Sunday, October 21, 2012

Syi’ah Rafidhah Menurut Imam Asy-Syafi’i


Sebelum mendengarkan perkataan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah tentang kelompok Syi’ah Rafidhah, saya ingin menyebutkan biografi beliau rahimahullah secara ringkas.

Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin As-Saib bin ‘Ubaid bin ‘Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Muthallib bin ‘Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Ghalib, Abu ‘Abdillah Al-Qurasyi Asy-Syafi’i Al-Makki.

An-Nawawi rahimahullah berkata:

“Asy-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu adalah seorang Qurasyi Muthallibi berdasarkan kesepakatan para ulama dari seluruh kelompok, sedangkan ibunya berasal dari Azdiyah” [Siyar A’lamin Nubala’ 5/10]

Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bahwa suatu hari As-Saib bin’Ubaid bersama anaknya –Syafi’ bin As-Saib- datang menemui beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Nabi menatapnya lalu bersabda:

من سعادة المرء أن يشبه أباه

“Diantara kebahagiaan seseorang adalah memiliki kemiripan dengan ayahnya.”[Al-Ishabah 2/11][1]

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah bergelar (laqab) Nashirul Hadits karena kegigihan beliau dalam mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan pembelaan beliau terhadap hadits-hadits Rasulullah.

Beliau lahir pada tahun 150 H bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah rahimahullah. Sedangkan riwayat yang menyebutkan tempat kelahiran beliau berlainan, ada riwayat yang menyatakan bahwa beliau dilahirkan di Ghaza, dalam riwayat lain di ‘Asqalan dan dalam riwayat yang lain di Yaman.

Dari Ibnu Abi Hatim, dari ‘Amr bin Sawad, ia bekata: Asy-Syafi’i berkata padaku: “Aku dilahirkan di ‘Asqalan, setelah aku berumur dua tahun, ibu membawaku ke Mekah.”[Adab Asy-Syafi’i 22-23]

Al-Baihaqi rahimahullah menyebutkan dengan sanadnya dari Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Hakam, ia berkata: Aku mendengar Asy-Syafi’i berkata: “Aku dilahirkan di Ghaza lalu ibu membawaku ke ‘Asqalan”[Manaqib As-Syafi’i 2/170]

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Tidak ada perselisihan diantara riwayat yang ada, karena Ghaza pada asalnya dahulu berada di wilayah ‘Asqalan yakni nama sebuah kota. Perkataan Asy-Syafi’i bahwa beliau dilahirkan di Ghaza yakni desa kelahiran beliau, dan perkataan Asy-Syafi’i ‘Asqalan maknanya adalah kota kelahiran beliau. Untuk menjama’ riwayat yang ada, maka dikatakan bahwa beliau dilahirkan di desa Ghaza, di kota ‘Asqalan. Ketika Asy-Syafi’i berumur dua tahun, ibunya membawanya ke Hijaz...dan ketika Asy-Syafi’i berumur 10 tahun, terbetik kekhawatiran  jika nasab beliau yang mulia akan disia-siakan dan terlupakan, maka ibunya membawanya ke Mekah.”[Tawaali At-Ta’siis 51-52]

Diantara guru-guru beliau adalah Muslim bin Khalid Az-Zanji, Malik bin Anas, Sufyan bin ‘Uyainah, Ibrahim bin Sa’d bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, ‘Abdulah Wahhab Ats-Tsaqafi, Hatim bin Isma’il, Muhammad bin Khalid Al-Jundi, Hisyam bin Yusuf Ash-Shan’ani, Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani rahimahumullah, dan lainnya.

Diantara murid-murid beliau yang terkenal adalah Ar-Rabi’ bin Sulaiman, Yusuf bin Yahya Al-Buwaithi, Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Khizami, Ibrahim bin Khalid, Sulaiman bin Dawud rahimahumullah, dll.

Adapun perkataan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah yang mengandung celaan terhadap Syi’ah Rafidhah begitu banyak, diantaranya adalah:

[Pertama] Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: 

أجيز شهادة أهل الأهوى كلهم إلا الرافضة فإنهم يشهد بعضهم على لبعض

“Aku memperbolehkan syahadah (persaksian) seluruh ahlul bid’ah kecuali Rafidhah, karena mereka sering (berdusta) dalam memberikan syahadah satu sama lain.” [Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Manaqib 1/468 dan As-Sunan Al-Kubra 29/10]

[Kedua] Harmalah berkata: “Ketika disebutkan di hadapan Asy-Syafi’i tentang Rafidhah maka ia mencela mereka dengan celaan yang sangat keras, lalu Asy-Syafi’i berkata: 

شر العصابة

“Seburuk-buruk kaum” [Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Manaqib 1/468]

[Ketiga] Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

لم أر أحدا أشهد بالزور من الرافضة

“Aku belum pernah melihat seorang yang lebih dusta dalam syahadah (persaksian) dari Rafidhah.” [Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra 29/10]

[Keempat] Beliau juga pernah berkata:

ما كلمت رجلا في بدعة قط إلا كان يتشيع

“Aku tidak mengajak bicara seorang pun yang terjatuh dalam bid’ah melainkan karena ia beraqidah Syi’ah.” [Adab Asy-Syafi’i 186 dan As-Sunan Al-Kubra 10/208]

[Kelima] As-Subki rahimahullah berkata: Asy-Syafi’i berkata tentang Rafidhah yang hadir dalam peperangan: “Mereka (Rafidhah) tidak diberikan bagian dari Fai’[2] sedikitpun. Karena Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَان

Dan orang-orang yang datang setelah mereka berkata, Wahai Rabb kami ampunilah dosa-dosa kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman[3]. Barangsiapa yang tidak meyakini ayat tersebut, maka ia tidak memperoleh hak sedikitpun dari harta fai’.” [Tafsir Al-Qurthubi 18/32]

Allahua’lam

Disarikan oleh Abul-Harits dari Manhaj Al-Imam Asy-Syafi’i fi Itsbatil ‘Aqidah karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-‘Aqil hafidzahullah (Guru Besar di Fakultas Dakwah, Universitas Islam Madinah)



[1] Syaikh Al-Albani rahimahullah mendha’ifkan hadits ini dalam Dha’if Al-Jami’ hadits no 5301

[2] Harta rampasan perang yang didapatkan tanpa melalui peperangan

[3] QS. Al-Hasyr ayat 10

No comments:

Post a Comment