Pertanyaan
tersebut termasuk perkara mendasar dalam masalah aqidah. Apakah setan itu?
Apakah merupakan wujud hakiki (nyata)? Atau hanya maknawi semata? Apakah dia
merupakan pikiran-pikiran dan bisikan-bisikan kejahatan -- seperti dugaan
sebagian orang --? Ataukah dia hanyalah kuman-kuman/mikroba seperti diklaim
sebagian kelompok lainnya? Mungkinkah pula setan ini hanya simbol adanya
kejahatan, yang kita tempatkan sekedar simbol saja agar dapat dibicarakan?
Apakah
Setan Itu Dalam Pengertian Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah?
Aqidah
kita menyatakan bahwa setan itu dari golongan jin. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
"Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah kamu kepada
Adam', maka sujudlah mereka kecuali Iblis. dia dari golongan jin, maka ia
mendurhakai perintah Rabb-nya..." (Al Kahfi : 50)
Kita beriman akan adanya jin dan manusia. Setan itu dari golongan jin, dan dia menyertai setiap manusia. Dalil bahwa pada setiap manusia ada setan yang menyertainya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallama dalam suatu hadits riwayat Imam Muslim dari sahabat Ibnu Mas'ud, beliau shallallahu 'alaihi wa sallama bersabda:
"Tidak seorangpun dari kalian kecuali ada setan pendampingnya (qarin) dari golongan jin, serta qarin dari golongan malaikat yang menyertainya." Para sahabat bertanya, 'Apakah engkau juga demikian, ya Rasulullah?' Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab. 'Demikian pula denganku, akan tetapi Allah azza wa jalla telah menolongku atas setanku, sehingga dia tidak dapat memerintahku kecuali dengan kebenaran". [Diriwayatkan oleh Muslim no 2814 tentang Sifat-sifat kaum Munafiqin[1]]
Jadi, pada setiap orang ada qarin dari golongan jin, bahkan pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallama, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menolong Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallama atas qarin beliau, sehingga qarin itu tidak bisa memerintah beliau selain hal yang benar.
Demikian pula firman Allah:
"Katakanlah,
'Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja
manusia. Ilaah (sembahan) manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa
bersembunyi (mengintai). (Setan itu) dari golongan jin dan manusia'".
(An Naas : 1-6)
menjadi
dalil bahwa bisikan-bisikan yang menggoda itu bisa datang dari manusia berupa
teman-teman yang jahat, maupun datang pula kadang-kadang dari jin dan setan
golongan jin.
Setan
mempunyai turunan yang sangat banyak, sebagaimana firman Allah:
"Apakah
kalian akan jadikan dia (setan) serta turunannya menjadi wali-wali(pelindung)?.."(Al
Kahfi : 50)
Keturunan
setan serta pengikut-pengikutnya berusaha menyesatkan manusia dalam kehidupan
dunia ini.
Uslub
(Metodologi) Setan Dalam Menggoda Manusia
Setan
menggunakan uslub yang bertahap dalam menyesatkan manusia, baik dalam materi
ajakannya maupun dalam caranya. Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah
menyebutkan 6 tahapan dalam materi ajakan setan sebagai berikut:
Tahap
pertama,
setan berusaha agar manusia menjadi kafir atau musyrik. Jika orang tersebut
adalah orang Islam, usahanya diturunkan ke tahap berikutnya.
Tahap
kedua,
yaitu tahapan bid'ah (mengada-ada suatu urusan dien). Manusia dibuatnya untuk
membuat dan menerapkan bid'ah. Jika orang tersebut termasuk Ahlussunnah,
dimulailah tahap ketiga.
Tahap
ketiga,
yaitu tahap kabaa-ir, maksiat berupa dosa-dosa besar. Jika orang tersebut
dijaga Allah dari melakukan dosa besar, setan tidak putus asa untuk terus
menggoda.
Tahap
keempat,
yaitu tahap shaghaa-it, maksiat berupa dosa-dosa kecil. Jika orang tersebut
juga terjaga darinya, mulailah setan menyibukkan orang itu dengan uslub yang
lain.
Tahap
kelima,
yaitu setan menyibukkan manusia dengan hal-hal yang mubah (boleh), sehingga
orang itu menghabiskan waktunya dalam hal mubah, tidak sibuk dalam hal
berpahala, yang kita semua diperintahkan mengamalkannya.
Tahap
keenam,
yaitu setan menyibukkan manusia dengan amal-amal yang mafdhul (kurang utama)
sehingga lalai dari amal yang afdhal (lebih utama), yang lebih baik dari amal
mafdhul tersebut. Misalnya seseorang disibukkan dengan perkara sunat daripada
fardhu, maka sibuklah dia dengan yang disunatkan dan meninggalkan yang
difardhukan.
Setan
sangat bersungguh-sungguh dalam dakwahnya, dengan mengajak secara bertahap
dalam materi ajakannya. Adapun dalam cara mengajaknya, maka setan itu
menjerumuskan manusia selangkah demi selangkah. Sebagaimana Allah berfirman:
"Makanlah
dari apa yang dirizqikan Allah kepada kalian dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu".
(QS Al An'aam:142).
Pada mulanya setan berusaha menggelincirkan manusia sedikit-sedikit, kemudian bertahap menuju tujuannya. Setan masuk pada siapapun dengan uslub yang cocok dengan jatidirinya.
-
Setan masuk pada orang zahid (sederhana) dengan kezuhudannya.
- Setan masuk pada orang alim (berilmu) dengan melalui pintu ilmu.
- Setan masuk pada orang jahil (bodoh) dengan kebodohannya pula!
- Setan masuk pada orang alim (berilmu) dengan melalui pintu ilmu.
- Setan masuk pada orang jahil (bodoh) dengan kebodohannya pula!
Pintu-pintu
Godaan Setan
Sesungguhnya
tempat-tempat setan bisa masuk melancarkan godaannya sangatlah banyak, sulit
untuk membatasinya. Kami akan menyebutkan sebagiannya saja, antara lain:
Pertama: Mengadu domba sesama
kaum muslimin dan menyebarkan buruk sangka (suzhzhann) satu sama lain.
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadis yang diriwayatkan
Imam Muslim:
"Sesungguhnya
Iblis telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang shalih, tapi dia terus
mengusahakan adu domba sesama mereka". [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2812
tentang Sifat-sifat kaum Munafiqin[2] dan At
Tirmidzi[3] no.1938]
Makna
hadits tersebut yaitu, setan mengusahakan pertengkaran, friksi-friksi dan
fitnah-fitnah. Membuat mereka saling disibukkan agar bermusuhan stu sama lain.
Dan di dalam satu riwayat lain, setan itu telah putus asa untuk diibadahi
orang-orang di jazirah Arab yang melaksanakan shalat.
Adapun
buruk sangka, maka menjadi kebiasaan setan untuk memibsikkannya pada manusia.
Diriwayatkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari
Shafiyyah binti Huyay, ummul mukminin (salah seorang istri Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam) yang mengatakan:
Bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beritikaf di masjid, kemudian
aku datangi untuk menziarahi di suatu malam. Aku bercakap-cakap dengan beliau,
setelah itu aku berdiri hendak pulang. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam kemudian berdiri pula untuk menemaniku pulang. Saat itu lewatlah dua
orang sahabat dari golongan Anshar --Radhiyallahu 'anhumaa-- yang
melihat kami berdua, kemudian mereka berjalan cepat. Maka Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pelankanlah langkah kalian, yang
bersamaku ini adalah Shafiyyah binti Huyay". Mereka berdua berkata,
"Subhanallah wahai Rasulullah.." (maksud mereka, apakah kami akan
buruk sangka padamu?). Kemudian
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya
setan berjalan di tubuh anak Adam pada aliran darah, dan aku takut dia
melemparkan bisikan kejahatan dalam hati kalian berdua, sehingga timbul sesuatu
dugaan buruk". Hadits Muttafaq 'alaih. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy
(IV/240) tentang Itikaf[4], dan Muslim
tentang Salam, no 2174-2175]
Seorang lelaki berjalan dengan wanita di waktu malam dapat menimbulkan keraguan dan dugaan buruk, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghendaki untuk menghilangkan suu-uzhzhann dengan sabda beliau, "Pelankanlah langkah kalian, yang bersamaku ini adalah Shafiyyah binti Huyay".
Oleh
karena itu, termasuk suatu kewajiban jika seseorang dalam keadaan yang dapat
menimbulkan buruk sangka orang lain untuk menjelaskan pada siapa saja yang
melihat atau sehingga hilang kemungkinan buruk sangka tersebut.
Suu-uzhzhann
termasuk pintu masuk setan dengan membuat seseorang setiap kali mendengar
perkataan lalu ia tafsirkan dengan penafsiran negatif.
Setan
pun memecah belah di antara manusia, berdasarkan hadits yang diriwayatkan
Sulayman bin Shard yang mengatakan:
Aku
(Sulaiman) duduk bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada
saat ada dua orang saling memaki, maka memerahlah wajah salah seorang di antara
keduanya (karena marah). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
kemudian bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suatu
perkataan, yang jika dia ucapkan akan menghilangkan penderitaannya. Kalau dia
berkata 'A'uudzu billahi minasysyaythaanir rajiim' akan hilanglah
penderitaan yang didapatinya itu". [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy (10/431) tentang Adab[5],]
Kedua: Menghiasi bid'ah bagi
manusia
Setan
mendatangi manusia dengan mengatakan bahwa bid'ah itu sesuatu yang indah seraya
mengatakan: "Sesungguhnya manusia di zaman ini sudah meningglkan ibadah
dan sulit dikembalikannya. Mengapa kita tidak mengerjakan sebagian peribadahan
lalu kita bagus-baguskan dengan tambahan dari kita agar manusia mau kembali
beribadah?" Kadang-kadang setan mendatangi dengan cara penambahan terhadap
ibadah yang ada dalam Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Lalu berkata, 'Tambahan kebaikan tentu merupakan kebaikan juga. Maka tambahlah
dalam sunnah tersebut sutau bentuk ibadah yang mirip dengan Sunnah, atau
sandarkan ibadah baru pada Sunnah tersebut".
Sebagian
manusia lain didatangi dengan bujukan, 'Sesungguhnya manusia sudah jauh dari
dien ini, mengapa tidak kita buat hadits-hsdits yang dapat menakut-nakuti
mereka?.. Maka orang-orang mengarang hadits-hadits palsu disandarkan pada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sambail berdalih, 'Kami memang
berdusta, namun kami bukan berdusta menentang Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam melainkan berdusta dalam rangka membela beliau?!'
Mereka
berdusta membela Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam??!!!
Dikaranglah oleh mereka hadits untuk menakut-nakuti manusia dari naar,
memberikan gambarannya pada manusia dengan cara-cara aneh. demikian pula mereka
menggambarkan jannah dengan cara aneh yang lain pula!
Kita
mengetahui bahwa ibadah itu Tauqifiyyah, yaitu mengambilnya dari Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam sebagaimana petunjuk Allah yang datang pada beliau, tidak
boleh kita tambahi atau kurangi atau kita ubah-ubah sekehendak kita. kelakuan
seperti yang mereka lakukan itu hanyalah bid'ah dari karangan setan!.
Ketiga: Membesar-besarkan satu aspek atas lainnya.
1.
Pada tataran fardy (individu)
-
Kadang seseorang terjatuh pada banyak dosa-dosa dan maksiat, namun dia tetap
shalat sebagai alasan penutup kekurangannya itu. Dia berdalih bahwa shalat
adalah 'imaadud-dien (tiang agama), yang pertama kali dihisab di Hari
Perhitungan (Akhirat), maka tidak mengapa kalau dirinya jatuh dalam sebagian
maksiat!
Dia
menjadikan shalat sebagai sesuatu yang paling agung, untuk menghalalkan
kekurangannya dalam ibadah-ibadah lain. dibesar-besarkannya urusan shalat atas
lainnya.
Benar
bahwa shalat adalah 'imadud-dien, namun bukan keseluruhan kandungan dien ini!
Setanlah yang mendatangi orang ini untuk menghalalkan kekurangan dirinya!
-
Kadang setan pun mendatangi seorang manusia lain untuk mengatakan, 'Dien ini
adalah muamalah (pergaulan/akhlaq yang baik)...Yang paling penting kamu baik
terhadap manusia, jangan mendustai atau menipu mereka, walaupun kamu tidak
shalat. Bukankah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
'Dien ini adalah muamalah'?.
-
Kadang didatanginya seseorang lain dengan bujukan, 'Yang paling penting adlah
berniat baik! Asal aku lalui waktu malamku tanpa menyimpan dengki dan kebencian
pada manusia, cukuplah sudah'. akhirnya orang tersebut meninggalkan banyak
amal-amal shalih, mencukupkan diri dengan niat baik saja!
-
Dari pintu lain setan mendatangi sebagian manusia untuk mengutamakan belajar Al
Qur'an, baik qira'ah, maupun tajwidnya. Ia lebih mengutamakan urusan ini atas
amal lain, sehingga meninggalkan banyak hal, karena aspek ini sangat
dibesar-besarkannya. Padahal tidak diragukan lagi hal ini bukan satu-satunya
urusan dalam Islam. Kekeliruan dia bukan dalam memperhatikan perkara tersebut,
namun dalam mebesar-besarkannya atas urusan-urusan lain yang penting
(mengorbankan urusan-urusan lain).
2.
Pada tataran Jama'iy (Komunitas)
Tampak
jelas masalah ini dalam tataran kelompok ketika kamu lihat segolongan orang
berkata:
-
Hal terpenting adalah kita harus kenal keadaan riil kaum Muslimin, dan keadaan
musuh-musuh mereka. Dengan demikian hal paling penting adalah masalah-masalah
politis. Kita hidup di zaman kiwari, bukan di zaman para sufi!
Demikianlah
pendukung kelompok ini mengetahui segala hal tentang Komunisme, Sekulerisme,
Free Mansory, Bahaiah, Qadiyaniah, dll; kemudian jika kamu tanya tentang Islam,
mereka tidak faham sedikitpun!
-
Sebaliknya dari kelompok tadi, ada kelompok yang membesar-besarkan masalah
peribadatan. Mereka berpendapat, 'Hal terpenting adalah hubunganmu kepada
Allah, yaitu shalat. Kamu pun harus zuhud dn bertaqwa. Lemparkan semua urusan
lain, selain aspek-aspek keruhanianmu!
-
Datang pula kelompok lain, yang benar-benar ada dalam medan dakwah Islam
sekarang, dengan pendapat, 'Hal paling penting adalah menyatukan barisan kaum
Muslimin. Allah berfirman:
"Dan
berpeganglah kepada tali (agama) Allah, secara bersama-sama, dan janganlah
kalian bercerai berai". (QS Ali 'Imran : 103)
Mereka menjadikan persatuan hal yang paling penting walaupun dibandingkan masalah aqidah! Mereka berbicara pada manusia yang beraqidah menyelisihi aqidah kita...mengklaim bahwa kita harus bersatu, karena sekarang berada di zaman berkuasanya musuh-musuh atas kita! Memang benar kita harus bersatu, namun persatuan di atas asas-asas, bersatu di atas dien. Bukan bersatu dalam kekacauan dan perbedaan aqidah.
-
Oleh karena itu haruslah ada Tawazun (keseimbangan) dalam seluruh perkara yang
dibesar-besarkan sebagian oleh kelompok-kelompok tadi, serta pada
perkara-perkara lain dalam dien. Mengapa? Karena pintu masuk setan biasanya
dengan membesar-besarkan satu aspek atas lainnya!
Keempat:
Menunda-nunda dan Tergesa-gesa
Tergesa-gesa
dan Menunda-nunda adalah termasuk pintu masuk setan. Demikian pula berpanjang
angan-angan. Sebagian manusia menyebutnya "hambatan terbesar". Apa
maksudnya? Sebagian orang meletakkan satu perkara yang dianggp harus
diprioritaskan sebagai hambatannya, lalu misalnya berkata, 'Kalau aku selesai
sekolah, baru --insya Allah-- aku akan bertobat!'
Ini
contoh hambatannya berupa sekolah. Tapi setelah selesai sekolahnya, dia
berkata, 'Kalau aku sudah mendapat pekerjaan itu, aku bertobat'. Kemudian
diperolehnya pekerjaan tadi, namun dia tidak bertobat juga. Demikianlah
selanjutnya, dia menyatakan hambatan berikutnya, 'kalau aku berhaji ... kalau
aku menikah ...kalau....kalau....'
Terus-terusan
dia meletakkan satu hambatan di hadapannya, danmenunda-nunda serta hidup dalam
berpanjang angan-angan. Akhirnya dia mati tanpa memulai kehidupan hakikinya
(dengan beriltizam, memegang teguh dienul Islam)!
Sesungguhnya
tujuan akhir yang dikehendaki setan darimu adalah menghalangimu agar kamu tidak
beramal, atau agar menunda-nundanya, dimana ini merupakan pintu masuk yang
membahayakan orang-orang shalih.
Setan
datang kepadamu dan berkata, 'Kamu belum pantas --sampai sekarang-- untuk
mengajari manusia, atau mendakwahi mereka...tunggulah sampai kamu belajar!'
Padahal
kita diperintahkan untuk menyampaikan apa yang kita punya walau hanya seayat.
Maka jika kamu sudah mempelajari sesuatu, ajarkanlah meskipun hanya seayat
saja!
Imam
Ibnul Jauzi dalam buku 'Talbiis Iblis' berkata, 'Betapa banyak orang
yang bertekad teguh, dibuat menanti-nanti', yaitu dibuat berkata 'nanti saja'
oleh setan. Ibnul Jauzi melanjutkan, 'Betapabanyak pula yang berusaha untuk
berbuat baik dipengaruhi setan untuk menunda-nundanya'.
Betapa
sering seorang alim bertekad untuk mengulang ilmu yang dipelajarinya, dibujuk
setan dengan perkataan, 'Istirahatlah sejenak'. Setan terus menerus meniupkan
kecintaan pada ekmalasan dan penundaan amal. Bahkan betapa sering setan datang
pada ahli ibadah di waktu malam ketika akan shalat malam dengan bujukan, 'Waktu
malam kan masih panjang? Tundalah shalatmu!'. Sampai-sampai shubuh datang dan
dia tidak shalat malam!
Kelima
: Kesempurnaan Semu.
Setan
mendatangi manusia untuk menjadikannya merasa sempurna, dengan berkata, 'Kamu
lebih baik dari orang lain. Kamu melakukan shalat, sementara banyak orang lain
yang tidak shalat. Kamu shaum, sedangkan orang lain banyak yang tidak shaum'.
Kamu diarahkan setan agar memperhatikan orang-orang yang dibawahmu dalam
beramal shalih, untuk mencegahmu dari beramal lebih baik..karena kamu sudah
melihat dirimu sebagai manusia paling utama!
-
Setan berkata lagi, 'Kamu akan mendapat syafa'at (pertolongan) dari amalmu!'
kemudian disibukkannya orang itu dengan amal-amal yang mubah, sehingga
beristirahat sejenak dari amal-amal shalih. 'Kamu orang sibuk, kamu sudah lebih
baik dari orang lain!' Demikianlah agar kamu senantiasa santai dan tidak
bersungguh-sungguh menambah amal!
-
Padahal yang dituntut dari kita sebaliknya, yaitu kamu perhatikan orang yang
shaum sunat Senin dan Kamis ketika kamu tidak melakukannya, atau perhatikan si
Fulan yang melakukan amal-amal sunat ketika kamu belum melakukannya. Inilah yang
dituntut darimu, yaitu melihat orang yang lebih darimu dalam amal shalih.
Keenam
: Tidak Menilai Diri dan Kemampuan Secara Tepat
Setan
membuat seseorang tergelincir dalam menilai dirinya dengan dua jalan:
1.
Pandangan ujub dan menipu diri: yaitu setan mendorong manusia melihat dirinya
secara ujub (memuji diri), sehingga dia terkena ghurur (menipu diri) dan
takabur. Setan berkata, 'Kamu sudah mengerjakan ini dan itu, lihatlah kamu,
beramal dan beramal..' Maka berubahlah orang itu menjadi takabur, dan tertipu
oleh dirinya, akibatnya dia merendahkan orang lain dan menolak kebenaran. Dia
akan menolak pula untuk rujuk dari kesalahannya. Dia menolak pula duduk di
majelis ilmu untuk belajar dari orang lain.
Pernah
aku temui di sebagian halaqah ilmu, ketika seseorang keliru dalam (belajar)
membaca Al Qur'an, dia lebih memilih untuk berhenti dari halaqahnya daripada
meneruskan keikutsertaannya dalam halaqah belajar membaca sampai benar,
semata-mata agar tidak berada dalam keadaan malu di hadapan manusia karena
masih belajar membaca. Akhirnya seumur hidup dia tidak belajar. Padahal kalau
dia mau merenung sejenak, akan dia ketahui bahwa orang yang bacaannya baik
sekarang ini, dahulunya pun seperti dia tidak begitu baik membacanya, kemudian
ia belajar dan berhasil. Kalau sifat ini dituruti, maka ketidakmauan belajar
lagi ini akan terbawa seumur hidupnya, sebagaimana kata penyair:
Bagaimana
pun keberadaan suatu sifat pada seseorang walau disangkanya tersembunyi dari
manusia, pasti terbongkar juga
Dan
demikianlah seseorang hendaknya melatih diri untuk menghilangkan adat buruknya,
dan bukan justru menyembunyikannya!
2.
Tawadhu dan memandang dirinya hina dan rendah: Disini setan berkata padamu, 'Kamu
harus tawadhu. Siapa yang tawadhu’ karena Allah, niscaya akan ditinggikan-Nya.
Kamu tidak sepadan untuk perkara ini! Urusan ini hanya untuk orang berilmu
tinggi saja!', padahal maksudnya setan ingin menjauhkan peranmu dalam tugas
dakwahmu.
Ini
dari bab tawadhu, kamu akhirnya merendahkan dirimu sampai derajat dimana kamu
merasa tidak berguna pada kemampuanmu yang seharusnya kamu tampilkan, karena
kita akan ditanya atas segala kemampuan dan kekuatan kita. Kamu harus mengemukakan
kemampuanmu itu, karena kalau kamu tidak gunakan kemampuanmu pasti kamu dihisab
atasnya.
Ini pada hakekatnya bukan tawadhu, tapi lari
dari tanggung jawab, lari dari menunaikan kewajiban. Akan tetapi setan berkata
padanya, 'Tinggalkanlah bidang itu untuk orang yang lebih baik darimu! Dakwah
adalah amal mulia, amal bagi orang jenius yang amat langka dan yang mendalam
ilmunya'.
Setan
mendatanginya juga dengan pemahaman yang mendukung alasan tadi, bahwa manusia
kadang-kadang keliru ketika menunaikan tugas dakwahnya, maka kekeliruan itu
digeneralisasi agar dia enggan bertugas lagi. Generalisasi seperti ini adalah
pintu dan pekerjaan setan.
Kadang-kadang
setanpun mendorong manusia merendahkan dirinya, dengan mengacaukan akalnya
untuk terus menerus berfikir, 'Apa artinya diri saya dibanding Syaikh ini?
Apalah artinya diriku dibanding orang alim ini?' Dimandulkannya akalnya
sehingga tidak berfikir kecuali dengan fikiran Syaikhnya, dan hanya menerapkan
perkataan Syaikhnya semata. Jadilah Syaikhnya yang paling benar, dan yang lain
salah. Mulailah dia mengagungkan manusia dan mengkultuskannya.
Padahal
pokok bagi kita mengembalikan semua perkara pada syariat Allah, dan orang yang
di depanmu itu masih mungkin keliru. Karenanya semua perkataan manusia haru
ditimbang dengan Kalamullah dan sabda Rasul-Nya shallallahu 'alai wa sallam.
Apa yang sesuai kita terima, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya kita
tolak.
Ketujuh
: Tasykik (Menimbulkan Keraguan)
Tasykik
termasuk pintu masuk setan yang sangat berbahaya, yang dengannya setan menggoda
manusia. Bagaimana terjadinya?
Setan
datang misalnya untuk mempertanyakan kebenaran metode pendidikan yang sedang
ditempuh seseorang yang istiqamah, iltizam dengan perintah Allah, jauh dari
hal-hal terlarang. Orang ini dibuatnya ragu dengan mempertanyakan kebenaran
cara pendidikan yang ditempuhnya khususnya ketika dia dipertemukan dengan
orang-orang jahat, orang-orang yang tidak multazim (kepada syariat). Setan
datang membisikinya, 'Apakah semua orang ini akan masuk naar, sedangkan kamu
sendirian saja di jannah?'
Padahal
mayoritas dan minoritas tidak boleh dijadikan patokan, karena kebenaran itu
adalah kebenaran yang sesuai dengan Kalamullah dan sabda Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam.
Patokan
Al Jamaah bukanlah mayoritas manusia, namun Al Jamaah adalah yang bersesuaian
dengan kebenaran, sekalipun kamu hanya sendirian.
Allah
berfirman kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Dan
kebanyakan manusia itu tidaklah beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya"
[QS Yusuf : 103]
Seorang Tabi'in bernama Nu'aim bin Hamad berkata, 'Sesungguhnya Al Jamaah itu adalah sesuatu yang menepati ketaatan pada Allah 'Azza wa Jalla. Dan jika Al Jamaah telah rusak, wajib bagimu berpegang pada keadaan Al Jamaah sebelum rusaknya, walau engkau bersendirian saat itu engkaulah Al Jamaah'.
Diantara
pintu masuk setan adalah membuat ragu dalam masalah niat, dia berkata pada
manusia, 'Kamu riya, kamu munafiq, kamu beramal karena manusia', supaya orang
ini meninggalkan amal.
Contohnya,
seseorang ingin bershadaqah, kemudia dilihat orang lain, maka dia berkata dalam
hatinya, 'Kalau aku bershadaqah terlihat olehnya, dia akan menyangkaku riya.
Lebih baik aku tidak memberikan shadaqah ini!'
Padahal
yang diperintahkan dalam hal ini kita harus lebih mengikhlaskan niat kita
karena Allah Ta'ala semata.
Berkata
Ibrahim bin Ad-ham --salah seorang tabi'in-- rahimahullah,'Aku mendapati
30 sahabat Nabi yang kesemuanya takut kalau-kalau dalam beramal mereka tidak
ikhlas'.
Sesungguhnya
memperbaiki niat itu diperintahkan, namun jangan sampai menyebabkan kita
meninggalkan amal. Perbaikan niat justru harus menjadikanmu beramal dan
meningkatkannya.
Al
Harits bin Qays rahimahullah berkata, 'Jika setan mendtangimu dalam
shalat dan membisikkan bahwa kamu riya, perpanjanglah shalatmu!'
Kedelapan
: Takhwif (Menakut-nakuti)
Setan
mempunyai dua metode dalam menakut-nakuti manusia:
1.
Menakut-nakuti dari wali-wali setan
Disini
setan menakut-nakuti manusia dari tentara dan wali-walinya, yaitu para pelaku
maksiat dan kejahatan. Setan berkata, 'Waspadalah terhadap mereka, mereka punya
kekuatan luar biasa'. Dengan ditakut-takuti, orang ini jadi meninggalkan
ketaatan dan meninggalkan amal.
Padahal Allah telah berfirman,
"Sesungguhnya
itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti dengan kawan-kawannya, karena
itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
benar-benar orang yang beriman". [QS Ali 'Imran : 175]
maksudnya
setan menakut-nakuti kamu dengan wali-walinya.
2.
Menakut-nakuti dari kefaqiran
Allah
Ta'ala berfirman,
"Setan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kefaqiran dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan.."[QS Al Baqarah :268]
Setan
berkata pada manusia, 'Kalau kamu tinggalkan pekerjaan ini, dimana akan kamu
dapatkan pekerjaan lainnya? Kamu akan jadi sangat faqir'. Maka dia menjadi
takut akan kefaqiran, akhirnya orang itu mengerjakan pekerjaan haram. Contohnya
seorang muslim yang berdagang khamar (minuman keras) ditertawakan oleh setan
karena sudah berhasil menipunya melalui pintu ini.
Padahal Allah berfirman:
Padahal Allah berfirman:
"Dan
barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rizqi dari arah yang tiada disangka-sangkanya".
[QS Ath Thalaq :2-3]
Kita dapati para pemakan riba takut akan kefaqiran, berkata, 'Bagaiman aku hidup? Orang-orang sudah pada kaya, aku masih faqir'!!
Kadang-kadang
setan pun menghiasi kebatilan pada juru dakwah, sehingga menghalalkan yang
haram, dengan alasan untuk kemaslahatan dakwah kamu perlu berdusta!
Setan
menghiasi kebatilan sebagai kebenaran dengan hujjah bahwa perkara ini
diperlukan untuk kemaslahatan dakwah.
Kadang-kadang
kita dapati pula sebagian muslimin dan para juru dakwah saling menyerang datu
sama lain, yang satu menyudutkan yang dan mengghibah lainnya. Dia bermuamalah
dengan saudaranya itu dengan perlakuan lebih buruk dari yang dihadapkan pada
seorang kafir, jahat atau busuk!
HAL-HAL
YANG MELANCARKAN TUGAS SETAN
1.
Kebodohan
Seorang yangberilmu lebih sulit digoda oleh setan daripada seribu ahli ibadah.
2.
Hawa nafsu, lemah keikhlasan dan lemah keyakinan
Allah berfirman:
"Iblis
berkata, 'Demi keagunganMu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka". [QS Shaad : 82-83]
3.
Kelalaian dan tiadanya kewaspadaan terhadap pintu-pintu masuk setan
Obatnya
: Kita mesti brangkat dari sebab-sebab yang melancarkan tugas setan tadi agar
kita tahu obatnya, yaitu:
1.
Iman kepada Allah
Kita
harus beriman benar-benar kepada Allah dan bertawakal padanya, sebagaimana
firmanNya
"Sesungguhnya
setan itu tidak kekuasaannya atas orang-orang beriman dan orang-orang yang
bertawakal hanya kepada Rabb mereka saja".[QS An Nahl:99]
2. Mencari ilmu syar'iy dari sumber-sumbernya yang shahih
3.
Ikhlas di dalam agama ini
"Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka" [QS Al Hijr:40]
Umar
bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, 'Hisablah dirimu sebelum nanti
dihisab. Dn timbanglah ia olehmu sendiri sebelum nati ditimbang, karena akan
meringankan kamu dalam hisab di hari esok (akhirat) jika kamu sudh menghisabnya
hari ini!'
Dari
Al Hasan rahimahullah berkata, 'Tidak aku temui seorang muslim sejati
kecuali akan menghisab dirinya : Apa yang kamu ingin amalkan? Apa yang hendak
kamu makan? Apa pula yang akan kamu minum ini? Sedang orang fajir berjalan tak
acuh, tidak menghisab dirinya!'
4.
Dzikir (ingat) kepada Allah Ta'ala dan berlindung dari godaan setan
terkutuk
Allah
Ta'ala berfirman:
"Jika
kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui". [Al A'raaf :
200]
Demikian
pula pembacaan Mu'awwidzatain (Al Falaq dan An Naas) dijelaskan dalam
hadits keutamaan keduanya untuk melindungi kita dan mencegah dari setan. Begitu
pula pembacaan Ayat Kursyi, karena ayat ini dapat menjaga dari setan.
[Sumber
: Madaakhilusy Syaithaan 'ala Ash Shalihin, oleh Dr Abdullah Al Khaathir
dalam edisi Indonesia Godaan Setan pada Orang-orang Shalih terbitan At Tibyan]
[1] Bab “Pengadudombaan Setan dan Pengiriman
Balatentaranya untuk menimbulkan fitnah di antara manusia”
[3] tanpa lafazh," ... dan putus asa
pula untuk disembah di jazirah Arab", tentang Kebaikan dan Perhubungan Bab
hadits-hadits tentang Tabaaghudh (saling membenci)
[4] Bab "Apakah boleh seorang yang
beritikaf keluar untuk keperluan-keperluannya, hingga pintu masjid?",
[5] Bab "Waspada terhadap Kemarahan"
Mau tanya dong
ReplyDelete