, walaupun mereka ada kekeliruan tp mereka selalu menoleransinya. Beda kalo berbeda paham dalam satu masalah dg mereka, mereka tdk akan menganggap nya ahlussunnah. Mereka itulah org2 yg GHURURterhadap penamaan mereka sendiri. Ngomong2, siapa murid kepercayaan dari syeh al ushaimi skrg? Sy pingin tau
ReplyDeleteKabari jawabannya ke no wa sy ya ust, sy tdk terlalu paham nanti kalo ada jawaban koment SY, gmn bacanya. 0822 9300 1963.
ReplyDeleteSy ingin tau muridnya syeh al ushaimi. Makasih ust
Saya simak dan telusuri dari awal hingga akhir tulisan ustaz, gak menemukan kitab rujukannya, misalnya sebagai bukti antum menyebutkan "Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendengar hadits ini dari Muhammad bin Ahmad Al-Basyir dan Abdul Baqi bin Ahmad Al-Azhari" dst. Sangat bagus lagi kalau dilengkapi dengan link yang bisa dikunjungi yang ada membahas sanad keilmuan beliau atau juga yang ada link dengan kitab autobiografi beliau sendiri sekiranya ada, minimal kitab biografi beliau karena tentu lebih otentik supaya pembaca lebih yakin atau tidak ragu, sehingga isi tulisan ustaz di atas tidak dikira karangan ustaz sendiri. Syukron.
ReplyDelete