Tuesday, May 7, 2013

Menyamar Menjadi Pengemis Demi Menuntut Ilmu


Beliau adalah Baqi' bin Mikhlad rahimahullah, berasal dari negeri yang sangat jauh yaitu Andalusia yang sekarang bernama Spanyol. Dengarkan kisah suka dan dukanya tatkala berguru pada Imam Ahmad rahimahullah di Baghdad (Irak).

Baqi' bin Mikhlad bercerita: "Aku berangkat dengan berjalan kaki dari Andalusia menuju Baghdad untuk bertemu dengan Imam Ahmad demi menuntut ilmu hadits. Tatkala hampir mendekati kota Baghdad, aku mendapati informasi bahwa Imam Ahmad sedang ditimpa ujian. Beliau dilarang memberikan pelajaran dan mengadakan halaqah ilmu di hadapan manusia. Hal ini membuatku sangat bersedih, aku datang dari negeri yang sangat jauh dengan bersusah payah, namun tidak dapat bertemu dan mengambil ilmu dari beliau.



Setelah sampai di Baghdad, aku menaruh barang perbekalanku di sebuah kamar (sewa -pen-). Aku segera mencari tahu keberadaan Imam Ahmad, hingga mendapatkan kabar tentang keberadaan beliau. Aku bergegas menuju rumah beliau, lalu mengetuk pintu rumah. Ternyata beliau sendiri yang membukakan pintu. Aku pun berkata, “Wahai Abu Abdillah, rumahku sangat jauh, aku adalah seorang pencari dan penulis hadits. Tujuanku ke sini hanyalah untuk menuntut ilmu hadits." Beliau (Imam Ahmad) berkata, “dari mana asalmu?” Aku menjawab, “dari Maghrib Al-Aqsha.” Beliau (Imam Ahmad) berkata, “dari Afrika?” Saya menjawab, “Lebih jauh dari itu, aku melewati laut dari negeriku untuk menuju Afrika.”

Beliau berkata, “negeri asalmu sangat jauh, tiada yang lebih aku sukai selain memenuhi permintaanmu. Aku akan memberikan hadits padamu sesuai apa yang kau inginkan. Namun saat ini, aku sedang difitnah dan dilarang untuk memberikan pelajaran.” Aku berkata pada beliau, “aku telah mengetahui hal itu, Wahai Abu Abdillah! Aku adalah seorang yang tidak dikenal di sini. Negeri ini sangat asing buatku. Jika engkau bersedia, aku akan mendatangi engkau tiap hari dengan memakai pakaian seorang pengemis, lalu aku berdiri di depan pintu dengan meminta shadaqah. Wahai Abu Abdillah, izinkanlah aku masuk melewati pintu ini, lalu ajarkan padaku meskipun hanya satu hadits per hari.

Beliau berkata: “aku bersedia, namun dengan syarat engkau tidak boleh mendatangi majelis-majelis ilmu para ulama hadits yang lain, agar mereka tidak mengenalimu sebagai seorang penuntut ilmu.” Aku pun menjawab, “aku terima persyaratan tersebut.”

Ia melanjuktan penuturan kisahnya, “tiap hari aku membawa tongkat, membalut kepalaku dengan sobekan kain dan memasukkan kertas serta alat tulis dalam kantong baju. Kemudian aku mulai mendatangi rumah Imam Ahmad sambil berdiri di depan rumah beliau seraya berkata, “bersedekahlah untuk orang miskin, mudah-mudahan engkau mendapatkan pahala dari Allah." Maka Imam Ahmad pun keluar untuk menemuiku dan memasukkanku dalam rumahnya lewat pintu tersebut. Kemudian beliau mengajariku dua atau tiga hadits bahkan lebih dari itu, hingga aku berhasil mengumpulkan hadits sebanyak 300 hadits dari beliau.

Tatkala Allah mengangkat ujian yang menimpa Imam Ahmad setelah wafatnya Khalifah Al-Makmun (khalifah yang menyeru pada keyakinan Mu'tazilah -Al-Qur'an adalah makhluk') dan digantikan oleh Khalifah Al-Mutawakkil. Maka beliau menjadi ulama yang dikenal dan memiliki kedudukan yang mulia. Kini masa-masa sulit itu telah berlalu. Tiap aku mendatangi majelis Imam Ahmad yang dihadiri oleh murid-murid beliau yang sangat banyak, beliau memberikan tempat istimewa untukku. Beliau memintaku agar duduk mendekat dengan beliau seraya berkata pada murid-muridnya yang lain, “Inilah seorang penuntut ilmu yang sebenarnya".

Dikutip dari Siyar A'lamu An-Nubala' karya Imam Adz- Dzahabi rahimahullah

Mutiara Kisah:



1) Mengenal sosok ulama dari Andalusia yang bernama Baqi bin Mikhlad

2) Mengenal sosok Imam Ahmad yang teguh mempertahankan kebenaran

3) Kesungguhan para ulama dalam menuntut ilmu

4) Kesabaran para ulama dalam menuntut ilmu meskipun ia harus menyamar menjadi seorang pengemis

5) Allah akan senantiasa memberikan pertolongan pada hamba-hamba Nya selama ia menolong agama Allah.

Penulis: Ustadz Abu Imron Sanusi hafidzahullah

Sumber: Kisah-kisah Keteladanan, Kepahlawanan, Kejujuran, Kesabaran, Menggugah, serta Penuh dengan Hikmah dan Pelajaran Sepanjang Masa. Penerbit: Maktabah At-Thufail, Panciro-Gowa (Makassar-Sulsel).

No comments:

Post a Comment