Tanya:
Apa hukum perkataan “saya adalah seorang mu’min insya Allah”?
Jawab:
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjawab,
“Perkataan seseorang “saya adalah seorang mu’min insya Allah” diistilahkan
oleh para ulama dengan sebutan “al-istisnaa’ fil iman”. Hukumnya
dirinci:
[Pertama] Jika perkataan tersebut muncul disebabkan ia ragu tentang keberadaan ashlul-iman
(dalam dirinya –pen), maka hukumnya haram, bahkan termasuk kekufuran.
Karena iman adalah al-jazm (keyakinan yang kuat –pen), sedangkan keraguan dapat
meniadakan al-jazm
[Kedua] Jika perkataan tersebut muncul karena kekhawatiran adanya tazkiyatun
nafs (pensucian diri) dan persaksian bahwa ia telah mewujudkan imannya
dalam ucapan, amal dan i‘tiqad, maka hukum mengatakannya adalah wajib
agar ia tidak terjatuh dalam larangan ini (mensucikan diri –pen)
[Ketiga] Jika perkataan tersebut dimaksudkan untuk mengharapkan berkah dari kalimat
“insya Allah” atau menyebutkan alasan bahwa iman yang terdapat dalam
hatinya semata-mata karena kehendak Allah, maka dalam keadaan ini hukumnya diperbolehkan, karena hal itu tidak
meniadakan keimanan. Ungkapan “insya Allah” juga boleh digunakan dalam perkara
yang merupakan sebuah kepastian, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
لَتَدْخُلُنَّ
الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ
وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ
“Sungguh kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram insya
Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala (seluruhnya –pen)
maupun mencukurnya sebagian, sedangkan kamu tidak merasa takut” [QS. Al-Fath: 27]
Begitu
pula disebutkan dalam doa ziarah kubur,
وإنا إن شاء الله بكم لاحقون
"Sungguh kami insya
Allah akan menyusul kalian” [HR. Muslim dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu]
Dari penjelasan di atas maka diketahui bahwa tidak diperbolehkan memberikan
hukum secara mutlak dalam permasalahan ini, hukumnya harus dirinci sebagaimana
penjelasan yang telah lalu” [Majmuu’ Al-Fataawaa war Rasaa’il no. 438]
Ustadz, saya ingin bertanya tentang rincian pertama.
ReplyDelete[Pertama] Jika perkataan tersebut muncul disebabkan ia RAGU tentang keberadaan ashlul-iman (dalam dirinya –pen), maka hukumnya haram, bahkan termasuk KEKUFURAN. Karena iman adalah al-jazm (keyakinan yang kuat –pen), sedangkan keraguan dapat meniadakan al-jazm.
1.) apakah jika muncul was was setan yang membisikkan bahwa "syahadatmu tidak sah'. lantas kemudian orang tsb menjadi gundah dan khawatir sehingga membuat orang tsb bertanya dalam hati "apakah syahadatku telah sah". Apakah hal ini termasuk keraguan yang menyebabkan kekufuran (syirik besar) yang meniadakan al jazm (keimanan).
Keterangan: orang tsb tidak meragukan bahwa sesembahan yang hak hanya Allah. Orang tsb juga tidak meragukan bahwa muhammad Rasul Allah. orang tersebut tidak meragukan kalimat syahadat. orang tsb juga tidak meragukan seluruh ajaran agama islam. yang dia ragukan adalah apakah dia telah bersyahadat dengan benar.
terima kasih ustadz
Baca artikel Cara Melawan Was-Was dan Bisikan Setan Dalam Hati
ReplyDelete“Lintasan pikiran dan bisikan hati, jika tidak bercokol dan tidak terus-menerus berada dalam diri pelakunya, hukumnya dimaafkan berdasarkan kesepakatan ulama, karena kejadian ini berada di luar kehendaknya. Sementara ia tidak memiliki celah untuk menghindarinya.”
ReplyDeletemisal bisikan mengenai keraguan "apakah syahadatnya sah atau tidak" sering sekali muncul..dan mungkin bisa dibilang telah menetap dihati. meskipun dihati berusaha melawan namun terkadang bisikan syetan terasa sangat kuat sehingga membuat hati goncang dan sulit menghentikan lintasan pikiran seperti itu..
Apakah ini sudah termasuk kekufuran yaitu berupa keraguan yang meniadakan al jazm?
Saya akan meringkas point-point dalam artikel tersebut dan memberikan sedikit tambahan:
ReplyDelete1. Apa yang antum alami sekarang adalah was-was dari setan, tidak berpengaruh pada keimanan antum insya Allah. Yakinlah bahwa kita adalah seorang muslim. Ketika datang bisikan tersebut maka bacalah ta'awudz, lalu katakanlah pada setan: "wahai setan yang terlaknat, engkau adalah penghuni neraka, apakah kau kira aku mau mengikutimu untuk kembali pada kekufuran? sekarang aku adalah seorang muslim, aku telah ridho dengan agama Islam. Bisikan-bisikanmu setelah ini tidak akan mempengaruhi keimananku insya Allah".
2. Ingatlah bahwa setan tidak akan ridho melihat seseorang berada di atas agama Islam, sehingga setan pun memberikan bisikan pada orang tersebut bahwa "syahadat Anda tidak sah, karena ini dan itu.."
Dengan tujuan agar ia meragukan keislamannya dan kembali pada kekufuran na'udzubillahi mindzalik.
Karena dalam menggoda manusia, setan menggunakan tahapan-tahapan. Nah, tahapan pertama adalah membuat keraguan dalam diri seseorang bahwa ia adalah seorang muslim, kemudian berlanjut dan berlanjut...
Kasusnya hampir sama ketika seorang ahli maksiat ingin bertaubat pada Allah, setan mengesankan padanya bahwa dosa-dosa pelaku maksiat tersebut sangatlah besar dan tak terhitung jumlahnya sehingga pintu taubat telah tertutup. Kata setan: "Allah tidak akan menerima taubatmu, percuma saja kamu bertaubat !!!"
3. Tidak perlu kita mencari-cari jawaban dalil dari was-was setan tersebut, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
"Ketika pikiran itu muncul, maka mintalah perlidungan pada Allah (ta'awwudz -pen) dan BERHENTILAH (jangan hiraukan was-was tersebut -pen)." [HR. Bukhari no. 3276 dan Muslim no. 134]
Justru apa yang antum alami sekarang menunjukkan adanya keimanan dalam hati.
كما قال الصحابة : يا رسول الله إن أحدنا ليجد في نفسه ما لئن يخر من السماء إلى الأرض أحب إليه من أن يتكلم به فقال « ذلك صريح الإيمان »
“Sebagaimana yang diutarakan para sahabat, ‘Wahai Rasulullah, kami terkadang menjumpai lintasan pikiran pada diri kami, andaikan kami dijatuhkan dari langit, lebih kami sukai dari pada mengungkapkan lintasan pikiran itu.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Itu bukti adanya iman.”
[HR. Muslim no. 132, Abu Daud no. 5111, dan yang lainnya]
4. Tahukah antum perbedaan seorang muslim dan seorang kafir?
Seorang muslim memiliki hati yang hidup, hatinya akan merasa tenang dan sejuk dengan keimanan. Hatinya pun akan merasa gelisah dan tidak ridho dengan kekufuran. Berbeda dengan hati yang dimiliki orang kafir. Hati mereka telah mati. Hati mereka tidak bisa membedakan antara manisnya keimanan dan pahitnya kekufuran. Bahkan mereka ridho denga kekufuran yang ada dalam diri mereka, na'udzubillah.
Hal ini menguatkan bahwa was-was yang datang tersebut merupakan bukti keimanan antum pada Allah sebagaimana disebutkam dalam hadits di atas. waffaqanallahu waiyyakum