Tak
seperti biasanya, pada malam hari itu saya naik kendaraan umum untuk pulang ke
rumah, sekitar jam sembilan malam. Saya menunggu di pinggir jalan daerah
Jakarta Utara.
Ternyata tak berlangsung lama tiba-tiba terlihat dari kejauhan
ada angkutan umum yang datang, saya pun naik ke mobil tersebut dan memilih
duduk di samping pak supir. Tiba-tiba pak supir
bertanya kepadaku, “Mau ke masjid Al Fudhala..?”
Jawabku
ringan, “Tidak pak.”
Pak
supir pun kembali bertanya, “Mau ke maqam Mbah Priuk..?”
Jawabku, “Tidak pak.”
Terbesit
di hati ini, wajar kalau dia bertanya seperti itu dengan penampilanku memakai
busana muslim dan memang jalur angkutan yang saya naiki melewati maqam Mbah
Priuk. Mobil pun terus melaju hingga sampai di RSUD Koja yang tepat
bersebrangan dengan jalan arah masuk ke maqam Mbah Priuk, pak supir itu
tiba-tiba kembali bertanya, “Maaf mas, saya mau tanya
menurut mas bagaimana orang-orang yang datang ke Mbah Priuk?”
Mendengar
pertanyaan seperti itu saya pun semangat untuk menjawabnya, “Saya tidak suka dengan apa yang mereka lakukan pak, karena hal
itu dilarang agama.”
Belum
selesai saya berbicara tiba-tiba ia berkata, “Iya mas, itukan sama saja
nyembah syetan [1], bukan pergi ke masjid beribadah dan berdoa di sana malah pergi
ke kuburan.”
Jawabku, “Ya tidak secara mutlak pak, kalau mereka yang datang ke kuburan
mbah priuk lalu berdoa meminta kepadanya atau melakukan ibadah kepada kuburan
tersebut berarti mereka telah menyembah selain Allah. Kalau seseorang datang
lalu di sana dia beribadah kepada Allah, sengaja dia datang ke kuburan untuk
beribadah kepada Allah di sisi kuburan maka yang seperti ini perbuatan haram
pak. Dilarang dalam agama islam sarana menuju kesyirikkan.”
Lalu
ia (pendeta) berkata lagi, “Saya muak dengan orang seperti
itu. -bapak supir ini pemahamannya bagus terbetik di hati“
Lalu
ia melanjutkan perkataannya, “Saya mas, pernah mobil ini
disewa oleh beberapa ibu dan sebagian pemuda untuk nganterin mereka ke maqam
Mbah Priuk, ketika di perjalanan salah seorang pemuda dari mereka berkata, ‘Bu
sering-sering ke mbah priuk, saya saja hajatnya terpenuhi. Kalau ibu punya
keinginan maka ke mbah priuk aja bu‘[2] Muak saya mendengar anak muda itu gayanya sengak, sama saja
dia menyuruh nyembah syaithan (karena syaithan yang nyuruh menyembah selain
Allah –ed).”
Karena
saya melihat orang ini (supir) mempunyai pemahaman yang bagus. Artinya, bisa
menilai bahwa apa yang mereka lakukan adalah sesat padahal sebagian besar
masyarakat dan tak jarang ada yang bergelar ustadz tidak bisa melihat hal itu
sebagai sebuah kesesatan mendorong saya untuk bertanya,“Maaf
pak, pemahaman bapak bagus, mungkin bapak punya latar belakang dulu pernah ikut
pendidikan agama, atau orang tua bapak guru ngaji. Apa pak?”
Lalu
supir itu berkata, “Mas biar gini-gini saya ini
pelayan tuhan mas.“
Ketika sampai di sini
awalnya saya tidak paham kemudian dia berkata lagi, “Saya
ini pendeta.“
Kaget
bukan kepalang saya, karena saya pikir sebelum saya tahu dia seorang pendeta,
orang ini mempunyai pemahaman yang bagus. Karena inilah spontanitas saya
berkata, “Kenapa tidak masuk islam
pak?” Kata saya dengan penuh semangat.
Lalu ia mengalihkan
pembicaraan dan berkata, “Saya ini seorang pendeta mas,
saya ini biasa khutbah di gereja ini, gereja itu, saya punya inventaris mobil
dari gereja.”
Saya
hanya diam ketika itu, masih kaget dan berpikir supir di samping saya ini
adalah seorang pendeta. Lalu pendeta itu meneruskan, “Pernah
suatu ketika jamaah (gereja –ed) di Semarang menelpon saya, ‘Pak, orang kampung
di sini pada marah atas rencana mau dibangun gereja disini’, dia bilang
mayoritas penduduknya memang muslim tidak ada yang kristen (seingat saya dia
bilang begitu) akhirnya saya (pendeta) dibeliin tiket lalu pergi ke Semarang.”
Pendeta
itu meneruskan ceritanya, “Sampai di sana sudah pada ngumpul
masyarakat, ketua RT, dan pihak kepolisian, dan saya (pendeta) berkata ‘saya
minta maaf tidak ijin kepada masyarakat, tapi saya sudah ijin kepada aparatur
pemerintah’, lalu dia menyebutkan siapa saja yang telah dia mintai izin
(saya lupa dia menyebutkan siapa saja) untuk membangun gereja disini, ‘saya
tidak mengganggu agama bapak dan jangan ganggu agama saya, akhirnya masyarakat
disitu pada menerima, puji tuhan.“[3]
Saya
ketika itu masih terdiam dan tidak engeh, sampai ketika pendeta ini
sedikit-sedikit berkata puji tuhan, baru saya sadar orang ini sedang berusaha
memperkenalkan agamanya kepada saya, ingin mempengaruhi atau mengajak saya
kepada agamanya, dari sinilah saya mulai mencari celah untuk
gantian saya yang berbicara. Ketika pendeta itu telah selesai berbicara barulah
saya berkesempatan untuk bicara dan menanyakan suatu hal kepada pendeta
tersebut “Menurut bapak agama bapak
benar dari sisi apa?”
Pendeta
itupun dengan sergap membalikkan, “Kalau agama situ gimana?“
Saya menjawab, “Kalau agama saya, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :
“ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.“ (QS. Ali Imran: 19)
Baru mau melanjutkan
membaca ayat selanjutnya, pendeta itu berkata, “Tidak
jauh beda sama agama saya.“
Saya
pun berkata, “Beda pak, Allah Ta’aala berfirman :
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk
orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Baru
saya mau membaca ayat selanjutnya, pendeta itupun berkata, “Sama tidak jauh beda dengan agama saya.”
Saya pun berkata
lagi, “Beda pak, Allah Ta’aala berfirman :
“Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih
putera Maryam.” (Qs. Al Maidah : 72)
Lihat pada ayat ini pak Allah katakan sebagai orang kafir orang
yang mengatakan Allah adalah Isa. Beda pak agama saya dengan agama bapak.
Agama saya agama yang hak sedangkan agama bapak agama kekufuran”. Terdiam pendeta tersebut dengan wajah yang
agak merah tersudut.
Lalu
aku pun berkata “Kenapa bapak mengatakan
Nabi Isa sebagai anak tuhan, apakah karena Nabi Isa lahir tanpa seorang
bapak?!”
Pendeta
itupun berkata “Iya.”
Lalu
aku pun berkata kembali, “Ada yang lebih hebat dari Nabi
Isa dari sisi kelahiran. Nabi Adam lahir atau ada tanpa seorang bapak dan
seorang ibu. Hawa lahir atau ada tanpa seorang ibu. Apakah dengan ini mereka
dikatakan anak Tuhan? Tidak pak. Mereka, Adam dan Isa adalah seorang Nabi tidak
berhak untuk disembah. Lalu sekarang apa bedanya bapak
dengan orang yang bapak kritik tadi bahwasannya mereka menyembah makhluk
(kuburan), sedangkan bapak juga menyembah makhluk. Bapak menyembah makhluk
dalam hal ini bapak menyembah Nabi Isa dan sebagian mereka menyembah makhluk
yaitu orang yang dikubur di situ apa bedanya dengan bapak? Sama-sama menyembah
makhluk.“
Lalu
pendeta itu berkata, “Saya tidak banyak baca
literatul tentang Isa.” Kata pendeta itu berkelit.
Lalu
kata saya katakan, “Katanya bapak seorang
pendeta.“
Lalu
pendeta itu pun berkata terpojok, “Semua agama itu sama tinggal
bagaimana pelakunya saja.“
Maka
aku berkata “Tidak sama pak, kalau bapak
katakan semua agama itu sama kenapa bapak tidak masuk agama ini atau agama itu
katanya semua agama itu sama?! Islamlah agama yang hak (benar) adapun selain
agama islam adalah orang kafir.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab (yahudi dan
nasrani) dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka
kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)
Pendeta
itu terdiam dan terpojok, lalu aku mengatakan kepadanya, “Kalau bapak ingin bahagia di dunia dan di akhirat maka dengan
masuk islam pak. Islam yang benar yang tidak mencampurkan dengan kesyrikkan dan
bukan juga dicampur dengan pemahaman terorisme.”
Kuajak
pendeta tadi masuk islam. Dia pun hanya terdiam sambil konsentrasi
menyupir. Mobil pun terus melaju sampai pada tempat di mana saya harus turun.
Akhirnya saya pun segera turun dan berjalan meninggalkan mobil tersebut.
Sambil berpikir, kenapa yah
pendeta itu bertanya tentang kesesatan orang yang mengkramatkan mbah priuk.
Terbetik di dalam hati dua hal; mungkin pendeta itu melihat kebodohan dan
kesestan sebagian orang islam yang mengkeramatkan kuburan dan ingin meminta
pandangan langsung dari orang islam atau pendeta itu melihat kebodohan dan
kesesatan sebagian orang Islam yang mengkeramatkan kuburan dan menganggap itu
bagian dari Islam.
Lalu setelah itu dia ingin
mendebat orang Islam atau yang pro dengan orang yang mengkeramatkan
kuburan atau salah satu yang sering datang ke sana kemudian dia ingin
menyampaikan kesesatan tersebut yang dia anggap sebagai ajaran islam kemudian
dia ingin mengenalkan kepada agamanya.
Wallahu a’lam apa maksud
pendeta tersebut tetapi hati ini cendrung pada kemungkinan yang kedua. Semoga
Allah memberi hidayah kepadanya.
Catatan Kaki:
[1] Pada hakekatnya mereka menyembah syaithan,
karena syaithan yang menyuruh mereka menyembah selain Allah
[2] Adakah
kesyirikkan yang lebih nyata dari ini
Artinya, ”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni (dosa) karena mempersekutukkan
Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa
yang Dia kehendaki. Barangsipa yang mempersekutukkan Allah, maka sungguh , dia
telah berbuat dosa yang besar.” (QS.
An-Nisa: 48)
Artinya, ”Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukkan ( sesuatau dengan
) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya
ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang – orang
dzolim itu.” (QS. Al-Maidah: 72)
Tidak
ada yang dapat memberi manfaat dan mudharat kecuali Allah. Allah Ta’ala
berfirman :
Artinya, ”Dan jika Alloh menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka
tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Alloh menghendaki
kebaikan bagi kamu maka tak ada yang dapat menolak karuniaNya.“ (QS. Yunus : 107)
Artinya, ”Dan jika Alloh menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka
tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia mendatangkan
kebaikkan kepada mu, maka Dia Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. Al-An’am: 18)
[3] Terlepas
dari cerita (yang disampaikan pendeta tadi -ed) ini benar atau tidak, kalau
kita dianjurkan untuk berhati-hati dari berita orang fasik terlebih-lebih dari
orang kafir apalagi kita ketahui bahwa mereka sering berbohong.
Ditulis
oleh Al-Ustadz Abu Ibrahim Abdullah bin Mudakir Al-Jakarti
dan dinukil oleh Abul-Harits dari rizkytulus.wordpress.com
mungkin lebih baik gambar salibnya dihilangkan dan diganti gambar yang lain. Allohu a'lam
ReplyDeleteJazakumullah khairan..
ReplyDelete