Sunday, April 26, 2015

Bercanda yang Dilarang Dalam Islam

Bercanda atau bersenda gurau adalah salah satu bumbu dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat. Ia terkadang diperlukan untuk menghilangkan kejenuhan dan menciptakan keakraban, namun tentunya bila disajikan dengan bagus sesuai porsinya dan melihat kondisi yang ada. Sebab, setiap tempat dan suasana memang ada bahasa yang tepat untuk diutarakan.
Pada dasarnya, bercanda hukumnya boleh, asalkan tidak keluar dari batasan-batasan syariat. Sebab, Islam tidak melarang sesuatu yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh manusia sebagaimana Islam melarang hal-hal yang membahayakan dan tidak diperlukan oleh manusia. Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Bergaullah kamu dengan manusia (namun) agamamu jangan kamu lukai.” (Shahih al-Bukhari, Kitabul Adab)
Ada beberapa hal yang semestinya diperhatikan oleh seorang ketika bercanda, di antaranya:

Saturday, April 25, 2015

Apakah Rambut Bayi Perempuan Dicukur (Gundul) Saat Aqiqah?

Pada hari ketujuh dari kelahiran, disunahkan untuk menyembelih kambing aqiqah, memberikan nama, mencukur gundul rambutnya, serta bersedekah seharga perak seberat timbangan rambutnya. Apakah hal itu berlaku untuk bayi laki-laki dan perempuan atau khusus untuk bayi laki-laki?

Para ulama berselisih dalam permasalahan ini:

Pertama, mencukur rambut berlaku untuk bayi laki-laki dan perempuan. Ini merupakan pendapat jumhur ulama dari kalangan Syafi’iyyah, Malikiyyah dan sebagian Hanabilah. Diantara dalil yang digunakan pendapat ini:

Wednesday, April 22, 2015

Eksekusi Warga Saudi Karena Membunuh WNI

Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan hari ini tentang pelaksanaan aturan pembunuhan Qishash terhadap salah satu pelaku di Abha, berikut pernyataannya:



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيم

"Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka akan memperoleh siksaan yang besar." [QS. Al-Maidah: 33]

Telah ditetapkan atas Saudara Shaya' bin Said bin Ali Al-Qahthaniy (warga negara Arab Saudi) yang telah membunuh pekerja rumah tangga Saudari Kikim Komala Sari (warga negara Indonesia), memukulnya dengan tongkat, menyiramnya dengan air panas serta melecehkannya secara seksual.

Monday, April 20, 2015

Adakah Doa Khusus di Bulan Rajab dan Sya'ban?

Sering kita mendengar khatib membaca doa tersebut di atas mimbar, atau lazim dibaca di majelis-majelis taklim saat memasuki bulan Rajab atau Sya’ban, shahihkah riwayat yang menyebutkan doa tersebut? Berikut redaksi hadits beserta sanadnya:

Hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Al-Imam Ahmad[1], Ath-Thabrani[2], Al-Baihaqiy[3] dan Abu Nu’aim[4] dari jalan Za’idah bin Abi Ar-Ruqad, ia berkata: menceritakan kepadaku Ziyad An-Numairiy, dari Anas bin Malik, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ:  اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ 

“Apabila masuk bulan Rajab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca doa: “Ya Allah berkahilah Rajab dan Sya’ban bagi kami, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”

Meneliti Sanad Haditsnya

Ziyad An-Numairiy adalah perawi yang lemah .Ibnu Ma’in berkata: “dha’if”. Abu Hatim berkata: “Tidak bisa dijadikan hujjah”. Ibnu Hibban menyebutkannya dalam Adh-Dhu’afa, kemudian berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya” [Mizaan Al-I’tidaal, 2/91]

Sedangkan Za’idah bin Abi Ar-Ruqad lebih parah kelemahannya. Abu Hatim berkata: “ia meriwayatkan hadits-hadits marfu’ yang munkar dari Ziyad An-Numairiy dari Anas. Kami tidak tau, riwayat munkar tersebut berasal dari Za’idah atau Ziyad”. Al-Bukhari berkata: “munkarul hadits”. An-Nasa’i berkata: “munkarul hadits” atau terkadang menyatakan “tidak tsiqah”.

Ibnu Hibban berkata: “ia meriwayatkan hadits-hadits yang munkar dari para perawi masyhur, riwayatnya tidak bisa dijadikan hujjah, tidak ditulis kecuali untuk menguatkan riwayat lain”. Ibnu Adi berkata: “ia meriwayatkan hadits-hadits yang bersendirian dari Al-Muqaddamiy dan selainnya. Sebagian hadits-hadits tersebut munkar” [Tahdziib At-Tahdziib, 3/305-306]

Al-Haitsami rahimahullah berkata:

رَوَاهُ الْبَزَّارُ وَفِيهِ زَائِدَةُ بْنُ أَبِي الرُّقَادِ قَالَ الْبُخَارِيُّ: مُنْكَرُ الْحَدِيثِ، وَجَهَّلَهُ جَمَاعَةٌ

“Hadits ini diriwayatkan dari Al-Bazzar, dalam sanadnya terdapat Za’idah bin Abi Ar-Raqad. Al-Bukhari berkata: “munkarul hadits”. Ia dinilai majhul oleh sekelompok ahlul-hadits” [Majma’ Az-Zawa’id, 2/165]

Kesimpulannya, hadits tersebut dha’if, dilemahkan oleh An-Nawawi[5], Ibnu Rajab[6], Al-Albani[7] dan  Abdul Karim Al-Khudair[8] rahimahumullah.

Setelah kita mengetahui kelemahan hadits tersebut, bolehkah berdoa kepada Allah agar dipanjangkan umurnya hingga bertemu bulan Ramadhan?

Ibnu Rajab rahimahullah berkata:

قال معلى بن الفضل: كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان ، ويدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم . وقال يحيى بن أبي كثير : كان من دعائهم : اللهم سلمني إلى رمضان

“Mu’alliy bin Al-Fadhl berkata: ‘Dahulu salaf berdoa enam bulan kepada Allah ta’ala agar Allah menyampaikannya ke bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa enam bulan setelahnya agar amal mereka diterima.’ Yahya bin Abi Katsir berkata: ‘Diantara doa salaf dahulu: ‘Ya Allah berilah keselamatan padaku hingga aku sampai pada bulan Ramadhan…” [Latha’if Al-Ma’arif hal. 148]

Asy-Syaikh Abdul Karim Al-Khudhair hafizhahullah (anggota Komite Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah di Kerajaan Arab Saudi sekaligus merangkap sebagai anggota Hai’ah Kibar Ulama) berkata:

هذا حديث لا يثبت ، لكن إن دعا المسلم بأن يبلغه الله عز وجل رمضان، وأن يوفقه لصيامه وقيامه، وأن يوفقه لإدراك ليلة القدر ، أي بأن يدعو أدعية مطلقة فهذا إن شاء الله لا بأس به

“Hadits ini tidak shahih, apabila seorang muslim berdoa agar Allah ‘azza wajalla menyampaikannya ke bulan Ramadhan, memberikan taufiq untuk berpuasa dan shalat di bulan tersebut, serta memberikan taufiq agar mendapatkan malam Al-Qadar dengan tanpa membaca doa-doa tertentu, insya Allah tidak masalah”[9]

Allahua’lam, semoga bermanfaat


Sumber: http://islamqa.info/ar/202017





[1] Zawa’id Al-Musnad no. 2346

[2] Al-Ausath no. 3939

[3]  Syu’abul Iman no. 3534

[4] Al-Hilyah, 6/269

[5] Al-Adzkaar hal. 189

[6] Latha’if Al-Ma’arif hal. 121

[7] Dha’if Al-Jami’ no. 4395

[9]  idem

Thursday, April 9, 2015

Mengangkat Perselisihan dan Sengketa Kepada Qadhi (Hakim) atau Ulama?

Tanya:

فضيلة الشيخ! زوجان وقع بينهما طلاق لا رجعة فيه، وبينهما ولد وبنت، وعمر البنت حين وقع الطلاق اثنتا عشرة سنة، والولد ثمان عشرة سنة تقريبا، فإلى من يذهبون؟ إلى الأب؟ أو إلى الأم؟ وبينهما خصومة إلى الآن!

“Fadhilatus syaikh, ada seorang suami yang menceraikan istri dengan talak yang tidak dapat dirujuk lagi. Keduanya memiliki satu anak wanita yang berumur 12 tahun saat terjadi perceraian, anak itu sekarang berumur 18 tahun. Anak itu ikut siapa? Ikut ayah atau ibunya? Sampai sekarang masih terjadi pertengkaran antara suami istri.”

Jawab:

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:

هذه -بارك الله فيك- ترجع للقاضي، المسائل التي فيها خصومة من الحكمة ألا يفتي فيها أحد؛ لأنه قد يفتي بحسب ما سمعه من الخصم، ويكون عند خصمه ما يدفع به الحجة؛ ولأنه إذا أفتى فربما يأخذ الخصم هذه الفتيا من أجل أن يحتج بها على القاضي إذا جلسوا بين يديه، مع أن المفتي لم يعلم عن دفع هذه الحجة.
فأنا أشير على إخواني طلبة العلم بأنه إذا استفتاهم أحد في مسائل فيها خصومة أن يقولوا: هذه أمرها إلى القضاة، لئلا يوقعوا الناس في شر وبلاء.

Saturday, April 4, 2015

Mengenal Karakteristik Kelompok Haddadiyyah

Tanya:

ما هو كذلك ضابطُ الحكم على الشخص بإنه حَدَّادي؟

“Apa kaidah untuk menghukumi seseorang bahwa ia adalah seorang haddadiy (pengikut kelompok Haddadiyyah)?”

Jawab:

Diantara kriteria kelompok Al-Haddadiyyah menurut Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhaliy hafizhahullah:

بغضهم لعلماء المنهج السلفي المعاصرين وتحقيرهم وتجهيلهم وتضليلهم والافتراء عليهم

[Pertama] membenci para ulama yang bermanhaj salaf di masa ini, mencela, membodoh-bodohkan, menyesatkan dan membuat fitnah terhadap mereka

قولهم بتبديع كل من وقع في بدعة،

[Kedua] pendapat mereka yang memvonis mubtadi' siapa saja yang terjatuh dalam kebid’ahan

تبديع من لا يبدع من وقع في بدعة وعداوته وحربه، ولا يكفي عندهم أن تقول: عند فلان أشعرية مثلاً أو أشعري، بل لابد أن تقول: مبتدع وإلا فالحرب والهجران والتبديع.

Thursday, April 2, 2015

54 Hal Yang Bukan Termasuk Manhaj Salaf (Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmuul)

Asy-Syaikh Prof. Dr. Muhammad bin Umar Bazmuul hafizhahullah berkata:

Ilmu dan Amal

ليس من منهج السلف العمل قبل العلم، إنما كانوا يبدأون بالعلم قبل العمل، قال تعالى: فاعلم أنه لا إله إلا الله واستغفر لذنبك وللمؤمنين) محمد19

1) Bukan termasuk manhaj salaf, beramal sebelum berilmu. Dahulu salaf memulai dengan ilmu sebelum beramal. Allah ta’ala berfirman: “Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang haq) selain Allah, dan meminta ampunlah atas dosamu dan juga kaum mukminin” [QS. Muhammad: 19]

ليس من منهج السلف : ترك العمل بالعلم، فقد ورد: "هتف العلم بالعمل فإن أجابه وإلا ارتحل

2) Bukan termasuk manhaj salaf, meninggalkan amal setelah berilmu. Disebutkan dalam sebuah riwayat: “Ilmu memanggil amal, apabila amal memenuhi panggilannya (maka ilmu akan tetap bersamanya), namun jika sebaliknya, maka ilmu akan pergi meninggalkannya”

ليس من منهج السلف أن يشتغل الطالب بأي شيء قبل القرآن والحديث، فإذا تفقه وتعلم ما يحتاجه لدينه طلب ما يريده بعد ذلك

3) Bukan termasuk manhaj salaf, menyibukkan diri dengan sesuatu sebelum (menghafal dan mempelajari) Al-Qur’an dan hadits. Apabila seorang telah mempelajari ilmu yang ia butuhkan untuk agamanya, silahkan ia mempelajari ilmu yang ia inginkan

ليس من منهج السلف الأخذ عن أي أحد إلا بعد النظر في حاله مع السنة. فكان يقال: "إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم".         

4) Bukan termasuk manhaj salaf, mengambil (ilmu) dari setiap manusia kecuali setelah mengamati keadaannya apakah ia di atas sunnah. Dahulu dikatakan  “sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian”

ليس من منهج السلف ترك طلب العلم الواجب، وإهمال طلب العلم المستحب

5) Bukan termasuk manhaj salaf, meninggalkan thalabul ilmi yang sifatnya wajib, serta meremehkan thalabul ilmi yang sifatnya sunnah.

ليس من منهج السلف الاهتمام بالعلوم العقلية البحتة، إنما علمهم قال الله قال رسوله قال الصحابة

6) Bukan termasuk manhaj salaf, lebih mementingkan ilmu-ilmu yang hanya bersandar pada akal. Ilmu salaf tidak lain adalah perkataan Allah dan Rasul-Nya, serta perkataan sahabat

Berpegang Teguh Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Yang Shahih