Siapa yang tak kenal air Zamzam. Rasanya yang segar dan menyejukkan,
khasiat yang dikandung, plus keutamaan-keutamaannya yang disebutkan di
dalam hadits-hadits merupakan beberapa alasan kenapa air yang dijadikan
oleh-oleh haji yang satu ini banyak ditunggu..
Sumur Zamzam adalah sumur yang digali oleh malaikat. Disebutkan oleh
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam riwayat Al-Bukhari rahimahullahu
bahwasanya tatkala Hajar, istri Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
ditinggalkan sendiri di lembah Mekah, bayi Nabi Ismail menangis
kehausan. Hajar pun melihat keadaan sekitar (waktu itu Mekah adalah
tempat yang tandus, tidak ada mata air sehingga tidak ada penghuninya).
Dia berbolak-balik dari bukit Shafa dan Marwah, mencari bala bantuan.
Hingga, pada kali yang ketujuh dia mendengar suara. Ternyata, itu adalah
malaikat yang sedang membuat sebuah mata air.
Mata air inilah yang menjadi cikal bakal kota Mekah. Karena air
adalah sesuatu yang sangat berharga di padang pasir, orang pun mulai
berdatangan untuk singgah. Ditambah Ka’bah yang merupakan tempat haji
bagi penganut agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, Kota Mekah pun menjadi
sebuah kota penting.
Dahulu, sumur Zamzam sempat terkubur dan tertinggalkan. Hingga, Abdul
Muththalib, kakek Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam, menggalinya
kembali. Disebutkan oleh ahli sejarah Islam, Ibnu Ishaq rahimahullahu
(w. 150 H) dalam sebuah riwayat dari Ali bin Thalib radhiyallahu ‘anhu,
dia menuturkan bahwa saat Abdul Muththalib sedang tidur di Hijr (yang
sekarang lebih dikenal dengan Hijr Ismail), dia bermimpi untuk menggali
sumur. Demikianlah, akhirnya dia pun menggali sumur tersebut untuk
memberi minum orang-orang yang berhaji (syariat haji sudah ada sejak
zaman Nabi Ibrahim ‘alaihis salam).
Sumur Zamzam berada di dalam kompleks Masjidil Haram sekitar 20 m di
timur Ka’bah. Dalamnya sekitar 30,5 m dan diameter sekitar 1,8-2,66 m.
Dari sisi ilmu hidrologi, sumur Zamzam terletak di lembah Ibrahim yang
terbentang di sepanjang kota Mekah Al-Mukarramah. Sumur ini menyerap air
tanah pegunungan sekitarnya.
Skematis sumur Zamzam adalah sebagai berikut: Dari permukaan tanah
hingga kedalaman 13,5 m terdiri atas lapisan aluvium lembah Ibrahim yang
terdiri dari pasir halus, kemudian 0,5 m setelahnya merupakan lapisan
batu permeabel, dan selebihnya sekira 17 m hingga dasar sumur adalah
lapisan batuan beku diorit.
Badan yang ditugasi pemerintah Arab Saudi untuk mengurusi sumur
Zamzam, Saudi Geological Survey (SGS), menyatakan bahwa luas cekungan
yang menyuplai air bagi sumur ini hanyalah 60 km persegi saja. Padahal,
curah hujan di sana hanya 100 mm pertahun. Tentunya merupakan keajaiban
bahwa sumur di padang pasir tandus dengan curah hujan rata-rata yang
kecil ini mampu memasok kebutuhan lebih dari 2 juta jamaah haji tiap
tahunnya. Subhanallah!
Dahulu sumur Zamzam terletak di dalam sebuah bangunan berukuran 8,3 m
x 10,7 m. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah jamaah haji, maka
pihak kerajaan Saudi mengambil kebijakan untuk memperluas tempat thawaf.
Hal ini berkonsekuensi dipindahkannya bangunan ini ke bawah tanah.
Sekarang, bangunan sumur Zamzam ini berada di bawah tanah dengan
panel kaca yang memungkinkan untuk melihatnya. Namun, tidak sembarang
pengunjung diperbolehkan untuk memasukinya meskipun masih tetap bisa
menikmati kesegarannya di pos-pos keran air Zamzam yang juga telah
tersedia gelas kecil di sana.
Air Zamzam adalah air yang memiliki berkah yang bisa digunakan baik
untuk mengganjal perut dari lapar ataupun obat dari penyakit. Tak perlu
ragu, Rasul shallallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda dalam hadits
yang shahih,
“Sesungguhnya air Zamzam adalah air berkah. Zamzam mengenyangkan
seperti makanan dan obat bagi penyakit.” (HR. Ath-Thayalisi, dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’)
Soal rasa dan segarnya pun tidak berubah dari zaman ke zaman. Nah,
inilah Zamzam, salah satu mukjizat yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala
karuniakan kepada umat ini. Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 03 vol. 01 1432 H /
2011 M, hal. 86-87. Penulis: Abdurrahman. Artikel ini telah mengalami
sedikit perubahan dari sumber asli tanpa mengurangi isi tulisan.
Diambil dari www.fadhlihsan.wordpress.com
No comments:
Post a Comment