Thursday, September 4, 2014

Menjawab Kritikan Terhadap Syaikh Rabi' dalam Permasalahan Iman (Asy-Syaikh Shalih Al-Luhaidan)

Tanya:
 
Apa nasehat Anda kepada para pemuda di sisi kami, di negara Maroko, mereka melemparkan keraguan tentang kedudukan Syaikh Rabi’ hafizhahullah. Terkadang mereka menyatakan Syaikh Rabi’ telah pikun, terkadang menyatakan syaikh tidak memiliki apa-apa kecuali sekedar tulisan-tulisan bantahan, terkadang mereka menyatakan syaikh telah menginjak usia yang renta. Saya membutuhkan jawaban secara terperinci -semoga Allah senantiasa menjaga Anda-”

Jawab:


Asy-Syaikh Shalih Al-Luhaidan hafizhahullah menjawab:

“Semoga Allah memaafkan syaikh, ia belum lah menjadi seorang tua renta yaitu belum menjadi pikun, iya. Usianya di bawah usiaku menurut apa yang aku ketahui, ini point pertama. Ia lulus dari fakultas Syariah di Universitas kira-kira empat tahun setelahku.


Apa yang aku ketahui dari perkataan-perkataan syaikh, tidak ada satu pun dari keyakinan (aqidah) syaikh maupun permasalahan ilmiyyah lain yang patut dikritik. Syaikh sangat antusias membantah orang-orang yang ia anggap melakukan penyelisihan. Tidak diragukan lagi bahwa syaikh telah meneliti perkataan sebagian da’i yang berdakwah menyebarkan ilmu, kemudian syaikh melihat da’i tersebut terjatuh dalam kesalahan yang tidak boleh didiamkan. Wajib bagi syaikh untuk menjelaskan kesalahan tersebut sesuai dengan apa yang nampak baginya.

Yang nampak bagiku, tidak ada satu permasalahan pun yang dikritik dari syaikh, baik dalam hal keyakinan (aqidah) maupun dalam permasalahan iman. Aku tidak mengetahui bahwa syaikh mengingkari iman ‘amali, bahkan syaikh sangat bersemangat untuk mendefinisikan iman sebagaimana definisi salaf yaitu sebagaimana yang diriwayatkan dari para imam seperti Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad dan sebelumnya yaitu Abu Hanifah. Mereka seluruhnya adalah para ulama yang penuh dengan kebaikan dan ilmu.

Adapun keadaan syaikh yang merupakan salah seorang diantara ulama yang sering mengkritik sejumlah ulama lain, maka telah diketahui bahwa diantara para ulama sendiri terkadang terjadi perselisihan. Oleh karena itu, dalam manhaj ‘ilmi (metode ilmiyyah), perkataan (penilaian -pen) seseorang terhadap lawan debatnya tidaklah diterima. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memiliki risalah ilmiyyah ringkas yang berjudul Raf’ul Malaam ‘an Aimmatil A’laam...” [30 Syawwal 1435]

Berikut teks fatwa beliau,

السائل: السؤال الثامن والأخير -حفظكم الله تعالى- يقول:

ما نصيحتكم للشباب الذين -عندنا في المغرب- يشككون في قدر الشيخ ربيع -حفظه الله تعالى-، تارة يقولون: مخرِّف، وتارة يقولون: ليس عنده إلَّا الردود، وتارة يقولون إنَّه كبير السن -حفظكم الله تعالى- مع شيء من التفصيل -حفظكم الله تعالى-.

 الشيخ: الله يسامحه، أوَّل شيء ما هو بكبير سن -يعني- وصل الخرف، نعم، والذي أعرفه أنا أنَّه أقل منِّي سنًّا، هذه واحدة، وهو أيضًا إنَّمَا تخرَّج بعدنا في حدود يمكن إمَّا أربع سنوات أو حواليها من الجامعة من كليَّة الشريعة.

 والذي اطلعت عليه من كلامه ما يؤخذ عليه شيء لا في المعتقد ولا في المسائل العلميَّة، هو حريص على الرد على من يراهم مخالفين، ولا شك أن الشيخ اطَّلع على كلام لشخص ينصب نفسه بأنَّه ينشر العلم ثمَّ تبيَّن له فيه خطأً لا يصح السكوت عليه وجب عليه أن يوضِّح الذي يظهر له.

 أنا لا يظهر لي عليه ما ينتقد في مسألة الاعتقاد وما يُقال أنَّه فيما يتعلَّق في الإيمان، ما أعرف عنه أنَّه ينكر الإيمان العملي، بل هو يحرص على أن يقول في الإيمان بِما قاله السلف؛ ما يروى عن الأئمة مالك والشافعي وأحمد وقبلهم أبو حنيفة، كل هؤلاء أئمَّة خير وعلم.

 وأمَّا كون أن هو أحد العلماء ينتقد عدد من العلماء؛ معروف أن العلماء يكون بينهم مشادَّات، ولذلك في المنهج العلمي أن الإنسان ما يقبل قول الخصم بخصمه، وشيخ الإسلام ابن تيمية له رسالة علمية صغيرة (رفع الملام عن الأئمة الأعلام).

 حيَّاك الله.

Sumber: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=146694

No comments:

Post a Comment