Tanya:
Apakah bayi
yang meninggal sebelum hari ketujuh diaqiqahkan? Apakah janin yang keguguran di
kandungan juga diaqiqahkan? Semoga Allah membalas kebaikan bagi Anda
Jawab:
Asy-Syaikh
Muhammad bin Ali Firkuuz hafizhahullah menjawab,
“Alhamdulillah
rabbil ‘alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada rasul yang diutus
Allah sebagai rahmat seluruh alam, keluarga, sahabatnya dan saudara-saudaranya
sampai hari kiamat, amma ba’du,
Tidak ada aqiqah
bagi bayi yang meninggal[1], karena
aqiqah -sebagaimana yang akan dijelaskan- diibaratkan seperti tebusan, di sana
terdapat harapan agar bayi yang lahir itu diberikan kekuatan, tubuh yang sehat
dan selamat. Oleh karena itu, disunahkan tidak memotong tulang kambing
aqiqahnya, dengan harapan agar bayi tumbuh dengan baik, diberikan keselamatan
dan senantiasa dilindungi dari gangguan setan. Sehingga setiap bagian kambing
aqiqah merupakan tebusan dari setiap tubuh bayi, baik yang zhahir maupun yang
batin. Hikmah ini tidak didapatkan pada bayi yang meninggal atau janin yang keguguran.
Wal’ilmu ‘indallah,
waakhiru da’wana anilhamdulillahi rabbil ‘alamin, shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan saudara-saudaranya sampai hari
kiamat.”
Aljaza’ir, 9
Rabi’ul Awwal 1428 bertepatan dengan 28 Maret 2008
Berikut teks
fatwa beliau:
السؤال:
هل يُعَقُّ
عن المولود إذا مات قبل السابع؟ وهل يُعَقُّ عن السِّقْط؟ وجزاكم الله خيرًا.
الجواب:
الحمدُ لله
ربِّ العالمين، والصلاة والسلام على مَنْ أرسله اللهُ رحمةً للعالمين، وعلى آله
وصحبه وإخوانه إلى يوم الدِّين، أمَّا بعد:
فليس عن
المولود الميِّت مِن عقيقةٍ؛ لأنَّ العقيقة ـ كما سيأتي ـ تجري مَجْرى الفداء،
تَفَاؤُلًا بسلامةِ أعضاء المولود وقُوَّتِها وصِحَّتها؛ لذلك يُسْتَحَبُّ أَنْ لا
يُكْسَرَ عَظْمُهَا رجاءَ حُسْنِ إنباتِ الولد، ودوامِ سلامته، وطولِ حِفْظِه مِن
ضرَرِ الشيطان؛ حتَّى يكون كُلُّ عُضْوٍ منها فِداءَ كُلِّ عضوٍ منه، تخليصًا
للمولود في الظاهر والباطن، وهذا المعنى يغيب في المولود الميِّت وكذا السِّقْط.
والعلمُ عند
الله تعالى، وآخِرُ دعوانا أنِ الحمدُ لله ربِّ العالمين، وصلَّى الله على محمَّدٍ
وعلى آله وصحبه وإخوانه إلى يوم الدِّين، وسلَّم تسليمًا.
الجزائر في: ٩ ربيع الأوَّل ١٤٢٨ﻫ
الموافق ﻟ: ٢٨ مارس ٢٠٠٧م
الموافق ﻟ: ٢٨ مارس ٢٠٠٧م
Sumber: http://ferkous.com/home/?q=fatwa-797
[1] Malik rahimahullah berkata: “Apabila bayi meninggal sebelum hari
ketujuh, ia tidak diaqiqahkan” [Al-Istidzkar, 5/317]
Assalamu'alaikum ustadz, mohon di bahas seputar permasalahan aqiqah yg masih belum saya pahami.
ReplyDelete1. waktu aqiqah (apakah masih boleh lewat dr 7, 14 atau 21 hari)
2. tatacara penyembelihan (apakah hewan aqiqah harus di sembelih oleh ayah si bayi, atau apakah ayah si bayi harus menyaksikan penyembelihan, dll),
3. apa hukumnya aqiqah dengan menggunakan jasa layanan aqiqah?
4. kemudian bolehkah untuk aqiqah anak laki-laki penyembelihan dan pembagian dagingnya dilakukan di 2 tempat berbeda? misalnya, karena sy berdomisili sementara(ngontrak) di kota A, sedangkan kota asal sy dn juga org tua & kerabat berada di kota B. karena 2 kambing, yg satu disembelih dan di bagikan di kota A, satunya lagi di kota B? bolehkah seperti itu?
terima kasih ustadz sebelumnya.
Wa'alaikumussalam warahmatullah, silahkan baca artikel Fiqh Ringkas Aqiqah
ReplyDelete[1] Disunahkan aqiqah pada hari ke-7 dari kelahiran, apabila tidak memungkinkan, maka tidak apa-apa aqiqah pada hari 14, 21 atau tanggal berapapun insya Allah
[2] Tidak harus disembelih sendiri, ayah si bayi boleh mewakilkan penyembelihan kepada orang yang bisa dipercaya, sehingga jumlah hewan yang disembelih benar-benar sesuai syariat. Misalkan aqiqah bayi laki-laki 2 kambing (yang lebih utama), aqiqah bayi perempuan 1 kambing.
[3] Hampir sama dengan jawaban point ke-2, boleh asalkan penyedia jasa layanan aqiqah tersebut bisa dipercaya (tsiqah).
[4] Boleh, karena terkadang daging aqiqah setelah di-packing jumlahnya terbatas. Maka dahulukan orang-orang terdekat kita, seperti orang tua, kerabat, tetangga, dan lainnya. Agar kita mendapat tiga pahala sekaligus; pahala aqiqah, pahala menyambung silaturrahim kerabat dan menunaikan hak tetangga.