Sering kita
mendengar sebagian tokoh ormas di negeri ini menjadikan syariat Islam sebagai
bahan canda dan tertawaan. Mereka mengatakan jilbab adalah budaya Arab, mereka
mengatakan cadar adalah busana Arab, mereka mengatakan bahwa berjubah dan berjenggot
sama persis dengan Abu Jahal dan beragam kicauan yang lain.
Mereka tidak berani mengolok-olok syariat Islam terang-terangan, karena tentu akan mendapat penolakan keras dari masyarakat. Namun langkah yang mereka ambil adalah berupaya menggiring opini masyarakat bahwa pengamalan syariat Islam itu tidak perlu, karena hanya ikut-ikutan budaya Arab, seolah-olah istilah Arab sangat rendah dalam pandangan mereka.
Mereka tidak berani mengolok-olok syariat Islam terang-terangan, karena tentu akan mendapat penolakan keras dari masyarakat. Namun langkah yang mereka ambil adalah berupaya menggiring opini masyarakat bahwa pengamalan syariat Islam itu tidak perlu, karena hanya ikut-ikutan budaya Arab, seolah-olah istilah Arab sangat rendah dalam pandangan mereka.
Tahukah
mereka bahwa Rasulullah adalah orang Arab, Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa
Arab, hadits nabi berbahasa Arab, kiblat (Ka’bah) umat Islam berada di Arab,
umat muslim di seluruh dunia tiap tahun berbondong-bondong pergi ke Arab
menunaikan ibadah Haji, para ulama dan
imam besar umat Islam semisal Asy-Syafi’i adalah keturunan Arab, kitab-kitab
monumental para ulama Islam dari masa ke masa berbahasa Arab, bahkan saat
melakukan shalat, mereka menggunakan bahasa Arab bukan?
Dalam
artikel ini, saya ingin mengemukakan beberapa hadits khusus berkenaan dengan
keutamaan Arab.
Rasulullah
adalah Keturunan Arab
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
بعثت من خير قرون بني آدم؛ قرناً فقرناً؛ حتى بعثت
من القرن الذي كنت فيه
“Aku diutus
dari sebaik-baik generasi anak Adam, generasi demi generasi, hingga aku diutus
dari generasi yang aku berada di dalamnya” [HR. Al-Bukhari]
Dalam hadits
Watsilah bin Al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu
‘laihi wasallam bersabda:
إن الله اصطفى كنانة من ولد إسماعيل، واصطفى قريشا
من كنانة، واصطفى من قريش بني هاشم، واصطفاني من بني هاشم
“Sesungguhnya
Allah memilih Kinanah dari anak keturunan Isma’il, memilih Quraisy dari
Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy dan memilihku dari Bani Hasyim” [HR.
Muslim]
Dari
Muthallib bin Abi Wada’ah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Al-Abbas datang
menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seolah-olah ia mendengar
sesuatu, kemudian Rasulullah naik mimbar dan bersabda:
أنا محمد ، بن عبد الله ، بن عبد
المطلب ، ثم قال : إن الله خلق الخلق فجعلني في خيرهم ، ثم جعلهم فرقتين فجعلني في
خير فرقة ، ثم جعلهم قبائل فجعلني في خيرهم قبيلة ، ثم جعلهم بيوتا فجعلني في
خيرهم بيتا ، وخيرهم نفسا
“Aku adalah
Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthalib”, beliau melanjutkan: “Sesungguhnya Allah
menciptakan makhluk, dan menjadikanku dari sebaik-baik makhluk. Kemudian
menjadikan mereka menjadi dua kelompok, maka Dia menjadikanku dari kelompok
yang terbaik. Kemudian menjadikan mereka bersuku-suku, maka Dia menjadikanku
dari suku yang terbaik. Kemudian menjadikan rumah-rumah (keluarga), maka Dia
menjadikanku dari sebaik-baik keluarga dari mereka dan menjadikanku sebagai manusia
yang terbaik” [HR. At-Tirmidzi no. 3532 dan Ahmad no. 1791, hasan]
Dua kelompok
yang dimaksud dalam hadits Muthallib bin Abi Wada’ah di atas adalah kelompok Arab
dan Ajam, sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam riwayat At-Thabrani
dalam Al-Mu’jam Al-Ausath, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إن الله حين خلق
الخلق بعث جبريل، فقسم الناس قسمين، فقسم العرب قسما، وقسم العجم قسما، وكانت خيرة
الله في العرب
“Sesungguhnya
ketika Allah menciptakan makhluk, Dia mengutus Jibril, kemudian membagi manuia
menjadi dua bagian, satu bagian adalah Arab dan satu bagian adalah Ajam. Dan (manusia)
pilihan Allah berasal dari Arab”[1]
Al-Qur’an
Berbahasa Arab
Allah ta’ala
berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً
لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya
Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab agar kalian dapat memahami”
[QS. Yusuf: 2]
Di dunia ini
terdapat ratusan bahkan ribuan ragam bahasa, namun Allah ta’ala memilih lisan Arab
sebagai bahasa kitab-Nya, Dia lah zat yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik.
Asy-Syafi’i rahimahullah
berkata:
ولسان العرب أوسع الألسنة مذهبًا، وأكثرها ألفاظًا
“Bahasa Arab
adalah bahasa yang paling luas madzhabnya, dan yang paling banyak lafadznya”
Abu Hatim
Ar-Razi rahimahullah berkata:
العربية والعبرانية والسريانية والفارسية، وأن
أفضل هذه الأربع لغة العرب، فهي أفصح اللغات وأكملها وأتمها وأعذبها وأبينها
“…Arab,
Ibrani, Suryani, Farisi dan bahasa Arab adalah yang paling utama dari empat
bahasa itu. Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling fasih, paling sempurna,
paling indah dan paling jelas”
Abu Manshur
Ats-Tsa’alibi rahimahullah berkata:
ومن هداه الله للإسلام، وشرح صدره للإيمان، وآتاه
حسن سريرة فيه، اعتقد أن محمدًا خير الرسل، والإسلام خير الملل، والعرب خيرالأمم،
والعربية خير اللغات والألسنة، والإقبال عليها وعلى تفهمها من الديانة، إذ هي أداة
العلم
“Barangsiapa
yang diberikan hidayah oleh Allah dengan Islam, dilapangkan dadanya dengan iman,
diberikan hiasan berupa akhlak yang baik, ia akan meyakini bahwa Muhammad
adalah sebaik-baik rasul, Islam adalah sebaik-baik agama, Arab adalah
sebaik-baik umat, Bahasa Arab adalah sebaik-baik bahasa, mempelajari dan
memahaminya termasuk dari agama. Bahasa Arab merupakan sarana untuk memperoleh
ilmu”
Abu Al-Hasan
Ahmad bin Faris rahimahullah berkata:
فلما خَصّ - جل ثناؤه - اللسانَ العربيّ بالبيانِ
عُلِمَ أن سائر اللغات قاصرةٌ عنه، وواقعة دونه
“Ketika
Allah jalla tsana’uhu mengkhususkan bahasa Arab sebagai penjelas (dalam
kitab-Nya), maka diketahui bahwa selain bahasa Arab memiliki kekurangan dan
kedudukannya berada di bawah bahasa Arab”
Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata:
إنما يعرف فضل القرآن مَن عرف كلام العرب
“Yang
mengetahui keutamaan Al-Qur’an hanyalah orang-orang yang mengetahui perkataan
(bahasa) Arab”
Melebihkan
Keutamaan Arab di atas Ajam Merupakan Aqidah Ahlus-Sunnah wal Jama’ah
Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata:
الذي عليه أهل السنة والجماعة
اعتقاد أن جنس العرب أفضل من جنس العجم : عبرانيهم ، وسريانيهم ، رومهم ، وفرسهم ،
وغيرهم .
وأن قريشا أفضل العرب ، وأن بني هاشم أفضل قريش ، وأن رسول الله صلى الله عليه وسلم أفضل بني هاشم ، فهو أفضل الخلق نفسا ، وأفضلهم نسبا .
وليس فضل العرب ، ثم قريش ، ثم بني هاشم ، بمجرد كون النبي صلى الله عليه وسلم منهم - وإن كان هذا من الفضل - بل هم في أنفسهم أفضل ، وبذلك ثبت لرسول الله صلى الله عليه وسلم أنه أفضل نفسا ونسبا
وأن قريشا أفضل العرب ، وأن بني هاشم أفضل قريش ، وأن رسول الله صلى الله عليه وسلم أفضل بني هاشم ، فهو أفضل الخلق نفسا ، وأفضلهم نسبا .
وليس فضل العرب ، ثم قريش ، ثم بني هاشم ، بمجرد كون النبي صلى الله عليه وسلم منهم - وإن كان هذا من الفضل - بل هم في أنفسهم أفضل ، وبذلك ثبت لرسول الله صلى الله عليه وسلم أنه أفضل نفسا ونسبا
“Ahlus-Sunnah
wal Jama’ah meyakini bahwa jinsul Arab lebih utama dari jinsul Ajam, meskipun ia
berasal dari Ibrani, Suryani, Romawi, Persia dan lainnya. Quraisy adalah
sebaik-baik Arab, Bani Hasyim adalah
sebaik-baik Quraisy dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
sebaik-baik Bani Hasyim. Beliau adalah makhluk yang paling utama dan berasal
dari nasab yang terbaik.
Rasulullah
berasal dari keturunan Arab, Quraisy, Bani Hasyim bukanlah satu-satunya alasan
kenapa bangsa tersebut memiliki keutamaan, meskipun ini juga terhitung sebagai
keutamaan. Namun bangsa itu sendiri memang memiliki keutamaan, oleh karena itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki dua keutamaan yaitu manusia yang
paling utama dari sisi pribadi dan nasab”
تفضيل الجملة على الجملة لا
يستلزم أن يكون كل فرد أفضل من كل فرد ، فإن في غير العرب خلقا كثيرا خيرا من أكثر
العرب ، وفي غير قريش من المهاجرين والأنصار من هو خير من أكثر قريش ، وفي غير بني
هاشم من قريش وغير قريش من هو خير من أكثر بني هاشم
“Melebihkan
keutamaan suatu bangsa secara global tidak melazimkan setiap individu (dari
bangsa tertentu) lebih utama dari individu (di luar bangsa tersebut). Sebab begitu
banyak orang non Arab lebih baik dari kebanyakan orang Arab. Kaum Muhajirin dan
Anshar non Quraisy lebih baik dari kebanyakan orang Quraisy, juga terdapat
banyak orang-orang di luar Bani Hasyim dan Quraisy yang lebih baik dari
kebanyakan Bani Hasyim” [Majmu’ Al-Fatawaa, 19/29-30]
Asy-Syaikh
Mar’i Al-Hambali rahimahullah berkata:
وبالجملة فالذي عليه أهل السنة والجماعة اعتِقاد
أن جنس العرب أفضل مِن جنس العجم ... وأن قريشا أفضل العرب ، وأن بني هاشم أفضل
قريش ، وأن رسول الله صلى الله عليه وسلم أفضل بني هاشم ؛ فهو أفضل الخلق أجمعين ،
وأشْرفهم نَسَبا وحَسَبا ، وعلى ذلك دَرَج السلف والْخَلَف
“Secara
global, Ahlus-Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa jinsul Arab lebih utama dari
jinsul Ajam… dan bahwasannya Quraisy adalah sebaik-baik Arab, Bani Hasyim
adalah sebaik-baik Quraisy, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
sebaik-baik Bani Hasyim. Beliau adalah sebaik-baik makhluk secara keseluruhan, serta
makluk yang paling mulia dari sisi nasab dan keluarga. (Para ulama) As-Salaf
dan Al-Khalaf berada di atas aqidah ini” [Masbuuk Adz-Dzahab]
Demikian
pula yang dinyatakan oleh Al-Imam Abu Muhammad Harb bin Ismail Al-Kirmani
rahimahullah (sahabat Al-Imam Ahmad bin Hambal), beliau berkata:
هذا مذهب أئمة العِلم ، وأصحاب الأثر ، وأهل السنة
المعروفين بها ، الْمُقْتَدَى بهم فيها وأدركت من أدركت من علماء أهل العراق
والحجاز والشام وغيرهم عليها، فمن خالف شيئاً من هذه المذاهب أو طعن فيها أو عاب
قائلها فهو مبتدع خارج عن الجماعة، زائل عن منهج السنة وسبيل الحق، وهو مذهب أحمد
وإسحاق بن إبراهيم وعبد الله بن الزبير الحميدي وسعيد بن منصور وغيرهم ممن جالسنا
وأخذنا عنهم العلم
“Ini adalah
madzhab para imam ahli ilmu, ashabul-atsar, ahlus-sunnah yang dikenal dengan
(aqidah)nya, yang jejak langkah mereka diikuti. Aku bertemu dengan ulama Iraq,
Hijaz, Syam dan lainnnya berada di atas aqidah ini. Barangsiapa yang
menyelisihi salah satu dari madzhab ini, mencelanya atau mencela orang yang
meyakininya, maka ia adalah mubtadi yang keluar dari al-jama’ah, menyimpang
dari manhaj as-sunnah dan jalan kebenaran. Ini adalah madzhab Ahmad, Ishaq bin
Ibrahim, Abdullah bin Az-Zubair Al-Humaidi, Sa’id bin Manshur dan lainnya
diantara ulama yang kami duduk menimba ilmu dari mereka”
Kemudian
beliau menyebutkan beberapa point, diantaranya:
ونعرف للعرب حقها وفضلها وسابقتها، ونحبهم لحديث
رسول الله (ص): حب العرب إيمان، وبغضهم نفاق. ولا نقول بقول الشعوبية و
أرذال الموالي الذين لا يحبون العرب ولا يقرون لهم بفضلهم، فإن قولهم بدعة و خلاف
“Kami
mengakui hak dan keutamaan Arab, serta para pendahulunya. Kami mencintai mereka
karena hadits Rasulullah “Mencintai Arab adalah keimanan dan membenci mereka
adalah kemunafikan”. Kami tidak menyatakan seperti perkataan Asy-Syu’ubiyyah
dan orang-orang rendahan, mereka tidak mencintai Arab, tidak mengakui keutamaan
Arab. Sungguh perkataan mereka adalah bid’ah dan menyelisihi (as-sunnah)” [Masbuuk
Adz-Dzahab]
Para ulama pun
telah menulis kitab-kitab tentang permasalahan ini, diantaranya:
1) Fadhlul ‘Arab
wat Tanbiih ‘ala ‘Uluumiha karya Al-Imam Ibnu Qutaibah
2) Mahajjatul
Qurb ‘ala Fadhlil ‘Arab karya Al-Hafizh Al-Iraqi
3) Masbuuk
Adz-Dzahab fi Fadhlil ‘Arab wa Syaraful ‘Ilmi ‘ala Syarafun Nasab karya Al-‘Allamah
Mar’i Al-Karami Al-Hambali
4) Mablaghul
‘Arab fi Fakhril ‘Arab karya ulama terkenal dari madzhab Syafi’i, Ibnu Hajar
Al-Haitami
5) Khashaish
Jaziratil ‘Arab karya Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid
Ibnu Hajar
Al-Haitami membawakan beberapa riwayat tentang keutamaan Arab dalam kitabnya
Mablaghul ‘Arab,
Dari Anas
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
حب قريش إيمان
وبغضهم كفر، وحب العرب إيمان وبغضهم كفر، فمن أحب العرب فقد أحبني، ومن أبغض العرب
فقد أبغضني
“Mencintai
Quraisy adalah keimanan dan membenci mereka adalah kekufuran. Mencintai Arab
adalah keimanan dan membenci mereka adalah kekufuran. Maka barangsiapa yang
mencintai Arab, sungguh ia mencintaiku, dan barangsiapa yang membenci Arab,
maka sungguh ia membenciku” [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak. 4/97[2]]
Dari Salman Al-Farisi
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepadaku: “Wahai Salman, janganlah engkau membenciku hingga engkau bisa berpisah
dengan agamamu”.
Aku berkata:
“Wahai Rasulullah, bagaimana aku membencimu, sedangkan dengan sebab engkau kami
diberikan hidayah oleh Allah”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تبغض العرب فتبغضني
“Engkau membenci
Arab, maka engkau membenciku” [HR. At-Tirmidzi no. 3927 dan Al-Hakim[3]]
Catatan
penting:
Hadits-hadits tentang keutamaan Arab di atas berlaku apabila dibarengi dengan
Islam dan takwa, tidak mencakup orang Arab yang kafir dan fasik.
Karena Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ
مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Wahai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa diantara kalian” [QS. Al-Hujurat: 13]
Ibnu
Taimiyyah rahimahulah berkata:
وهذه الأفضلية للعرب إذا تمسكوا بإسلامهم، أما إذا
أهملوا إسلامهم ذهب فضلهم
“Keutamaan Arab
ini diperoleh apabila mereka berpegang teguh dengan keislamannya. Adapun
orang-orang (Arab) yang membuang keislamannya, mereka telah kehilangan
keutamaannya” [Iqtidha’ Ash-Shirat Al-Mustaqim hal. 148]
Asy-Syaikh
Mar’i Al-Hambali rahimahullah berkata:
مَن اتَّقَى الله تعالى مِن العَرَب فقد حازَ
فضيلة التقوى ، وفضيلة الـنَّسَب ، ومَن لم يَتّقِ الله فهو إلى البهائم أقْرَب
“Barangsiapa
yang bertakwa kepada Allah ta’ala dari kalangan Arab, sungguh ia memperoleh
keutamaan takwa sekaligus keutamaan nasab. Barangsiapa yang tidak bertakwa
kepada Allah, maka ia lebih dekat kepada binatang ternak” . [Masbuuk Adz-Dzahab]
Setelah
membaca hadits-hadits Rasulullah dan keterangan para ulama di atas, dengan alasan apalagi mereka berani merendahkan
dan mengolok-olok Arab?
[1] Al-Haitami rahimahullah berkata dalam Mablaghul ‘Arab: “sanadnya
hasan”
[2] Adz-Dzahabi memberikan komentar tentang hadits ini: “Al-Haitsam bin Hammad matruuk”. Hadits ini dilemahkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Adh-Dha’ifah no. 1190
[3] At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan gharib”. Al-Hakim berkata: “sanad hadits ini shahih, namun Al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya”. Adz-Dzahabi berkata: “Qabus bin Abi Dzibyan diperbincangkan”. Hadits ini dilemahkan oleh Al-Albani dalam Adh-Dha’ifah no. 2020 dan Dha’if Al-Jami Ash-Shaghir no. 6394
No comments:
Post a Comment