Ada sebuah komentar dari seorang ikhwah Indonesia, yang sangat disayangkan "sedikit" merendahkan Syaikh Abdullah Al-Bukhari hafidzahullah, ia berkata : "saya pernah bertanya kepada seorang teman saya (al-akh baidhawi) yang
sekarang belajar di jamiah islamiyah madinah tentang syeikh abdullah
albukhori, maka teman saya menjawab, dia seorang da'i biasa. jadi,
kenapa beliau dan "sebagian kita" menganggapnya sebagai salah satu ulama
kibar di madinah??".
Dalam benak saya, mungkin Al-Akh Baidhawi (teman ikhwah tersebut yang belajar di Universitas Islam Madinah) belum pernah ikut pelajaran Syaikh Abdullah Al-Bukhari, baik halaqah di Masjid Qiblatain maupun di Masjid Dzun Nurain atau mungkin juga belum kenal dekat dengan syaikh. Sehingga pada kesempatan ini saya ingin memperkenalkan kepada ikhwah tersebut biografi Syaikh Abdullah Al-Bukhari, siapakah guru-guru beliau, dimana syaikh menuntut ilmu dan tazkiyyah para ulama "kibar" kepada beliau.
Mudah-mudahan kita tidak tenggelam dalam hizbiyyah hanya karena Syaikh saya atau Ustadz saya berseberangan dengan Syaikh Abdullah Al-Bukhari, sehingga "Barangsiapa yang tidak bersama kami, maka ia adalah musuh kami". Padahal kaidah tadi seharusnya diterapkan kepada Ahlul Bid'ah dan para penyeru kesesatan. Kenapa diterapkan kepada seorang ulama ahlus-sunnah di Madinah? Meskipun Syaikh Abdullah Al-Bukhari bukan termasuk ulama "kibar" di Madinah, seharusnya seorang penuntut ilmu memiliki adab yang baik kepada seorang ulama. Dan meskipun Al-Akh belum menganggap syaikh sebagai ulama, paling tidak menghormati syaikh sebagai seorang Doktor yang mengajar di Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah. Beliau merupakan guru kita dan guru ustadz-ustadz kita. Hafidzahumullah jamii'an
Berikut biografi Asy-Syaikh Abdullah Al Bukhari,
Nama :
‘Abdullâh bin ‘Abdirrahîm bin Husain bin Mahmûd As-Sa’di kemudian Al-Bukhâri Al-Madîni. As-Sa’di adalah nisbah kepada Bani Sa’d yang berasal dari Ath-Thâ`if. Beliau dilahirkan di Madinah di desa Bâbut Tamâr.
Ayahnya :
Adapun tentang ayah beliau, yaitu Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm bin Husain
Al-Bukhâri rahimahullah, tumbuh dalam kondisi yatim. Telah hafal
Al-Qur`an semenjak kecil. Belajar di Madrasah Al-’Ulûm Asy-Syar’iyyah.
Beliau sangat berprestasi. Di tengah aktivitasnya, beliau juga sangat
aktif dan bersemangat menghadiri halaqah-halaqah ilmu di Masjid Nabawi dan mengambil ilmu dari para ‘ulama pada waktu itu.
Kemudian beliau pindah ke kota Riyâdh, bekerja sebagai staff Al-Malik
(Raja) ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah. Setelah itu beliau bekerja pada
bidang lain, dan pada awal tahun 1374 H bergabung pada Hai`ât Al-Amri
bil Ma’rûf. Pimpinan umumnya waktu itu adalah Asy-Syaikh Al-’Allâmah
‘Umar bin Hasan âlu Asy-Syaikh.
Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm Al-Bukhâri mendapat ijazah dan rekomendasi
yang ditandatangani oleh Asy-Syaikh ‘Umar bin Hasan âlu Asy-Syaikh atas
kebaikan prilaku dan tugas beliau. Ijazah tersebut bernomor 2396/Kh/M
tertanggal 25/9/1377 H.
Kemudian Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm pindah ke Madinah, bertugas di
Al-Mahkamah Asy-Syar’iyyah Al-Kubrâ pada tanggal 13 – 2 – 1380 H.
Pimpinan mahkamah pada waktu itu adalah Asy-Syaikh Al-’Allâmah ‘Abdul
‘Azîz bin Shâlih rahimahullah, beliau sekaligus imam dan khathib Masjid
Nabawi. Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm juga mendapat ijazah dari pimpinan
mahkamah tertanggal 21/9/1392 H. ditegaskan dalam ijazah tersebut :
“Selama bertugas menjadi teladan dalam kesungguhan dan semangat kerja.
Senantiasa menjalankan tugas dengan sangat baik.”
Kemudian pada tanggal 1 – 4- 1388 H, beliau pindah ke Universitas
Islam Madinah, dengan Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz rahimahullah
sebagai rektornya. Beliau juga mendapat ijazah dari Asy-Syaikh Al-Imâm ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz,
bahwa “Bersifat dengan prilaku dan akhlaq yang baik, dan sangat
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas.” Ijazah tersebut bernomor
338 tertanggal 27/31392 H. Beliau terus bertugas di Universitas Islam
Madinah sampai pensiun pada 1 – 7 – 1407 H.
Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm Al-Bukhâri adalah seorang yang sangat rajin
beribadah, bersemangat dalam ilmu, sangat mencintai dan menghormati para
‘ulama, konsisten berpegang kepada sunnah, dan sangat menentang bid’ah
dan para pengusungnya. Beliau juga menjaling hubungan sangat baik dan
erat dengan sejumlah ‘ulama besar Ahlus Sunnah, di antaranya Samâhatul
Imâm Al-’Allâmah Al-Mufassir Muhammad Al-Amîn Asy-Syinqhîthi (penulis
tafsir Adhwâ`ul Bayân ) rahimahullah, Samâhatul Imâm Syaikhul Islâm ‘Abdul ‘Azîz bin ‘Abdillâh bin Bâz rahimahullah, beliau juga sering berhubungan dengan Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Faqîh ‘Abdurrahmân As-Sa’di –bahkan
Asy-Syaikh Sa’di menghadiahkan kepada beliau sejumlah kitab yang
padanya ada tulisan tangan beliau. Kitab-kitab tersebut masih tersimpan-
, di antaranya juga : Al-’Allâmah Al-Muhaddits Hammâd Al-Anshâri,
Al-’Allâmah Al-Muhaddits ‘Abdul Muhsin Al-’Abbâd, Al-’Allâmah Al-Mujâhid
Muhammad Amân Al-Jâmi, Al-’Allâmah Rabî’ bin Hâdi Al-Madkhali, Al-’Allâmah ‘Umar bin Muhammad Fallâtah, dan masih banyak lagi.
Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm Al-Bukhâri wafat pada 23 Dzulhijjah 1422 H, di
dekat salah satu pintu masuk Masjid Nabawi, menjelang maghrib, dan
ketika itu beliau sedang bershaum. Meninggalkan 13 anak.
Menuntut Ilmu
Asy-Syaikh ‘Abdullâh bin ‘Abdirrahîm hafizhahullâh tumbuh di bawah
asuhan dan bimbingan kedua orang tuanya yang sangat antusias dan
memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu, serta upaya mendidik
anak-anak dengan pendidikan yang selamat dan lurus.
Beliau mulai menghafal Al-Qur`an semejak tahun-tahun pertama ketika
beliau duduk di madrasah ibtida`iyyah di Masjid Al-Imâm Al-Bukhâri (
ayah beliau sebagai penanggung jawab di masjid tersebut ).
Beliau dikarunai kecintaan terhadap ilmu hadits sejak kecil. Karena
itu beliau sangat bersemangat untuk mengumpulkan dan membaca kitab-kitab
tentang ilmu hadits, bertanya tentang perkara yang sulit, dan
menghafalnya.
Beliau juga sangat bersemangat untuk mempelajari kitab-kitab aqidah,
karena beliau melihat kebutuhan umat yang sangat besar terhadapnya. Itu
semua beliau lakukan dengan cara senantiasa rutin dan bermulâzamah di
Masjid Nabawi.
Guru-gurunya antara lain :
Dalam bidang Al-Qur`an dan Tajwid
1. Asy-Syaikh Muhammad Ramadhân Ad-Dahlawi
2. Asy-Syaikh Al-Mudaqqiq Sayyid Lâsyîn Abul Faraj hafizhahullâh, banyak
menimba ilmu dari beliau, terutama dalam penarapan tilawah dan praktek
langsung dalam bidang tajwid.
3. Asy-Syaikh Ahmad ‘Abdul Karîm rahimahullah.
4. Asy-Syaikh Muhammad Al-Marisi rahimahullah (juru tulis di Universitas
Islam Madinah dan imam di Masjid Al-Imâm Al-Bukhâri) Banyak mengambil
ilmu tajwid dari beliau. Juga belajar secara khusus risalah yang
berjudul Al-Burhân fî Tajwîdil Qur`an, karya Ash-Shâdiq Qamhari. Juga
belajar ilmu khath, baik teori maupun praktek. Demikian juga belajar
ilmu nahwu dengan mempelajari kitab Al-Âjurrûmiyyah.
5. Asy-Syaikh Mu’ammar Bakri bin ‘Abdil Majîd Ath-Tharâbîsyi. Mendapat
ijazah dari beliau dalam bidang Al-Qur`an. Juga mendapat ijazah umum
atas semua riwayat beliau yang didapat dari gurunya Asy-Syaikh Muhammad
bin Salîm Al-Hulwâni.
6. Asy-Syaikh Ahmad Al-Qâdhi hafizhahullâh. Secara khusus mengambil ilmu
dalam bidang tajwid, dan mempelajari kitab Haqqut Tilâwah karya Husni
Syaikh ‘Utsmân.
Dalam berbagai disiplin ilmu lainnya :
1. Al-’Allâmah An-Nâshih Ash-Shâdiq Ar-Rabbâni Asy-Syaikh Muhammad Amân
bin ‘Ali Al-Jâmi rahimahullah. Bermulâzamah kepada beliau selama 10
tahun. Mendapatkan ijazah dari beliau atas berbagai kitab yang
dipelajari dari beliau dalam berbagai disiplin ilmu, sebagaimana
tertulis dalam ijazah yang sangat menjadi kebanggaan Asy-Syaikh
Al-Bukhâri. Kitab-kitab yang dipelajari dari beliau, antara lain :
-Al-Ushûluts Tsalâtsah karya Syaikhul Islâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb
-Al-Qawâ’idul Arba’ karya Syaikhul Islâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb
-Kitâbut Tauhid karya Syaikhul Islâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb
-Fathul Majîd karya Asy-Syaikh ‘Abdurrahmân bin Hasan, cucu Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb.
-Qurratu ‘Uyûnil Muhawwidîn karya Asy-Syaikh ‘Abdurrahmân bin Hasan, cucu Syaikhul Islâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb
-Tajrîdut Tauhid karya Al-Maqrîzi
-Al-’Aqidah Al-Wâsithiyyah, karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah.
-Al-Hamawiyyah, karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah.
-At-Tadmûriyyah, karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah.
-Syarh Al-’Aqîdah Ath-Thahâwiyyah, karya Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi.
-Al-Qawâ’idul Mutslâ, karya Asy-Syaikh Al-’Utsaimîn.
-Qathrun Nadâ,
-Al-âjurrûmiyyah,
-Nailul Authâr (beberapa bab), karya Asy-Syaukâni.
-Zâdul Ma’âd, karya Ibnul Qayyim.
-Kitâbush Shiyâm dari kitab Shahîhul Bukhâri.
-’Umdatul Ahkâm, karya Abdul Ghanî Al-Maqdisi.
-dan masih banyak lagi mayoritasnya di Masjid Nabawi, sebagian lagi di masjid dekat rumah Asy-Syaikh Al-Jâmi, sebagiannya lagi di Masjid Ash-Shâni’ di desa Al-Mashâni’
2. Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Fâdhil ‘Abdul Muhsin bin Hamd Al-’Abbâd
hafizhahullâh. Bermulazamâh kepada beliau selama 16 tahun. Kitab-kitab
yang dipelajari dari beliau antara lain:
-Jilid terakhir kitab Shahîh Muslim
-Shahîh Al-Bukhâri
-Sunan An-Nasâ`i
-Sunan Abî Dâwûd
-Sebagian besar Jâmi’ At-Tirmidzi
-Al-Lu`lu` wal Marjân (belum sampai tamat)
-’Aqidah Ibni Abî Zaid Al-Qairâwani
Asy-Syaikh Al-Bukhâri bercerita, “Pada musim haji tahun 1420 H saya membaca di hadapan beliau satu juz Kitâbul Hajj dari kitab Syarhus Sunnah karya Al-Imâm Al-Baghawi rahimahullah. Kemudian pada musim haji tahun 1421 H saya membaca di hadapan beliau kitab Fatwâ Arkânil Islâm karya Asy-Syaikh Al-Utsaimîn. … .”
3. Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Mu`arrikh ‘Umar bin Muhammad
Fallâtah rahimahullah . Menghadiri pelajaran syarh terhadap kitab
Shahîh Muslim, Al-Muwattha`, dan syarh tentang sirah nabawiyyah.
4. Al-’Allâmah Al-Faqîh Asy-Syaikh ‘Athiyyah bin Muhammad Sâlim rahimahullah.
Menghadiri pelajaran syarh terhadap kitab Mudzakkirah Asy-Syinqithi fî
Ushûlil Fiqh, dan sebagian pelajaran kitab Ar-Rahbiyyah, yang membahas
tentang ilmu fara`idh, dan pelajaran kitab Syarh Al-Waraqât. Semua
pelajaran tersebut di Masjid Nabawi.
5. Asy-Syaikh Al-’Allâmah An-Nâshih ‘Ali bin Muhammad bin Sinân
rahimahullah. Mempelajari kitab Alfiyyah Ibni Mâlik, Irsyâdhul Fuhûl
karya Asy-Syaukâni, dan Ar-Raudh Al-Murabbâ’ fiqh hanbali.
6. Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Mujâhid An-Nâqid Asy-Syaikh Rabî’ bin Hâdi Al-Madkhali hafizhâhullâh.
Belajar kepada beliau di masjid dekat rumah beliau ketika itu, yaitu di
kampung Al-Azhari, beberapa pelajaran antara lain pelajaran Muqaddimah
Shahîh Muslim, At-Taqyîd wal îdhah karya Al-Hâfizh Al-’Irâqi, I’lâmul
Muwaqqi’în karya Ibnul Qayyim, dan Ikhtishâr ‘Ulûmil Hadîts karya Ibnu
Katsîr.
7. Al-’Allâmah Al-Mu`arrikh Al-Lughawi An-Nassâbah Shafiyyurrahmân Al-Mubârakfûri rahimahullah.
Duduk bersama beliau selama kurang lebih dua tahun. Membaca di hadapan
beliau beberapa bagian yang mencukupi dari Al-Kutubus Sittah
–sebagaimana tertulis dalam ijazah- dan mendapatkan ijazah Al-Kutubus
Sittah dari beliau (yaitu kitab : Shahîh Al-Bukhâri, Shahîh Muslim,
Sunan Abî Dâwûd, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasâ`i, Sunan Ibni Mâjah),
dan juga ijazah atas semua riwayat beliau yang bersambung dengan kitab
Al-Hâfizh Asy-Syaukâni Ithâful Al-Akâbir bi Isnâdid Dafâtir.
Juga membaca di hadapan beliau sebagian besar kitab Jâmi’
At-Tirmidzi, dan beberapa kitab dalam bidang lughah, terkhusu Nahwu dan
Sharaf, dan kitab-kitab yang tersebar di negeri India, di antara kitab
Syarh Mi`ah ‘âmil. Juga membaca di hadapan beliau beberapa kitab aqidah,
seperti Ushûlus Sunnah karya Al-Imâm Ahmad bin Hanbal, dll.
Pelajaran-pelajaran tersebut mayoritas di Masjid Nabawi dalam majelis
khusus.
8. Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Faqîh Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmi
rahimahullah. Menghadiri majelis pembacaan kitab Sunnan Abî Dâwûd di
rumah kediaman Asy-Syaikh Muhammad bin Hâdi Al-Madkhali. Kemudian beliau
(Asy-Syaikh An-Najmi) memberikan ijazah umum atas semua riwayatnya,
dengan nama Inâlatuth Thâlibîn bi Asâdîd Kutubil Muhadditsîn.
9. Al-’Allâmah An-Nabîh Asy-Syaikh ‘Alî bin Nâshir Al-Faqîhi
hafizhahullâh. Membaca di hadapan beliau sejumlah besar kitab aqidah,
antara lain kitab Sharîhus Sunnah karya Ibnu Jarîr Ath-Thabari, kitab
Sulâlatur Risâlah fî Dzammir Rawâfidh min Ahlidh Dhalâl karya Mulâ ‘Ali
Al-Qâri, pada musim haji tahun 1421 H.
10. Asy-Syaikh Al-Jalîl ‘Ubaid bin ‘Abdillâh Al-Jâbiri hafizhahullâh.
Membaca di hadapan beliau kitab Mudzakkirah Asy-Syinqîthi fî Ushûlil
Fiqh, As-Sailil Jarrâh (jilid I) karya Al-’Allâmah Asy-Syaukâni
rahimahullah.
11. Asy-Syaikh Al-Lughawi Al-Bâri’ ‘Abdurrahmân bin ‘Auf Al-Kûni.
Mempelajari kitab Malhatul I’rab karya Al-’Allâmah Al-Harîri, dan juga
mengikuti majelis pelajaran nahwu lainnya.
Para masyâikh ahlus sunnah lainnya yang mengajar beliau di Fakultas
Hadits di Universitas Islam Madinah juga termasuk guru-guru beliau.
Hubungan dengan Asy-Syaikh Al-’Allâmah ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz rahimahullah dan Asy-Syaikh Al-’Allâmah Muhammad bin Shâlih Al-’Utsaimîn rahimahullah :
Beliau berdua adalah ‘ulama besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah masa ini.
Tokoh besar salafiyyun masa ini yang sangat terhormat dan disegani.
Ketokohan dan kapasitas keilmuan dan keshalihan beliau berdua diakui
secara internasional, baik oleh kawan maupun lawan. Beliau berdua merupakan guru besar Asy-Syaikh ‘Abdullâh Al-Bukhâri.
Asy-Syaikh Al-Imâm ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz rahimahullah
Menghadiri majelis beliau di masjid di daerah Ath-Tha`if, pada musim
panas tahun 1408 H, membahas kitab Bulûghul Marâm karya Al-Hâfizh Ibnu
Hajar. Kemudian hadir pula di majelis pembacaan kitab Tuhfatul Ahwadzi
Syarh Jâmi’it Tirmidzi di kediaman beliau di Ath-Tha`if. Sering hadir
dalam majelis-majelis beliau dan menyampaikan berbagai pertanyaan kepada
beliau.
Asy-Syaikh Al-Bukhâri menuturkan : “Aku ingat, suatu waktu ketika aku
bertanya kepada beliau tentang belajar di Universitas Islam Madinah.
Maka beliau memberikan motivasi dan dorongan kepadaku. Kemudian aku
tanya lagi tentang Fakultas Hadits, maka beliau pun makin memberikan
motivasi kepadaku.”
Asy-Syaikh Al-Faqîh Muhammad bin Shâlih Al-’Utsaimîn rahimahullah.
Menghadiri pelajaran-pelajaran beliau di Masjidil Haram pada sepuluh
terakhir Ramadhân tahun 1407 H, ketika itu beliau mensyarh Hadits Jibril
yang sangat panjang. Menghadiri pelajaran beliau di ‘Unaizah pada musim
panas tahun 1408 H dan 1409 H. Demikian juga senantiasa hadir dalam
pelajaran beliau di Masjid Nabawi.
Hubungan dengan Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Muhaddits An-Nâqid Muhammad Nâshiruddîn Al-Albâni rahimahullah.
Ketika beliau rahimahullah berziarah ke Madinah pada tahun 1408 H,
maka kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh Asy-Syaikh Al-Bukhâri
untuk senantiasa menghadiri seluruh majelis-majelis beliau.
Majelis-majelis umum dan sebagian dari majelis khusus.
Asy-Syaikh Al-Bukhâri menuturkan kenangan manisnya bersama Asy-Syaikh
Al-Albâni : “Aku merasa mulia ketika aku berkesempatan untuk menyendiri
bersama beliau. Ketika itu beliau sedang berada di luar masjid hendak
menuju tempat tinggalnya. Maka aku menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
kepada beliau, sambil beliau memegang tanganku dan menyilangkan
jari-jari tangan kanan beliau dengan jari-jari tangan kiriku. Kemudian
beliau menanyaiku, bahwa siapa namaku dan belajarku.”
Karir Ilmiah
1. Lulus dari Fakultas Hadits Al-Jâmi’ah Al-Islâmiyyah (Universitas
Islam) Madinah pada tahun ajaran 1410 – 1411 H dengan peringkat : sangat
baik.
2. Guru/Pengajar Ad-Dirâsât Al-Islâmiyyah (Studi Ilmu Islam) di madrasah
Ibtida`iyyah dan Tsanawiyyah selama 6 tahun, di bawah Departemen
Pendidikan dan Pengajaran.
3. Tahun 1417 H melanjutkan jenjang Magister (S2) di Universitas Ummul
Qurâ Makkah Al-Mukarramah, Fakultas Da’wah dan Ushûlud Dîn Jurusan
Al-Kitâb was Sunnah. Lulus dengan predikat cumlaod.
4. Menulis tesis magister dengan judul Marwiyyât Abî ‘Ubaidah bin
‘Abdillâh bin Mas’ûd ‘an Abîhi Jam’an wa Dirâsatan. Diuji pada 21 – 8 –
1420 H, dan berhasil meraih cumload dengan anjuran untuk mencetak tesis
tersebut.
5. Tahun 1418 H pindah dari Departemen Pendidikan dan Pengajaran ke
Universitas Islam Madinah, kembali ke Fakultas Hadits jurusan Fiqhus
Sunnah wa Mashâdiruhâ.
6. Berhasil meraih gelar doktor pada tahun 1426 H dengan tesis tahqîq
(penelitian) atas kitab Takmilatu Syarh At-Tirmidzi karya Al-Hâfizh
Al-’Irâqi, mulai awal kitab ar-radhâ’ sampai pada penghujung kitab Idzâ
Aflasa lirrajuli Gharîm. Dengan prestasi cumlaude pada level utama.
7. Sekarang sebagai Ustâdz Musâ’id pada Fakultas Hadits jurusan Fiqhus Sunnah wa Mashâdiruhâ.
Karya-karya Tulis :
Tidak diragukan, bahwa ikut berperan aktif dalam mengumpulkan ilmu dan
menyebarkannya merupakan perkara yang sangat penting dan mulia. Allah telah memberikan nikmat dan taufiqnya kepada Asy-Syaikh Al-Bukhâri untuk
juga memiliki andil yang besar pada sisi ini. Beliau memiliki banyak
karya tulis ilmiah yang beliau tekuni sejak lama. Tidak lain adalah
dalam rangka ikut berperan aktif menyebarkan ilmu yang bersumber dari
Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas manhaj salaf.
Di antara karya tulis beliau :
1. Marwiyyât Abî ‘Ubaidah bin ‘Abdillâh bin Mas’ûd ‘an Abîhi Jam’an wa
Dirâsatan (karya tulis), dicetak oleh penerbit Dâr Adhwâ’is Salaf
Al-Mishiryyah.
2. Takmilatu Syarh At-Tirmidzi karya Al-Hâfizh Al-’Irâqi (tahqîq). Belum dicetak.
3. Manârus Sabîl bi Takhrîji Juz`i Ibni Dîzîl (tahqîq) dicetak oleh
penerbit Al-Ghurabâ` Madinah pada tahun 1413 H. dicetak ulang lagi pada
tahun ini 1429 H oleh penerbit Dâr Al-Imâm Ahmad Mesir.
4. Ithâful Nubalâ` bi Adillati Tahrîm Ityânil Mahal Al-Makrûh minan Nisâ`
(karya tulis) dicetak pada tahun 1414 H, oleh penerbit Dârul Ghurabâ`
Madinah, dicetak ulang pada tahun 1428 H oleh penerbit Dârul Minhâj,
Mesir.
5. Riyâdhul Jannah bi Takhrîji Ushûlis Sunnah libni Abî Zamanin (tahqîq
dan takhrîj) dicetak tahun 1414 H oleh penerbit Dârul Ghurabâ`, dicetak
ulang oleh Dâr Adhwâ`is Salaf, Mesir pada tahun ini 1429 H.
6. Tuhfatul Ikhwân bi Takhrîji Majlisi min Amâli Ibni Bisyrân (takhrîj dan tahqîq) masih tulisan tangan belum dicetak.
7. At-Tanbîh wal Irsyâd litajâwuzât Mahmûd Al-Haddâd (karya tulis), fotocopy, publikasi tahun 1414 H.
8. Al-Fathul Rabbâni fir Radd ‘alâ Abil Hasan As-Sulaimâni (karya tulis)
dicetak tahun 1424 H oleh penerbit Dârul âtsâr, Yaman, dan dicetak pula
pada tahun 1425 H oleh penerbit Dâr Mâjid ‘Asîrî, Jeddah – Saudi.
9. At-Taudhîhul Abhar li Tadzkirati Ibnil Mulaqqin fî ‘Ilmil Atsar karya
Al-Hâfizh As-Sakhâwi (tahqîq) dicetak oleh Dâr Adhwâ`is Salaf, Riyadh –
Saudi tahun 1418 H, dan tahun ini dicetak lagi oleh penerbit Dâr Al-Imâm
Ahmad, Mesir.
10. Al-Maqâlat Asy-Syar’iyyah/kumpulan pertama, (karya tulis), dengan
pengantar dari Al-’Allâmah Asy-Syaikh Ahmad An-Najmi rahimahullah dan
Al-’Allâmah Asy-Syaikh Zaid Al-Madkhali hafizhahullâh, dicetak oleh
Dârul Madînah Al-’Amaliyyah, Imarat pada tahun 1428 H, dan dicetak pula
oleh Dâr Adhwâ`is Salaf, Mesir pada tahun yang sama.
11. Al-Maqâlat Asy-Syar’iyyah/kumpulan kedua (karya tulis), dicetak oleh Dâr Adhwâ`is Salaf, Mesir pada tahun 1429 H.
12. Al-Ajwibah Al-Madaniyyah ‘an Al-As`ilatil Haditsiyyah (karya tulis)
dicetak pada tahun 1429 H oleh penerbit Dârul Istiqamah, Mesir.
13. Mushthalahâtul Muhadditsîn fî Kitâbatil Hadîts wa Dhabthihi wa
Ishlâhihi (pembasan ilmiah) telah diuji oleh Universitas Al-Imâm
Muhammad bin Su’ûd. Diangkat oleh universitas dan akan ditampilkan dalam
beberapa edisi majalah universitas. Semoga Allah memudahkan
penerbitannya.
14. Su`âlât Al-Imâm Abî Zur’ah Ad-Dimasyqi li Al-Imâm Ahmad bin Hanbal fi
Kitâbihi (at-Târîkh), Jam’an wa Dirâsatan (karya tulis), pembahasan
ilmiah telah diuji oleh Lembaga Riset Ilmiah Universitas Islam Madinah.
Kemudian akan dicetak oleh Dârul Istiqâmah, Mesir. Semoga Allah
memudahkan penerbitannya.
15. Tamâmul Minnah bi Syarh Ushûlis Sunnah li Al-Imâm Al-Humaidi
(transkrip atas pelajaran) – (karya tulis), dicetak oleh Dârul
Istiqâmah, Mesir tahun 1429 H.
16. At-Ta’liqât Ar-Radhiyyah ‘alâ Al-Manzhûmah Al-Baiqûniyyah (karya
tulis), akan dicetak oleh Dârul
Istiqâmah, Mesir. Semoga Allah
memudahkan penerbitannya.
17. Kemudian Dârul Istiqâmah juga meminta naskah transkrip atas transkrip
2 kaset syarh kitab Al-Mûqizhah karya Adz-Dzahabi. Semoga Allah
memudahkan penerbitannya.
18. At-Ta’liqât Ar-Radhiyyah ‘alâ Al-’Aqîdah Al-Wâsithiyyah karya
Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah. Syarh yang telah ditranskrip, tahun 1424
H. Naskahnya diminta oleh Dârul Falâh untuk dicetak. Saat ini masih
dalam proses murâja’ah.
Dan masih banyak lagi selain yang tersebut di atas. Semoga Allah membantu dan memudahkan.
Kitab-kitab yang diajarkan :
Kitab-kitab yang diajarkan oleh Asy-Syaikh Al-Bukhâri hafizahullâh dalam berbagai pelajaran beliau, antara lain:
1.Haqqut Tilâwah, dalam bidang ilmu tajwid. Karya Husni Syaikh ‘Utsmân.
2.Al-Burhân fi Tajwîdil Qur`an , karya Ash-Shâdiq Al-Qamhâwi.
3.Al-Ushûlts Tsalâtsah.
4.Al-Qawâ’idul Arba’ah.
5.Kitâbut Tauhîd (ketiga kitab ini karya Al-Imâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb v).
6.Fathul Majîd Syarh Kitâbit Tauhîd.
7.Sullamul Wushûl, karya Al-’Allâmah Hâfizh Hakami.
8.Ushûlus Sunnah, karya Al-Humaidi.
9.As-Sunnah, karya Al-Muzani.
10.Sharîhus Sunnah, karya Ibnu Jarîr Ath-Thabari.
11.As-Sunnah, karya ‘Abdullah bin Al-Imâm Ahmad.
12.Al-Imân, karya Abû ‘Ubaid Al-Qâsim bin Sallâm.
13.Kitâbut Tauhîd dari kitab Shahîh Al-Bukhâri.
14.Kitâbul Imân dari kitab Shahîh Al-Bukhâri.
15.Al-Wâsithiyyah, karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah.
16.Kitâbur Riqâq dari kitab Shahîh Al-Bukhâri.
17.Al-Manzhûmah Al-Baiqûniyyah.
18.Ikhtishâr ‘Ulûmil Hadîts, karya Ibnu Katsîr.
19.At-Taudhîhul Abhar li Tadzkirati Ibnil Mulaqqin fî ‘Ilmil Atsar karya Al-Hâfizh As-Sakhâwi.
20.Al-Mûqizhah karya Adz-Dzahabi.
21.Al-Muqni’ fî ‘Ulûmil Hadîts karya Ibnul Mulaqqin.
22.Irsyâd Thullâbil Haqâ`iq, karya Al-Hâfizh An-Nawawi.
23.Muqaddimah Shahîh Muslim bin Al-Hajjâj.
24.Nukhbatul Fikar fî Mushthalahi Ahlil Atsar, karya Al-Hâfizh Ibni Hajar.
25.Mukhtashar Shahîhil Bukhâri, karya Az-Zubaidi.
26.Al-Adabul Mufrad karya Al-Imâm Al-Bukhâri.
27.’Umdatul Ahkâm Al-Kubrâ karya Al-Hâfizh Al-Maqdisi.
28.’Umdatul Ahkâm Ash-Sughrâ karya Al-Hâfizh Al-Maqdisi.
29.Bulûghul Marâm min Adillatil Ahkâm karya Al-Hâfizh Ibnu Hajr.
30.Al-Anjam Az-Zâhirât ‘ala Hill Alfâzhil Waraqât, karya Al-Mâridîni Asy-Syâfi’i.
31.Al-Arba’în An-Nawawiyyah.
32.Minhâjus Sâlikîn, karya Al-’Allâmah As-Sa’di.
33.Bahjatul Qulûbil Abrâr, karya Al-’Allâmah As-Sa’di.
34.Al-Muharrar fîl Hadîts, karya Al-Hâfizh Ibnu ‘Abdil Hâdi.
35.Ar-Risâlah At-Tabûkiyyah, karya Al-Imâm Ibnul Qayyim.
36.Al-Wâbilush Shayyib min Al-Kallimith Thayyib, karya Al-Imâm Ibnul Qayyim.
37.Ad-Durûsul Muhimmah li ‘âmmatil Ummah, karya Al-’Allâmah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz.
38.Dhawâbithul Jarh wat Ta’dîl, karya ‘Abdul ‘Azîz ‘Abdul Lathîf.
39.Ar-Raf’u wat Takmîl fil Jarh wat Ta’dîl, karya Al-Kanawi Al-Hindi.
40.Thuruq Takhruju Hadîts Rasûlillâh .
41.Al-Jâmi’ li Akhlâqir Râwi wa âdâbis Sâmi’, karya Al-Hâfizh Al-Khathîb Al-Baghdâdi.
42.Al-Âjurrûmiyyah.
Dan masih banyak lagi lainnya.
Para ‘Ulama Senior yang memberikan Ijazah
Para ‘ulama kibâr (senior) Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang memberikan ijazah kepada Asy-Syaikh ‘Abdullâh Al-Bukhâri, antara lain :
1. Asy-Syaikh Bakri Ath-Tharâbîsyi.
2. Al-’Allâmah An-Nâshih Ash-Shâdiq Ar-Rabbâni Asy-Syaikh Muhammad Amân bin ‘Ali Al-Jâmi rahimahullah.
3. Al-’Allâmah Al-Mu`arrikh Al-Lughawi An-Nassâbah Shafiyyurrahmân Al-Mubârakfûri rahimahullah.
4. Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Faqîh Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmi rahimahullah.
5. Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Muhaddits Abû Muhammad Badî’uddîn Asy-Syahur
Rasyîd As-Sindi Asy-Syarîf rahimahullah. Ijazah “Munjidul Mustajîz li
Riwâyatis Sunnah wal Kitâbil ‘Azîz” tertanggal 15 Rajab 1416 H.
Dan masih banyak lagi. Ada pula para ‘ulama yang mengirimkan ijazah kepada beliau, tanpa beliau minta.
Pujian dan Tazkiyyah Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Mujâhid Al-Wâlid Asy-Syaikh Rabî’ bin Hâdi Al-Madkhali hafizhahullâh
Asy-Syaikh Rabî’ ditanya : “Bagaimana pendapat engkau menghadiri
pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh Asy-Syaikh ‘Abdullâh
Al-Bukhâri?”
Beliau hafizhahullâh menjawab : “Saya menasehatkan kepada kaum muda
di Madinah untuk menghadiri pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh
Al-Akh ‘Abdullâh Al-Bukhâri, karena sesungguhnya dia adalah termasuk
orang-orang terbaik di kalangan Ahlus Sunnah, dan termasuk orang-orang
yang senantiasa membelanya dalam setiap kesempatan sepengetahuanku. Dia
rajin menulis, beraktivitas, dan bergerak dalam rangka membela sunnah
dan ahlus sunnah lebih banyak daripada mayoritas orang-orang yang
memeranginya dari kalangan ahlul ahwâ` (pengikut hawa nafsu), baik dulu
maupun sekarang. Jadi dia (Asy-Syaikh ‘Abdullâh Al-Bukhâri) adalah di
antara orang-orang terbaik di kalangan ahlus sunnah, Insyâ`allâh.
Kita memohon kepada Allah agar mengokohkan kita dan dia di atas sunnah dan menjadi kita semua bermanfaat. Tidaklah aku tahu tentangnya, kecuali dia adalah salafy yang baik. Kita semua sering berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang sering berbuat salah adalah orang yang senantiasa bertaubat.
Kita memohon kepada Allah agar mengokohkan kita dan dia di atas sunnah dan menjadi kita semua bermanfaat. Tidaklah aku tahu tentangnya, kecuali dia adalah salafy yang baik. Kita semua sering berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang sering berbuat salah adalah orang yang senantiasa bertaubat.
Maka saya wasiatkan dengan pria ini (Asy-Syaikh ‘Abdullâh), karena dia
di antara lulusan terbaik Al-Jâmi’ah Al-Islâmiyyah (Universitas Islam
Madinah), menyandang gelar magister, dan sekarang sedang menempuh
doktoral. Dia orang yang sangat cerdas, pemuda yang sangat cerdas. Saya
mengenalnya berada di atas manhaj salafi, insyâ`allâh. Maka hadirlah
kalian (pada pelajaran-pelajaran)nya, dan ambillah faedah darinya.”
[Tazkiyyah ini beliau sampaikan pada hari Jum'at 14 Jumâdal Ulâ 1425
H, dalam tanya jawab pada pelajaran Kitâbusy Syarî'ah karya Al-Imâm
Al-âjurri (Bab : Beriman kepada Telaga yang diberikan kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam), tepatnya pada menit 42 : 35]
(Sumber : Email dari al Akh Abu Amr. File PDF di http://www.salafy.or.id/upload/biografialBukhari.pdf)
No comments:
Post a Comment