Thursday, January 3, 2013

Nasehat Para Ulama Terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halabi bag. 2



Pada artikel yang lalu, kita telah membaca nasehat dari Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, Syaikh Shalih Al-Fauzan dan Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi rahimahumullah.

Pada kesempatan ini, saya ingin menampilkan sebagian dari nasehat Syaikh Sa’ad bin ‘Abdullah Alu Humayyid hafidzahullah (lihat biografi beliau di sini), beliau berkata di muqaddimah Raf’ul La’imah hal 13-16:

“Sungguh Al-Lajnah Ad-Da’imah lil Ifta’ –semoga Allah menambahkan taufik dan hidayah- telah mengeluarkan fatwa no. 21517 pada tanggal 14/6/1421 H tentang dua kitab Al-Akh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid yang berjudul “At-Tahdzir min Fitnatit Takfir” dan “Shaihatun Nadzir”. Al-Lajnah telah menjelaskan secara ringkas dan memberikan kesimpulan bahwa di dalam kedua kitab ini terdapat kekeliruan dalam permasalahan iman. Al-Lajnah juga tidak memberikan rincian tentang permasalahan tersebut karena statement ini keluar dalam bentuk fatwa bukan merupakan bantahan secara khusus.

Maka yang lebih utama bagi seorang semisal Syaikh Ali Hasan adalah menerima kebenaran. Sungguh beliau telah mengetahui bahwa fatwa tersebut berasal dari para ulama yang mulia. Tentu beliau juga mengetahui bahwa ilmu dan usia mereka (para ulama tersebut) jauh di atas beliau. Mereka lebih mengetahui dan mendalami permasalahan aqidah dari beliau. Seandainya beliau menulis kitab dengan memberikan ungkapan syukur pada mereka, mendoakan kebaikan untuk mereka dan menyebarkan pernyataan ruju’ dari kekeliruan-kekeliruan beliau demi memadamkan fitnah. Tentu hal itu lebih baik bagi orang-orang tua dan anak-anak.

Namun, beliau lebih memilih untuk berpaling dan bergegas menulis kitab bantahan terhadap Al-Lajnah dengan membela kekeliruan-kekeliruannya sendiri...

Kitab bantahan tersebut menggambarkan kemarahan penulisnya sebagaimana dapat diketahui dari ‘urf para penulis dan pentahqiq. Terkadang seorang dapat tertipu dengan gaya bahasa yang ia gunakan ketika membantah, kemahiran dalam memilih lafadz, dan ungkapan-ungkapannya yang indah lalu ia melemparkan keraguan terhadap kejujuran nukilan Al-Lajnah. Ia menuduh para ulama Al-Lajnah berfatwa tanpa ilmu, berbuat dzalim dan melemparkan tuduhan dusta padanya...

Lalu permasalahan ini merembet hingga mengenai sebagian fudhala’ dan para ulama di negeri ini. Ketika kaum muslimin meragukan ketsiqahan para ulama mereka, lalu kepada siapa lagi mereka akan tsiqah (percaya)!? Seandainya ia mau inshaf dan mengambil mafsadah yang lebih kecil tentu ia tidak mengutamakan pembelaan terhadap dirinya meskipun ia menyangka bahwa dirinya berada di atas kebenaran. Maslahat al-jama’ah (persatuan) lebih didahulukan daripada maslahat pribadi.

Kitab ini (Raf’ul La’imah ‘an Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah) yang ditulis oleh saudara kami yang mulia Syaikh Muhammad bin Salim Ad-Dausari hafidzahullah meletakkan pembasan secara tepat...

Sebagai contoh, Syaikh Ali Hasan menukil perkataan beberapa ulama yang dipahami  hanya membatasi kekufuran dalam i’tiqad, lalu ia berdalil dengan ungkapan tersebut. Kemudian ia meninggalkan perkataan ulama itu di tempat yang banyak dari kitab-kitabnya. Hal itu dapat menimbulkan kerancuan, jika ia hanya mencukupkan untuk menukil dari perkataan yang ia bawakan...

Semoga Allah memberikan rahmat kepada Adurrahman bin Mahdi ketika beliau berkata :

أهل السنة يكتبون مالهم وما عليهم و أهل الأهواء لا يكتبون إلا ما لهم

“Ahlus-Sunnah menuliskan apa yang sesuai maupun yang berseberangan dengan pendapatnya, sedangkan Ahlul- bid’ah tidaklah menuliskan selain apa yang mendukungnya” [Al-Jawab Ash-Shahih 6/343]

Penyelisihan Al-Akh Ali Al-Halabi terhadap Ahlus-Sunnah dalam sebagian permasalahan iman telah ma’ruf semenjak ia ikut berperan dalam mencetak kitab Murad Syukri yang berjudul “Ihkamut Taqrir li Ahkam Mas’alah At-Takfir”. Ia berupaya untuk mencetak dan menyebarkannya..

Sungguh aku telah menjelaskan pada beliau –dengan dihadiri oleh para ikhwah di sana- kedustaan beliau ketika menyatakan akan bertanggung jawab terhadap kitab yang telah dicetak dan disebarkannya tersebut. Wajib atas beliau mengeluarkan pernyataan jelas dan mengutarakan penilaian beliau terhadap kitab Murad Syukri lalu meninggalkan tadlis kepada manusia. Beliau telah berjanji namun (sangat disayangkan -pen-) tidak menepatinya..

Allah lah yang memberikan taufiq dan hidayah kepada jalan yang lurus, shalawat dan salam tercurah pada nabi kita Muhammad." 


Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihiy hafidzahullah berkata dalam kitab beliau “Al Fariq Bainal Muhaqqiq Was Sariq”:

“Bahkan Al-Lajnah Ad-Daimah telah mengeluarkan sebuah fatwa tahun 1419 H yang mendahului fatwa mereka ini tahun 1421 H, di masa hidup syaikh kami Ibnu Baz رحمه الله dan tanda tangan beliau, dua tahun sebelum tahun fatwa terdahulu, dengan nomor (20212) tanggal 7/12/1419 Hijriyyah tentang kitab “Ihkamut Taqrir Fi Ahkamit Takfir” karya Murod Syukriy, yang mana Ali Al Halabiy berupaya untuk mencetaknya, menyebarkannya dan merekomendasikannya, dan menulis di sampul cetakannya : “Dan mengurusi pencetakannya Ali bin Hasan bin Abdil Hamid Al Halabiy Al Atsariy”.

Dia dari Yordan menelpon Daru Nasyr As Su’udiyyah di Riyadh dan mengelabuhi pemilik percetakan, dan menampilkan kitab itu kepadanya berbeda dengan hakikatnya , hingga orang tadi mencetaknya! Kemudian terjadilah apa yang terjadi.” [selesai penukilan dari “Arsip Multaqo Ahlil Hadits”/4/hal. 2492]


Diterjemahkan sebagian oleh Abul-Harits dari Muqaddimah Raf'ul La'imah di Madinah, 21 Shafar 1434 H.

15 comments:

  1. Ada pembahasan ilmiah lain yang insya Allah bermanfaat di:

    http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/07/meninggalkan-shalat.html

    http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/11/pokok-iman-ashlul-iimaan-menurut-ahlus.html

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum.

    Kenapa antum tidak menanggapi coment di atas?

    ReplyDelete
  3. Wa'alaikumussalam warahmatullah,

    saya telah menanggapi beberapa tulian Al-Ustadz hafidzahullah di kolom komentar maupun artikel khusus di blog ini. Misalkan di artikel "Sahkah Iman Tanpa Amal" beserta jawaban terhadap komentar pembaca dan di kolom komentar "Nasehat Para Ulama terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halabi".

    Saya kira itu sudah mencukupi insyaallah.

    Perkataan Syaikhul Islam yang dibawakan oleh Al-Ustadz dalam artikel "Pokok Iman (Ashlul-Iman) Menurut Ahlus-Sunnah" sebagiannya terpotong. Contohnya nukilan Syaikhul Islam berikut,

    1. كما قال أهل السنة‏:‏ إن من ترك فروع الإيمان لا يكون كافرًا، حتى يترك أصل ..الإيمان‏.‏ وهو الاعتقاد

    “Sebagaimana dikatakan Ahlus-Sunnah : Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan cabang-cabang iman tidaklah menjadi kafir, hingga ia meninggalkan ashlul-iimaan, yaitu i’tiqaad...” [Al-‘Uquudud-Durriyyah, hal. 96].

    Jika kita hanya mengambil perkataan Syaikhul Islam yang ini dan mengabaikan perkataan-perkataan Syaikhul Islam yang lain, maka kesimpulannya TIDAK ADA KEKAFIRAN KECUALI DENGAN I'TIQAD. Ini jelas-jelas menyelisihi aqidah Ahlus-Sunnah dalam permasalahan iman. Karena menurut keyakinan Ahlus-Sunnah, seorang dapat terjatuh dalam kekafiran dengan UCAPAN, KEYAKINAN dan AMAL. Baik dari sisi fi'il (melakukan amal) maupun dari sisi at-tark (meninggalkan amal).

    Seandainya seorang tidak dikafirkan secara mutlak karena meninggalkan amal, maka perselisihan ulama salaf tentang hukum kekafiran seorang yang meninggalkan shalat mungkin tidak teranggap oleh mereka.

    Silahkan antum baca kembali kiritikan Syaikh Shalih Al-Fauzan dan Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi pada Syaikh Ali dalam permasalahan iman di artikel "Nasehat Para Ulama terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halabi".

    2.ظنهم أن الإيمان الذي في القلب يكون تاماً بدون شيء من الأعمال؛ ولهذا يجعلون الأعمال ثمرة الإيمان ومقتضاه، بمنزلة السبب مع المسبب ولا يجعلونها لازمة له‏.‏ والتحقيق أن إيمان القلب التام يستلزم العمل الظاهر بحسبه لا محالة، ويمتنع أن يقوم بالقلب إيمان تام بدون عمل ظاه

    "Termasuk kekeliruan mereka, yaitu Murji’ah adalah) prasangka mereka bahwa iman di dalam hati akan menjadi SEMPURNA tanpa adanya amal sedikitpun. Karena itu mereka menjadikan amal-amal sebagai buah dari iman dan hasilnya, sama seperti kedudukan sebab dan akibat. Mereka tidak menjadikan amal sebagai satu keharusan bagi iman. Padahal, iman yang sempurna di dalam hati mewajibkan amal dhaahir menurut kadarnya. Sudah pasti itu. Tidak mungkin ada iman yang SEMPURNA di dalam hati tanpa adanya amal dhaahir….." [Al-Iimaan oleh Ibnu Taimiyyah, hal. 160-161 & 162].

    Kekeliruan mereka dalam memahami kata "sempurna" dalam perkataan Syaikhul Islam telah dijelaskan dalam artikel "Sahkah Iman tanpa Amal?"

    Allahua'lam

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum

    barakallahufiikum. semoga Allah memuliakan antum dan juga Ahlus sunnah fii kulli makaan waz zamaan

    ana hanya ingin memastikan sikap antum terhadap artikel antum yang ini dan sebelumnya, apakah sampai dengan saat ini antum masih meyakini bahwasanya pemahamaan asy syaikh ali hasan dlm hal yang menjadikan beliau terfitnah (Irja') ini masih ada padanya?

    kemudian diskusi antum dengan ust Abul Jauzaa di sini(http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/10/surat-singkat-undocumented.html) apakah tidak cukum menjawab semua keyakinan antum terhadap syaikh ali?

    Akhukum


    Abu Nashir

    ReplyDelete
  5. Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh...

    Dahulu ketika saya berdiskusi dengan Ustadz Abul-Jauza hafidzahullah, saya hanya mengikuti ijtihad sebagian masyayikh Ahlussunnah terutama Syaikh Rabi', Syaikh Ubaid hafidzahumallah dan para ulama yang bersama mereka. Inti dari diskusi tersebut adalah pembahasan tentang sebagian tokoh-tokoh yang menyimpang karena menyelisihi salah satu ushul aqidah ahlussunnah dan perselisihan ulama dalam cara menyikapi mereka.

    Sebagian ulama menganggap tokoh-tokoh tersebut telah keluar dari barisan ahlussunnah dan sebagian yang lain masih menganggapnya sebagai ahlussunnah dan masih memaklumi kekeliruannya.

    Namun dengan berjalannya waktu, saya sadar bahwa permasalahan-permasalahan tersebut bukan merupakan konsumsi publik. Sebenarnya tulisan Al-Ustadz pun ketika menjawab komentar saya, saya telah mengetahui beberapa sumbernya. Kebanyakannya berasal dari situs kullalsalafiyyin maupun hasil source google yang lain. Saya dapat mendatangkan teks arabnya insya Allah, hanya saja dikemas dengan bahasa beliau sendiri. Jika saya mau, saya pun bisa menjawabnya dan memperpanjang pembahasan. Namun sekali lagi, saya melihat hal tersebut kurang bermanfaat..

    Berbeda dengan permasalahan iman yang sering saya bahas. Saya telah membaca tulisan-tulisan mereka sekaligus membaca beberapa bantahan yang ditulis para ulama dan thalibul ilmi. Saya berharap apa yang saya tuliskan (hasil terjemahan dari berbagai sumber), terhitung sebagai pembelaan terhadap aqidah Ahlussunnah dalam permasalahan iman. Bukan semata-mata untuk menjatuhkan Syaikh Ali Hasan.

    Jika melihat tulisan-tulisan update dari Ustadz Abul-Jauza dan kitab-kitab yang di link-kan yang berisi pembelaan terhadap syaikh Ali. Saya masih melihat beberapa permasalahan yang dikritik.

    Sebatas yang saya ketahui tentang Syaikh Ali, kitab At-Ta'riif wat Tanbi'ah yang ditulis oleh beliau dalam permasalahan iman lebih baik dibandingkan kedua kitab sebelumnya yaitu at-tahdzir min fitnatit takfir dan shaihatun nadzir. Keyakinan beliau setelah menulis kitab at-ta'rif wat tanbi'ah jauh berbeda dengan keyakinan beliau tatkala merekomendasikan kitab Murad Syukri yang berjudul Ihkamut Taqrir. Hingga Syaikh Ibnu Baz pun menasehatkan agar beliau rujuk dari keyakinannya dan Alhamdulillah beliau bersedia untuk rujuk dan mengakui kekeliruannya. Bukti apalagi yang lebih kuat dari ini??

    Jika ada yang berkata "Syaikh Ali hanya rujuk dari rekomendasi kitab Ihkamut Taqriir, beliau tidak rujuk dari kitab at-tahdzir dan shaihatun nadzir!!"

    Saya bertanya pada antum, "Kenapa Syaikh Ali rujuk dari merekomendasikan kitab Ihkamut Taqriir?? Jelaskan permasalahan iman yang keliru dalam kitab tersebut?? Sesungguhnya permasalahan yang dikritik adalah sama. Sehingga kita tidak perlu membuat permainan kata-kata untuk mengelabui pembaca.

    Saya persilahkan antum atau asatidzah untuk bertanya langsung kepada Syaikh Abdul Muhsin Al-Ababd, Syaikh Abdurrazaq, Syaikh Shalih As-Suhaimi, Syaikh Ali Nashir Faqihi, Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili atau Syaikh Sa'ad bin Nashir Asy-Syitsri hafidzahumullah tentang permasalahan iman yang dikrtik dari Syaikh Ali Hasan, benarkah?? atau hanya sekedar tuduhan yang tak berdasar??

    Adapun sikap Syaikh Rabi', Syaikh Ubaid, Syaikh Abdullah Al-Ghudayyan, Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Shalih Al-Luhaidan dan para ulama Al-Lajnah sangat jelas, tidak perlu dipertanyakan lagi. Deretan nama ulama terakhir yang saya sebutkan merupakan ulama kibar (sepuh dari sisi usia dan keilmuan). Meskipun mereka tidak menganggapnya sebagai ulama kibar.

    Permisalan Syaikh Ali dan para ulama tersebut bagaikan seorang ayah dan anaknya. Tentunya seorang anak harus memiliki adab terhadap ayahnya ataupun terhadap orang-orang yang lebih tua. Apalagi mereka adalah para yang menjadi rujukan umat, apakah beliau akan menjatuhkan kedudukan mereka seluruhnya??..Inilah diantara kritikan Syaikh Muhammad Bazmul terhadap Syaikh Ali yang masyhur dan telah tersebar di dunia maya.

    Wabillahittaufiq

    ReplyDelete
  6. akhi..ana ingin tanya..apa benar Syaikh Sa'ad bin Nashir Asy-Syitsri itu dikeluarkan dr hai'ah kibarul ulama' krn ada beberapa masalah pd diri beliau (terpengaruh ikhwani ato lainnya)? syukron..jazakallohu khair..

    ReplyDelete
  7. Saya tidak tahu secara pasti. Namun dari kabar yang saya ketahui, Tatkala beliau masih menjadi anggota Ha'iah Kibar Ulama, ijtihad beliau dalam beberapa permasalahan sering berseberangan dengan para ulama anggota Hai'ah yang lain sehingga terjadilah apa yang antum katakan. Beliau tetap berpegang dengan kebenaran yang beliau yakini dalam beberapa permasalahan, meskipun harus dikeluarkan dari aggota Hai'ah.

    Syaikh Sa'ad bin Nashir Asy-Syitsri adalah seorang ulama ahlussunnah salafy insya Allah. Beliau sering mengadakan muhadharah di Masjidil Haram, Makkah. Beliau juga menulis kitab yang membahas permasalahan iman berisi bantahan terhadap pemikiran Murji'ah Mu'asharah.

    waffaaqaniyallahu waiyyakum...

    ReplyDelete
  8. Anta Kenal dengan Syaikh Abu Bakr Al Baidony dan Syaikh Abdurrohman Al Amiry..beliau berdua merupakan Murid2 Syaikh Muqbil Rahimahulloh yg sudah dapat tazkiyah dr beliau Rahimahulloh..tp sayang sekali beliau berdua datang ke Indonesia utk memenuhi Undangan dari Link'y Sururiyyin, krn mungkin mereka akrab dengan asatidzah yg S3 dr kalangan mereka (sebagaimana mereka tulis biografi Syaikhan) "Beliau, Syaikh Abdurrahman, tinggal di Asrama mahasiswa yang berkeluarga, di Wihdah no 19 dan merupakan tetangga penulis. Juga beliau adalah tetanga para ustadz kita (yang berwarga Negara Indonesia) yang berada di Asrama ini adalah Ustadz Abdullah Roy yang sedang menempuh program S3 dibidang Akidah dan Ustadz Anas Burhanudin juga sedang menempuh S3 dibidang Fikih."..http://www.madinatulquran.or.id/?p=698..
    * Yang mengatakan Syaikh Sa'ad itu ada terpengaruh Ikhwani atau punya kesalahan yg besar sehingga dikeluarkan dari hai'ah kibarul Ulama' adalah seorang Ikhwan yang menukil percakapan Ustadz Dzul Akmal dengan Syaikh Ruzayq (Utusan Syaikh Robi' utk datang ke Indonesia)..tp ketika ana minta file rekaman'y, ikhwan tersebut tidak punya, sehingga ana agak sedikit meragukan kabar tersebut.
    Barokallohu Fiikum..

    ReplyDelete
  9. Afwan saya kurang tahu...

    Dalam permasalahan fitnah, kita tidak boleh sembarangan dalam menukil ucapan seseorang. Harus ada bukti, karena menyangkut kehormatan seorang ulama ahlussunnah dan para da'i ahlussunnah.

    Syaikh Muhammad Al-Imam rahimahullah berkata dalam kitab Al-Ibanah:

    "Dalam permasalahan fitnah tidak cukup kita menyatakan: "mengabarkan pada kami seorang yang tsiqah!!". Kita tidak sedang menolak khabar orang-orang yang tsiqah tersebut, namun terkadang seorang yang menukil tidak kuat hafalannya atau meriwayatkan dengan makna lalu ia menambah dan mengurangi khabar tersebut." atau dengan kalimat yang semakna

    Nasehat saya, jauhi al-qiil wal qaal (kata fulan atau kata 'allan). Datangkan bukti!! jika tidak, tidak perlu kita gubris perkataannya.

    waffaqanallahu waiyyakum

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah ada ustadz d indonesia yg mendapatan nuskhah dr tulisan Syaikh Maher bin Dzofir al Qahthaniy, yg menjelaskan bahwa Syaikh Sa'ad bin Nashir Asy-Syitsri itu bermanhaj muwazanah..
    Wallohu A'lam..

    ReplyDelete
  11. Jika antum berkenan, tolong sebutkan pada kami ustadz siapakah yang memiliki nuskhah tersebut? Kami ingin tatsabbut (mencari kejelasan pada beliau.

    Kami dan ikhwah salafiyyin Mekkah yang biasa ikut ta'lim di rumah Syaikh Rabi' tiap pekan. Ketika ada muhadharah Syaikh Sa'ad Asy-Syitsri di Mekah, temen-temen biasa pada ikut. Terakhir saya inget ada muhadhoroh beliau di bulan haji kemarin.

    Ustadz Al-Harits hafidzahullah(beliau di Dammaj, Yaman 5 tahun dan ikhwan Indonesia yang dipercaya menjadi penjaga maktabah Syaikh Muqbil) sekarang bersama kami di Universitas Islam Madinah. Beliau juga berangkat muhadhoroh Syaikh Sa'ad Asy-Syitsri hafidzahullah di Mekkah kemarin

    Ini khabar yang saya ketahui. Allahua'lam

    ReplyDelete
  12. insyaAlloh..nanti ana sampaikan k bliau..jika antum bermajelis dengan syaikh robi', coba tanya k bliau (syaikh robi') ato syaikh ruzaiq yg bliau adalah utusan syaikh robi' ke indonesia kemarin, bliau lbh tahu ttg keadaan syaikh sa'ad...dan khabar yg mengejutkan lagi, bliau tadi pagi dauroh bareng dengan syaikh ali hasan al halabi, syaikh musa alu nasr di daurah asatidzah yg d adakan org2 rodja di daerah trawas, mojokerto, indonesia..yg ini ada foto dan video'y..

    ReplyDelete
  13. akhi..ana ingin mengirimkan nama dan no telp ustadz tersebut, tp ahsan'y yg agak privat aja..bisa ana kirimkan kmn?

    ReplyDelete
  14. kirim ke email hanif_mdnh@ymail.com

    Jazakumullah khairan infonya.

    ReplyDelete
  15. Assalaualaikum, ustad ana mau tanya mengenai permaslahan tahzdir syaik Rabi kepada syaik Ali hasan di internet tesebar ucapan beliau namun hanya tertulis "mubtadi sebarkan ini dariku" tanpa penjelsan yang lain, sedang kan ma'ruf di ketahui bahwa awal fitnah murjiah sayikh ali hasan sayikh rabi termasuk yang membelanya lantas atas dasar apa syaih rabi memtabdi syaikh ali hasan,apakah ada tulisan khsus sarai syaikh rabi tetntang ini, karena diketahu dari tulisan beliau bahwa bagi yang menvonis harus memdatangkan hujjah yang jelas, mohon apakah bisa antum cari tahu dasar-dasra tabdi syaikh rabi terhadap syaih Ali sungguh ini amat penting buat ana, agar bisa tetap bersiakp objektif, imilah dan tidak taklid jazakallhukahiran katsira

    ReplyDelete