Waleed Duisters, ketua LPNM, mengatakan
pada kantor berita Kuwait, KUNA, bahwa statistik yang dirilis tahun 2007
menunjukkan bahwa terdapat 12.000 orang Belanda yang masuk ke agama
Islam, sembari menambahkan bahwa jumlah aslinya mungkin lebih dari itu.
Ia menjelaskan bahwa sangat sulit untuk memberikan angka pasti dari
mualaf Belanda karena di negara itu tidak ada registrasi penduduk
berdasarkan agama.
“Dalam masyarakat Belanda, terdapat
orang-orang yang merasa skeptis terhadap Islam dan terkadang kami
memiliki kasus mualaf yang menemui masalah besar dengan keluarga mereka.
Kami ingin membantu mereka menjalani hidup tanpa ada masalah,” ujar
Duisters.
Pertemuan besar para mualaf Belanda dan
kaum Muslim yang berasal dari Turki, dunia Arab, dan Suriname itu
mendengarkan ceramah oleh beberapa pembicara internasional seperti
Hussein Ye dari Malaysia dan Pierre Vogel dari Jerman serta para
pembicara muda Belanda seperti Ali al Khattab dan Elsa van de Loo yang
merupakan perwakilan generasi muda Belanda untuk PBB.Tujuh warga Belanda, termasuk tiga
wanita, memeluk Islam saat konferensi pada hari Minggu.
Duisters
mengatakan, “Islam telah memperkaya kehidupan saya. Saya memiliki hidup
yang stabil. Saya tahu apa yang harus saya ajarkan pada anak-anak saya
untuk menjadi Muslim yang baik dan warga negara Belanda yang baik.”
Ia mengatakan bahwa jumlah Muslim di
Eropa meningkat. Semakin banyak orang yang masuk agama Islam karena
mereka banyak mendengar tentang Islam sehingga mereka ingin tahu
mengenai agama ini dan mulai membaca Al-Quran dan Hadist.
Namun, ia juga menyalahkan kaum Muslim karena tidak berbuat banyak untuk menjelaskan Islam.
“Kaum Muslim di Belanda memiliki banyak kesempatan untuk memberikan gambaran yang baik namun seringkali mereka gagal melakukannya,” keluhnya.
“Kaum Muslim di Belanda memiliki banyak kesempatan untuk memberikan gambaran yang baik namun seringkali mereka gagal melakukannya,” keluhnya.
“Ada juga masalah lain bahwa kaum Muslim tidak berintegrasi ke dalam masyarakat Belanda,” ujarnya.
“Kita harus hidup sebagai seorang Muslim di Belanda tapi juga di dalam masyarakat Belanda. Jika kita tidak melakukannya, kita akan tetap menjadi kelompok yang aneh. Kami menyarankan kepada kaum Muslim untuk terlibat dalam masyarakat Belanda,” ujarnya.
Marck Reuvers, seorang jurnalis yang
mengurusi pers dalam konferensi itu, mengatakan bahwa “ini adalah hari
yang istimewa. Ini adalah yang disebut dengan hari mualaf di Belanda.”
“Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk
memperlihatkan bahwa kaum mualaf juga bagian dari umat yang lebih
besar,” ujar Reuvers yang masuk Islam di tahun 2007. “Saya mencari
sesuatu yang membuat hidup saya lebih bermakna. Setelah menjadi seorang
Muslim saya memiliki tujuan dalam hidup. Saya merasa sangat bahagia dan
nyaman,” ujarnya.
Abdel Krim masuk agama Islam pada tahun
2008. Kini ia bersiap menjadi pekerja sosial. “Saya membutuhkan Tuhan
dalam kehidupan saya. Saya senang dengan kisah-kisah Ibrahim, Musa,
Yesus, namun saya tidak suka gambar-gambar di dalam gereja dengan Tuhan
berkulit putih,” ujarnya.
“Namun saya terlalu mencintai Yesus dan
Musa dan saya menemukan mereka dalam Islam. Peraturannya jauh lebih
murni. Tidak ada rasisme dalam Islam,” ujar Muslim muda Belanda
berjenggot ini.
Ia mengatakan bahwa seorang mualaf harus
menjelaskan banyak hal kepada masyarakat Belanda setelah masuk Islam.
“Kau berhenti minum alkohol, berhenti merokok, berhenti menggunjing.
Sehingga orang-orang di lingkunganmu akan bertanya mengapa kau tidak
minum alkohol, mengapa kau memelihara jenggot,” ujarnya.
Mallen van der Putten, yang juga
merupakan seorang jurnalis yang bekerja untuk radio Islam Belanda,
mengaitkan sebuah kisah aneh dengan kepindahannya ke Islam. Ia masuk
Islam enam tahun lalu. Van der Putten mengatakan bahwa suatu hari ia
mengatakan beberapa hal buruk pada seorang Muslim. Kemudian ia
mengatakan pada dirinya sendiri, “Kenapa saya mengatakan hal-hal buruk
tentang Islam sedangkan saya tidak tahu apa-apa tentangnya?”. Kemudian
ia pergi ke toko dan membeli beberapa buku Islam dan terus membaca
hingga akhirnya ia masuk Islam.
Ia mengatakan bahwa kaum Muslim harus
berbicara pada orang-orang, pada tetangga, untuk menjelaskan Islam dan
harus terjadi interaksi.
Elsa van de Loo, perwakilan anak muda Belanda di PBB, mengatakan bahwa ia masuk Islam satu setengah tahun lalu.nAyahnya adalah orang asli Belanda sedangkan ibunya berasal dari Republik Dominika.
“Saya dibesarkan sebagai seorang Katolik tapi tidak mempraktikkan ajarannya,” ujarnya.
Mualaf muda ini mengatakan bahwa ia mulai membaca Al-Quran dalam bahasa Belanda.
“Awalnya sulit bagi saya untuk memahami
dan saya tidak banyak mengenal Muslim yang dapat menjelaskannya pada
saya. Kemudian suatu hari saya bertemu dengan seorang gadis Muslim dari
Maroko yang mulai menjelaskan tentang Al-Quran dan Islam,” ujarnya.
“Banyak pertanyaan yang jawabannya saya temukan dalam Islam.”
“Saya merasa sangat senang, Islam
memberikan saya kedamaian. Dulu, saya selalu merasa gelisah, saya tidak
tahu apa yang saya lakukan dalam hidup ini. Kemana saya melangkah.
Sekarang saya memiliki jawabannya.”
Ia mengatakan belum pernah menemui
masalah dengan pemerintah Belanda karena mengenakan jilbab namun
beberapa kritikus mengatakan, “Bagaimana kau bisa mewakili Belanda di
PBB dengan memakai jilbab?”
“Saya katakan pada mereka bahwa pekerjaan
saya terpisah dari agama saya. Ketika saya sedang bekerja, saya
mewakili setiap orang di Belanda dan apa keyakinannya tidak akan menjadi
masalah. Saya terpilih untuk posisi ini,” ujar Elsa van de Loo.
(rin/kn) www.suaramedia.com
No comments:
Post a Comment