Friday, November 27, 2015

Apakah Istighfar Tanpa Disertai Taubat Bermanfaat?

Tanya:

“Apakah istighfar tanpa taubat bermanfaat?”

Jawab:

Asy-Syaikh Dr. Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhailiy hafizhahullah berkata:

التحقيق مِن أقوال أهل العلم في المسألة: أنّ الاستغفار لا يخلو من حالَين

الحال الأولى: أن يكون مِن باب استغفار الغير للمذنِب؛ مثل استغفار الملائكة لمَن قَعَدَ في المصلى ما لَمْ يُحدِث تقول: «اللهم اغفر له، اللهم ارحمه»، ومثل استغفار الحي للميت؛ بدليل: أنه مطلوبٌ شرعًا للميت؛ ومَا دام أنه طُلِبَ شرعًا فلابد أن يكون نافعًا، فقد قال النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- لمّا مات النجاشيُّ «استغفروا لأخيكم»، والمعلوم انّ الميت لا يتوب، فهذا الاستغفار ينفع بلا توبة مِن المذنب.
الحال الثانية: استغفار المذنِب بنفسِه دون توبة من الذنب. والصَّحيح أنه ينفع صاحِبَه بشرط أن يكون نابعًا مِن خوف الله، أمّا إذا كان باللسان فقط دون استشعارِ القلب فإنه لا ينفع صاحبه.
وإذا اجتمعت التوبة والاستغفار فهو الكمال


“Pendapat yang paling tepat diantara pendapat ulama dalam permasalahan ini, istighfar tidak lepas dari dua kondisi:

Kondisi pertamaistighfar (memohon ampunan) untuk orang lain yang terjatuh dalam dosa, seperti istighfar para malaikat untuk orang-orang yang duduk di tempat shalatnya selama ia belum berhadats. Malaikat mendoakan “Ya Allah ampunilah dia, ya Allah berilah rahmat kepadanya”. Demikian pula istighfar dari orang yang hidup untuk orang yang mati, hal itu sangat ditekankan dalam syariat. Segala sesuatu yang dituntut dalam syariat, pasti akan memberikan manfaat.

Saat An-Najasyi wafat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

استغفروا لأخيكم

“Mintakanlah ampun (istighfar) untuk saudara kalian”[1]

Telah diketahui bahwa orang yang mati tidak bisa bertaubat. Dalam keadaan ini, istighfar tanpa disertai taubat akan bermanfaat bagi orang yang terjatuh dalam dosa.

Kondisi keduaistighfar (memohon ampunan) untuk dirinya sendiri yang terjatuh dalam dosa, tanpa disertai taubat dari dosa tersebut. Pendapat yang benar, hal itu bermanfaat baginya dengan syarat, istighfar yang ia baca bersumber dari rasa takut kepada Allah (khauf). Adapun jika hanya sekedar di lisan tanpa ada pengaruh di hati, maka hal itu tidak bermanfaat baginya.  Apabila taubat dan istighfar terkumpul (dalam diri seorang hamba), maka hal itu lebih sempurna” [Syarh Al-Washiyyatus Shughraa]






[1] HR. Al-Bukhari dalam Ash-Shahih, Kitab Al-Manaqib, Bab Mautin Najasyi, hadits  no. 3616

1 comment: