Friday, November 13, 2015

Istri Menuntut Suami Menambah Frekuensi Hubungan Intim

Tanya:

“Bolehkah istri menuntut agar suami lebih aktif berhubungan? Misalnya minimal tiap hari sekali. Makasih”

Jawab:

“Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Kita ambil satu peristiwa yang terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tersebutlah seorang sahabat bernama Rifaah al-Quradzi. Dia menikahi seorang wanita bernama Tamimah bintu Wahb. Setelah beberapa lama menjalani kehidupan berumah tangga, Rifaah menceraikan istrinya, cerai tiga. Setelah usai iddah, Tamimah menikah dengan Abdurahman bin Zabir al-Quradzi. Namun ternyata Tamimah tidak mencintai Abdurrahman. Dia hanya jadikan itu kesempatan agar bisa balik ke Rifa’ah.

Hingga wanita ini mengadukan masalah suaminya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memakai kerudung warna hijau.

Mulailah si wanita ini mengadukan,

وَاللَّهِ مَا لِي إِلَيْهِ مِنْ ذَنْبٍ ، إِلَّا أَنَّ مَا مَعَهُ لَيْسَ بِأَغْنَى عَنِّي مِنْ هَذِهِ – وَأَخَذَتْ هُدْبَةً مِنْ ثَوْبِهَا –

“Suami saya ini orang baik,  pernah berbuat dzalim kepada saya. Cuma punya dia, tidak bisa membuat saya puas dibanding ini.” Sambil dia pegang ujung bajunya.”

Maksud Tamimah, anu suaminya itu loyo. Tidak bisa memuaskan dirinya. Seperti ujung baju itu.

Ketika tahu istrinya datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abdurahman datang dengan membawa dua anaknya, dari pernikahan dengan istri sebelumnya.

Abdurahman bawa dua anak untuk membuktikan bahwa dia lelaki sejati. Mendengar aduhan istri keduanya ini, Abdurrahman langsung protes,

كَذَبَتْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنِّي لَأَنْفُضُهَا نَفْضَ الأَدِيمِ ، وَلَكِنَّهَا نَاشِزٌ ، تُرِيدُ رِفَاعَةَ

“Istriku dusta ya Rasulullah, saya sudah sungguh-sungguh dan tahan lama. Tapi wanita ini nusyuz, dia pingin balik ke Rifaah (suami pertamanya).”

Mendengar aduhan mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya tersenyum. [HR. Bukhari 5825 dan Muslim 1433]

Senyum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap laporan kasus ini, karena beliau heran. Dan beliau tidak melarangnya atau memarahi pasangan ini, menunjukkan bahwa beliau membolehkan melakukan laporan semacam ini. Sekalipun ada unsur vulgar.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

وتبسّمه صلى الله عليه وسلم كان تعجبا منها ، إما لتصريحها بما يستحيي النساء من التصريح به غالبا… ويستفاد منه جواز وقوع ذلك

"Senyum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena beliau heran. Bisa jadi karena beliau melihat wanita ini berterus terang pada hal-hal yang pada umumnya seorang wanita akan malu mengungkapkannya… dan disimpulkan dari hadis ini, bolehnya melakukan semacam ini." [Fathul Bari, 9/466]

Yang kita garis bawahi dalam kasus ini, Tamimah menggugat suaminya dengan alasan masalah ranjang. Artinya itu bukan suatu yang bernilai maksiat, atau tidakan tercela.

Mengadukan Suami Karena Kurang Rajin

Dari hadits ini, sebagian ulama menyimpulkan bahwa istri boleh menuntut suami untuk meningkatkan intensitas hubungan. Kita simak keterangan Ibnul Mulaqqin rahimahullah,

وفيه: أن للنساء أن يطلبن أزواجهن عند الإمام بقلة الوطء ، وأن يعرضن بذلك تعريضًا بينًا كالصريح ، ولا عار عليهن في ذلك

"Dalam hadits ini terdapat kesimpulan bahwa istri boleh mengadukan suami mereka kepada pihak berwenang, karena kurang rajin berhubungan. Dia boleh sampaikan itu dengan terang-terangan. Dan itu tidak tercela." [At-Taudhih li Syarh Al-Jami’ As-Shahih, 27/653]

Allahu a’lam.”

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits hafizhahullah (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

No comments:

Post a Comment