Sanad dan Matan
Sanad adalah silsilah perawi yang menghubungkan ke matan
Matan adalah perkataan yang terletak di ujung sanad
Contoh : Abu Daud berkata:
menceritakan pada kami Sulaiman bin Harb, ia berkata: menceritakan pada kami
Hammad, dari Ayub, dari Nafi’, dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
لا تمنعوا إماء الله مساجد الله
“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian untuk shalat di
masjid-masjid Allah” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud]
Lafadz hadits ini milik Abu Daud.
Silisilah nama perawi dari Abu Daud hingga Ibnu Umar disebut sanad atau
isnad, sedangkan lafadz hadits dari perkataan nabi shallallahu ‘alaihi
wasalam disebut matan.
Sanad yang Paling Shahih
1. Sanad hadits yang paling shahih menurut Imam Ahmad dan Ishaq bin
Rahawaih adalah riwayat Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar.
2. Sanad hadits yang paling shahih menurut Ali bin Al-Madini dan
Al-Fallas adalah riwayat Muhammad bin Sirin, dari Abidah, dari Ali
3. Sanad hadits yang paling shahih menurut Yahya bin Ma’in adalah
riwayat Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud
4. Sanad hadits yang paling shahih menurut Imam Al-Bukhari adalah
riwayat Malik, dari Nafi’, dari Ibnu Umar.
5. Sanad yang paling shahih dari hadits Abu Bakr adalah riwayat
Isma’il bin Abi Khalid, dari Qais bin Abi Hazim, dari Abu Bakr
6. Sanad yang paling shahih dari hadits Umar:
- Riwayat Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, dari Ibnu
Abbas, dari Umar
- Riwayat Az-Zuhri, dari As-Sa’ib bin Yazid, dari Umar
7. Sanad yang paling shahih dari hadits Ali:
- Riwayat Muhammad bin Sirin, dari Abidah As-Salmani, dari Ali
- Riwayat Az-Zuhri, dari Ali bin Al-Husain, dari ayahnya, dari Ali
- Riwayat Ja’far bin Muhamman bin Ali bin Al-Husain, dari ayahnya, dari
kakeknya, dari Ali
- Riwayat Yahya bin Sa’id Al-Qaththan, dari Sufyan Ats-Tsauri, dari
Al-A’masy, dari Ibrahim At-Taimi, dari Al-Harits bin Suwaid, dari Ali
8. Sanad yang paling shahih dari hadits Aisyah:
- Riwayat Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah
- Riwayat Aflah bin Humaid, dari Al-Qasim, dari Aisyah
- Riwayat Sufyan Ats-Tsauri, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Aisyah
- Riwayat Abdurrahman bin Al-Qasim, dari ayahnya, dari Aisyah
- Riwayat Yahya bin Sa’id, dari Ubaidillah bin Umar bin Hafsh bin Ashim bin
Umar Al-Khathab, dari Aisyah
-Riwayat Az-Zuhri, dari Urwah bin Az-Zubair, dari Aisyah
9. Sanad yang paling shahih dari hadits Ibnu Mas’ud:
- Riwayat Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud
- Riwayat Sufyan Ats-Tsauri, dari Manshur, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari
Ibnu Mas’ud
10. Sanad yang paling shahih dari hadits Abu Hurairah:
- Riwayat Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah
- Riwayat Az-Zuhri, dari Sa’id bin Al-Musayyab, dari Abu Hurairah
- Riwayat Malik, dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah
- Riwayat Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu
Hurairah
- Riwayat Isma’il bin Abi Hakim, dari Abidah bin Sufyan Al-Hadhrami, dari
Abu Hurairah
- Riwayat Ma’mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah
11. Sanad yang paling shahih dari hadits Anas bin Malik:
- Riwayat Malik, dari Az-Zuhri, dari Anas
- Riwayat Sufyan bin Uyainah, dari Az-Zuhri, dari Anas
- Riwayat Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Anas
12. Sanad yang paling shahih dari hadits Jabir bin Abdillah adalah
riwayat Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Jabir.
Faidah: ulama yang pertama kali mengumpulkan hadits-hadits shahih secara
tersendiri dalam sebuah kitab adalah Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il
Al-Bukhari rahimahullah
Hadits Mutawatir dan Ahad
Ditinjau dari jumlah jalan-jalannya, hadits terbagi menjadi dua:
1. Hadits Mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan dari banyak perawi
pada tiap thabaqah sanad, yang mustahil jika mereka bersepakat dalam
berdusta dan bersandar pada sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Nabi * Sahabat * Tabi’in * Tabi’ut Tabi’in * Murid Tabi’ut Tabi’in
Nabi * Ibnu Umar * Nafi’ * Malik * Asy-Syafi’i
Ibnu Umar berada di thabaqah sahabat. Nafi’ berada di thabaqah
Tabi’in, Malik berada di thabaqah Tabi’ut Tabi’in dan Asy-Syafi’i berada
pada thabaqah di bawahnya.
Hadits Mutawatir bersandar pada sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca
indra yaitu diriwayatkan dengan shighah haddatsana, sami’tu, akhbarana
dan yang semisal, bukan hanya bersumber dari mimpi-mimpi atau ilmu kebatinan.
Contoh periwayatan hadits Mutawatir:
- Nabi * 10 Sahabat * 10 Tabi’in * 10 Tabi’ut Tabi’in * dst
- Nabi * 10 Sahabat * 17 Tabi’in * 23 Tabi’ut Tabi’in * dst
2. Hadits Ahad adalah hadits yang tidak memenuhi salah satu dari
syarat-syarat hadits Mutawatir.
Hadits Masyhur, Aziz dan Gharib
Hadits Ahad terbagi menjadi tiga:
1. Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi
atau lebih pada tiap thabaqah sanad, namun jumlah perawi tersebut
tidak sampai pada derajat mutawatir.
Misalkan kita merajihkan pendapat ulama yang menyatakan bahwa paling
minimal jumlah perawi hadits mutawatir pada tiap thabaqah adalah 10
perawi. Maka sebuah hadits dinyatakan Masyhur, jika pada tiap thabaqah berjumlah
3-9 perawi. Jika jumlahnya mencapai 10 perawi pada tiap thabaqah, berarti
haditsnya telah sampai pada derajat mutawatir. Contoh:
- Nabi * 3 Sahabat * 3 Tabi’in * 3 Tabi’ut Tabi’in *
dst
- Nabi * 4 Sahabat * 8 Tabi’in * 9 Tabi’ut Tabi’in * dst
- Nabi * 5 Sahabat * 3 Tabi’in * 7 Tabi’ut Tabi’in * dst
NB: yang menjadi tolak ukur adalah jumlah minimal perawi dari tiap thabaqah.
2. Hadits Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua perawi,
meskipun di salah satu thabaqah sanad dan jumlah perawi pada tiap thabaqah-nya
tidak boleh kurang dari dua perawi. Contoh:
- Nabi * 2 Sahabat * 2 Tabi’in * 2 Tabi’ut Tabi’in *
dst
- Nabi * 2 Sahabat * 3 Tabi’in * 4 Tabi’ut Tabi’in * dst
3. Hadits Gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu perawi secara
bersendirin, meskipun di salah satu thabaqah sanad. Contoh:
- Nabi * Sahabat * Tabi’in * Tabi’ut Tabi’in * dst
- Nabi * Sahabat * 2 Tabiin * 4 Tabi’ut Tabi’in * dst
- Nabi * 3 Sahabat * Tabi’in * 5 Tabi’ut Tabi’in * dst
NB: yang menjadi tolak ukur adalah jumlah minimal perawi dari tiap thabaqah.
Perbedaan Hadits Mutawatir dan Ahad
Jika suatu hadits diriwayatkan secara mutawatir, maka dapat dipastikan
bahwa hadits tersebut shahih. Berbeda dengan hadits Ahad dengan ketiga macamnya,
belum tentu berderajat shahih. Terkdang berderajat shahih, hasan atau dha’if.
bersambung insya Allah..
Disarikan oleh Abul-Harits dari Al-Ba’its Al-Hatsits dan As’ilah
wa Ajwibah fi Mushthalah Al-Hadits di Madinah, 8 Jumadil Akhir 1434 H
No comments:
Post a Comment